Irene masih ngga percaya sama apa yang sekarang dia pikirkan. Bodoh ga si
Irene beranjak dari kasurnya untuk mengambil koper pink besarnya di bawah ranjang. Koper yang dari kemarin belum sempat ia buka. Bukan ngga sempat sih, tapi lebih ke males.
Dan takut.
Akhirnya dia memberanikan diri buat membuka password kopernya. Tangannya meraih gaun satin panjang broken white yang begitu anggun. Designnya lumayan simpel dengan pundak yang sedikit terbuka, ada beberapa detail disekitar dada dan lengan.
Kalau kalian tau, itu adalah gaun pengantin yang Irene bikin sendiri dengan tangannya selama di Paris. Gaun yang ia persembahkan untuk sahabat terbaiknya, Wendy--tapi dulu, sebelum dia mengirim undangan pernikahan ke Irene.
Kira kira tiga bulan yang lalu, Irene merasa bahagia saat undangan pernikahan Wendy sampai ditangannya. Tapi setelah melihat foto calon pengantin prianya, sebagian diri Irene terasa lumpuh.
Wendy dan Suho akan menikah. Suho, pacar terbaik yang pernah Irene punya. Yang memutuskan hubungannya dengan Irene ditahun pertama studi Irene di Paris, dengan alasan ngga mau LDR. Yang sampai saat itu Irene masih seratus persen sayang dan berharap balikan sama Suho.
But, kenapa Wendy tega menghianati dirinya? Dan kenapa pula Suho harus memilih Wendy? Dari sekian juta wanita cantik dimuka bumi ini?
Dengan dalih ngga kuat LDR ditinggal Irene, dan merasa nyaman dengan kehadiran Wendy saat Suho merasa kesepian. Wendy itu polos banget kalo kata Irene, dan Suho pastilah banyak modusnya.
Dulu banget, pas Irene masih di high school, dia udah pernah janji ke Wendy, kalau suatu saat Wendy nikah, maka Irene bakal buatin wedding dress terindah buat sahabatnya.
Dan Irene ngga ingkar janji.
Selama tiga bulan setelah menerima undangan terkutuk itu, Irene menjahit gaun itu setiap harinya, seperti menjahit luka dihatinya yang begitu besar.
It hurts, really.
"Gue udah janji untuk memaafkan lo Wen, lebih dari apapun. Lo udah kaya sodara gue sendiri" gumam Irene.
Irene meletakan gaun itu di lemarinya, menghembuskan napasnya kasar.
Setelah membereskan perasaannya, Irene berjalan menuju dapur. Irene pengin masak sesuatu, oke, ini udah hampir jam 2 siang dan Irene belum memasukan apapun ke mulutnya sejak pagi tadi. Jadi sekarang dia bener bener laper. Irene bisa masak loh gais, tinggal sendirian di negeri orang membuatnya harus mandiri dan survive sendirian. Jadi, untuk masalah masak memasak Irene boleh deh dijadikan kandidat koki rumah tangga. Haha!
Kakinya melangkah menuju dapur, lalu membuka isi kulkas. Gezzz, Mom dan Dadnya dia ngga pernah masak apa pas kebetulan persediaan abis? Ini parah sih.
Irene menatap botol susu murni yang isinya tinggal beberapa tetes, brokoli yang hampir coklat, sepotong apel, dan dua butir telur. Wah orangtuanya benar benar.
Irene berniat mau bikin coklat panas dengan bubuk coklat favoritnya yang sengaja ia bawa dari Paris. Buat mengganjal perut emang ngga seberapa tapi seenggaknya ada yang masuk ke perutnya selain air putih. Coklat memperbaiki mood yekan.
Mengambil panci lalu mengisinya dengan air keran, Irene berniat meyalakan kompor buat merebus air.
Cklak,, cklakk
Csssss
Kompornya ngga ngeluarin api sedikitpun. Irene mencoba lagi untuk memastikan, tapi tampaknya ia menyerah.
"Holyshit! Bahkan kompor aja gasnya abis!"
Irene menendang tabung gas dibawahnya, rasanya pengin marah marah gitu aja. Sumpah ya ortunya kebangetan banget ini mah. Setelah merenung untuk beberapa saat Irene ngga sengaja melirik stickynotes yang menempel dipintu kulkas.
![](https://img.wattpad.com/cover/148749435-288-k694874.jpg)