7. Super hero

785 45 10
                                    

Pagi ini Cia dilanda kebingungan karena Fika belum datang-datang untuk menjemputnya. Cia sudah menunggu selama 30 menit tapi Fika belum juga datang. Beberapa kali Cia mencoba menelpon Fika tetapi tetap saja tidak diangkat.

"Mama gimana ini? Nanti Cia telat gimana?" rengek Cia ke Mamanya.

"Ya udah kamu dianter Papa aja yah," anjur Mama.

"Tapi kalo Fika yang telat gimana?" tanya Cia.

"Kalo Fika ke sini nanti Mama bilang kamu sudah berangkat,"

"Gak boleh Mama, sahabat itu harus ada di keadaan senang maupun susah, jadi gak boleh seenaknya sendiri."

Mamanya hanya geleng-geleng. Bisa-bisanya putrinya itu di saat seperti ini memberikan ceramah.

"Ya sudah terserah kamu," serah Mama.

Cia kembali mondar mandir di teras rumahnya. Entah sudah berapa keliling ia memutari teras rumahnya.

"Nah itu Fika," ucap Mama yang menyadari keberadaan Fika duluan.

"Nah, ya udah Mama Papa Cia pergi dulu ya, Assalamuaikum," ucap Cia sambil menyalami kedua orang tuanya lalu berlari menuju motor Fika.

Cia menaiki motor Fika secara buru-buru.

"Eh santai aja kali, pakek numbur-numbur segala," oceh Fika saat Cia tiba di motornya.

"Nanti kita telat Fika," ucap Cia.

"Iya iya," ucap Fika kemudian memanggil kedua orang tua Cia yang tengah duduk di teras. "Om, Tante kita berangkat dulu ya,"

Kemudian mereka mulai berangkat menuju sekolah.

Fika melajukan motornya secepat kilat. Membuat Cia memeluk Fika sangat erat.

"Ya jangan peluk-peluk! geli gue." teriak Fika karena angin yang berhembus sangat kencang.

"Fika jangan ngebut-ngebut!" pekik Cia.

"Lo bilang kita bisa telat!" jawab Fika.

"Nanti kita kecelakaan."

"Gak akan. Lo sama gue? Aman. Mangkanya gak usah peluk gue!" jawab Fika.

"Kalo ga peluk Fika, nanti Cia jatuh!" pekik Cia semakin kencang.

"Gak-"

"AWWW!!!" pekik Fika dan Cia bersamaan.

Dan benar saja.

Motor Fika dan Cia nyungsep ke dalam semak semak di pinggir jalan. Tubuh mereka tenggelam oleh semak-semak itu, begitu juga dengan motornya.

Cia dan Fika berusaha keluar dari semak-semak itu dengan susah payah, dan duduk di pinggir jalan.

"Kan Fika, Cia udah bilang jangan ngebut-ngebut!" pekik Cia.

"Lo sih banyak nanya ke gue, kan gue jadi gak fokus," balas Fika sambil membersihkan tangan nya yang kotor.

"Trus kita gimana?" tanya Cia, yang lebih terlihat akan menangis.

"Bantuin gue narik motor, terus kita lanjut lagi. Lo gakpapa kan?" tanya Fika.

Cia mendongak menatap langit, kemudian ia menatap Fika.

"Ayoo, Cia gakpapa," ucap Cia dengan semangat berkobar.

"Bagus! Lo kebal juga ternyata."

Fika dan Cia menarik motornya sekuat tenaga. Sampai akhirnya motor keluar dari semak-semak itu.

Mereka kembali menaiki motor dan melajukannya menuju sekolah.

**

Sesampainya disekolah.

FELLICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang