19. Tentang Sepertiga Malam

157 16 3
                                    

Hari terasa sangat dingin. Cia tengah berdiri sembari mengeratkan tangannya memeluk dirinya sendiri. Ia tengah berdiri di bawah atap kecil gerbang sekolah.

Sudah beberapa menit yang lalu ia berdiri disana. Fika hari ini tidak masuk sekolah karena sakit, jadi ia terpaksa harus datang dan pulang sekolah sendirian.

Cia menengadah menatap langit yang semakin gelap. Di kelas sudah takada orang, jadi ia memilih untuk berdiri di gerbang dengan beberapa orang yang tak dikenalnya.

Cia melirik jam ditangannya, ia berdecak kesal.

"Mana sih taksi?" gumam Cia.

Cia menggosok-gosokkan kedua kelapak tangannya, "fuh.. Mana dingin banget,"

Cia celingak-celinguk melihat kanan dan kiri jalan, belum ada tanda-tanda taksi akan lewat.

Ting..

Ponsel Cia bergetar, ia merogoh ponsel di sakunya.

Rio kecebong anyut:
lo dimana?

Tangan Cia langsung bergerak mengetik sesuatu.

Me:
Cia masih di sekolah, Rio tadi kemana? Kok udah absen langsung ilang?

Cia menggenggam ponselnya erat, ia kembali melihat ke jalan.

SIAPA SI SULTAN YANG BORONG TAKSI?

HABIS BANGET

Cia menghentak-hentakkan kaki nya kesal. Tapi tak lama kemudian, ponselnya kembali bergetar.

Ting..

Rio kecebong anyut:
ngapain disekolah?

Cia berdecak kesal, "ya ngapain kalo ga keujanan? Ni orang bego apo dodol sih?!" omel Cia.

Tanpa ia sadari beberapa orang di dekatnya melihat ke arah diri nya.

Cia hanya menunjukkan deretan giginya dan tertawa canggung, "heheh.."

Cia kembali mengetikkan sesuatu di ponselnya, dan menekan tombol send.

Me:
Biasa, piknik

Cia menggenggam ponselnya, ia kembali menatap langit.

"Cia mau pulang," gumamnya.

Ia menundukkan kepalanya sambil menatapi rintik hujan yang turun.

"Mama.. Dingin," rengek Cia. "Ish, Mama sama Papa tu ga perhatian banget, ga khawatir apa anaknya belum pulang? Di telpon kek, di jemput kek, lah ini enggak? Anak udah kedinginan," oceh Cia.

Orang-orang disekitarnya hanya melirik nya dengan aneh.

Cia kembali menatap ponselnya, Rio tak membalas pesannya. Hanya centang dua biru.

"Ini lagi, kebiasaan banget bikin orang kesel. Kerjaan nanya mulu, ga peka peka banget, sadar diri woi sadar," ucap Cia semakin kesal.

"Udah dodol, telmi pula,"

FELLICIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang