Part 7

4.7K 172 1
                                    

"Lepasin gue." Teriak gue.

Tiba tiba.....

Buuuuuuuughhhhh...

Uweeeee, Lando.
Kok bisa dia disini ? Kebetulan atau jangan jangan jodoh sama gue.
Ehh kan emang gue udah jodoh sama dia.

Bughhhh baaaghh bugghhhh...

"Ayo my husband, hajar dia !!!!" Kata gue menyemangati sambil mempraktekan jurus ular berbisa, Ssssssssttt.

"Heh anak kecil. Lo bisa diem gak !!!" Bentak preman yang masih nyandra gue.

"Anak kecil pala lo. Gue udah gede ya om, meskipun badan gue gak tinggi tinggi amat, buktinya gue udah punya KTP, udah punya SIM, udah punya buku nikah.." Cerocos gue. Saking geramnya Om preman tersebut, dia sumpel mulut gue pake sapu tangan.

"Hueeeeekkkk, gila lo om. Sapu tangan lo udah berapa hari gak dicuci sih." Gue terbatuk batuk dan marah marah sambil ngelap bibir.

"Hahahahaha, udah dua bulan gak gue cuci. Udah gue pake ngelap ingus, ngelap air liur, ngelap keringat, ngelap pantat, ngelap ketek." Kata preman tersebut dengan pede nya menjelaskan.

"Setan, bangs*t, anj*ng, ta*, bangke lo Om. Lo mau ngracunin gue pake sapu tangan busuk lo." Maki gue pada preman tersebut. Gue tinju tinju perutnya, gue tendang tendang, gue injek kaki nya.

"Buset lo, kecil kecil tenaga buldozer." Kata preman tersebut mengaduh.

"Rasain lo, itu balasan buat lo."

Preman preman tersebut terkapar akibat pukulan Lando. Dia lari menghampiri gue, dan menarik gue masuk kedalam mobilnya sebelum preman tersebut bangun dan mengeroyok kita.

"Tunggu, sepeda gue ketinggalan." Rengek gue pada Lando.

"Keadaan darurat gini kamu masih mikirin sepeda ?" Kata Lando dengan tatapan mematikan.

Skak Mat.
Gue cuma bisa diem, yang ada ntar malah terjadi perang ke dua. Perang pertama sama preman tadi aja cukup menakutkan. Apalagi perangnya sama suami sendiri.
Selama perjalanan pulang kami hanya diam dengan pikiran masing masing. Gue cuma bisa gigit jari, gue yakin ntar bakal diintrogasi. Gue mesti mikirin alasan yang tepat buat mengelak dari hukuman dia.

Sesampai dirumah, dia keluar dari mobil dan lsngsung narik gue masuk.

"Lepasiiin gue." Rengek gue, tapi dia tidak menghiraukan gue. Hey gue ini bini nya keles, masak iya narik gue pas kerah. Dia pikir gue boneka.

"Darimana saja kamu ? Kamu fikir saya tidak bingung mencari kamu ? Dan jelaskan bagaimana bisa kamu ada disana bersama preman preman tadi !!!" Tanya dia berentetan.

Whattt ??? Nyariin gue ?? Iya sih tadi gue gak pamitan pas berangkat kerja, soalnya dia udah pergi duluan.

"Tadi gue kerja, pulang kerja gue mampir kerumah temen gue. Terus pas pulang nya lewat jalanan sepi, ban sepeda gue meledak. Terpaksa gue dorong dorong sepeda, ehh gak taunya disitu ada preman. Terjadilah aksi kejar kejaran, terus tiba tiba lo dateng." Ujar gue panjang lebar.

"Kan saya sudah kasir supir buat kamu, kenapa kamu tetap nekat bawa sepeda." Kata dia dengan tatapan dingin.

"Ya maaf, gue cuma gak biasa pake supir." Kata gue dengan rasa bersalah.

"Yasudah kalau gitu. Saya naik dulu. Dan satu lagi, kalau ngomong sama suami yang sopan." Tuturnya lagi.

Duh, kok gue ngrasa bersalah gini ya. Gue lihat tangannya terluka kena goresan pisau yang dibawa salah satu preman tadi. Gue beraniin ngetok pintu kamarnya.

Tok tok tok tok...

Gak ada sahutan dari dalam, gue ketok lagi masih sama. Akhirnya gue beraniin buka pintu kamarnya.

Kreeeekkkk...

Pandangan mata gue seketika merajalela mengelilingi kamar yang bernuansa putih dan abu abu. Terkesan dingin seperti orang nya. Baru kali ini gue lihat kamar Lando.
Foto masa kecilnya sampai foto wisuda berjajar rapi didinding. Ternyata dia imut juga sewaktu kecil. Oh iya, yang difoto wisuda dia sama cewek dan terlihat bahagia banget. Siapa ya cewek itu ? Apa sespesial itu sampai sampai saat ini masih dipajang sama Lando.

"Ngapain kamu disini ?" Tanya Lando membuyarkan lamunan gue.

"Saya cuma mau ngobatin luka abang." Ujar gue, sengaja gue panggil dia abang karena dia seumuran sama abang gue.

"Tidak perlu, ini hanya luka kecil." Tolak dia.

Gue udah mau berbaik hati nawarin bantuan juga. "Jangan remehkan luka kecil, sekecil apapun luka tetaplah luka."

"Saya tau, sini biar saya obatin sendiri." Kata dia meminta kotak p3k yang gue bawa.

"Gak mau, sudah diam. Biar saya yang obati luka abang." Perintah gue ke Lando.

Dia tetap bersikeras menolak, akhirnya mau gak mau gue dorong dia ke sofa dan gue duduk diatas pangkuannya agar dia tidak menolak.
Asli, posisi gue saat ini gak menguntungkan banget.
Dengan sabar gue bersihkan luka nya lalu gue plester.

"Maafin saya ya, saya sudah merepotkan abang. Cepet sembuh abang." Ujar gue sembari memandang manik matanya yang berwarna kecoklatan. Dia hanya diam dan balik memandangi gue.

Tanpa sadar, gue kecup pipi nya. Njir, entah setan mana yang lewat waktu itu tapi kejadian kecup pipi ini bikin gue salting sendiri. Sebelum gue makin gugup gue bangun dari pangkuan nya dan siap siap tancap gas kecepatan maksimal.

Tapi kesempatan gue kabur gagal pemirsah. Dia narik tangan gue lalu meluk gue. Anget yalooorr.

"Makasih." Satu kata terlontar dari mulut dia.

Gue cuma melongo denger kata *Makasih* nya barusan. Lalu dilepas pelukannya, dan memindahkan gue duduk disofa sebelahnya. Saking nyamannya ndusel ndusel anget gue sampek lupa kalau gue masih duduk dipangkuannya.

"Hohooo, sama sama my husband. Kalau gitu saya keluar dulu, mau masak buat makan malam." Pamit gue, itupun juga nyari nyari alasan dulu. Lama lama gue disini bisa meledak jantung gue.

Dia hanya mengangguk. Gue pun ngibrit keluar kamarnya langsung menuju dapur. Gue buka buka kulkas ternyata bahan makanan sudah habis. Masih jam 5 sore, mending gue ke supermarket belanja dulu. Gue naik kekamar dan ganti baju dulu. Setelah selesai, gue ambil tas slempang lalu keluar kamar. Pas didepan pintu gue kaget broooh, Lando ngapain nangkring didepan pintu kamar gue.

"Mau kemana ?" Tanya nya.

"Mau belanja, bahan makanan dikulkas udah habis." Kata gue.

"Biar bibik yang belanja." Kata dia.

"Bibik lagi gak enak badan, biar saya saja yang belanja."

"Kalau gitu saya antar kamu, saya tunggu di mobil." Kata dia kemudian berlalu meninggalkan saya.

Gue melongo lagi yaloorrr, seharian ini gue cuma bisa bengong lihat sikap dia. Dibalik sikapnya yang dingin, ada sifat perhatian juga. Uluh uluh my husband, bisa bisa gue jatuh cinta sama lo.

Sepanjang jalan gue cuma bisa senyum senyum sendiri bayangin kejadian pangku pangkuan tadi. Anjir, dosa dosa.
Sesampai di supermarket gue beli daging, sayuran, buah buahan, makanan instan, dan bahan bahan lain yang diperlukan.

Troli yang gue dorong nabrak belanjaan orang, gara gara gue gak lihat depan.

Bruuukkkkk.....

"Haduh, maaf maaf. Saya tidak sengaja." Kata gue sambil membantu memasukkan belanjaan yang berceceran tersebut ke keranjang.

"Iya gapapa kok." Kata dia

Tunggu tunggu, telinga gue kayak familiar sama pemilik suara tersebut. Pas gue mendongakkan kepala ternyata.....

"Randi ......" Kaget gue






Bersambung ......

Thank buat yang udah sempatin baca cerita saya.

Jangan lupa tinggalkan jejak yes.

Partner HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang