Part 8

4.7K 159 1
                                    

"Randi ... !!!" Pekik gue.

"Aurel ? Lo Aurel kan ? Astaga lo masih kecil aja. Gue kira lo udah jadi wanita dewasa yang cantik, bahenol dan pinter dandan. Ternyata lo gak berubah." Tawa Randi, sahabat gue pas SMA.

"Anjir mulut lo, gini gini gue cantik meski gak bahenol. Gue kangen sama lo. Lo apa kabar ?" Tanya gue sambil ngejitak kelala Randi.

"Dimana mana kangen tuh dipeluk bukan dijitak. Kabar gue baik. Lo sendiri disini ngapain ?" Tanya dia.

"Gue lagi belanja lah, masak lagi ngopi." Kata gue sambil memutar bola mata.

"Ya siapa tau, btw lo sama siapa ?" Tanya Randi sambil celingukan.

"Gue sama --"

"Dia datang sama saya." Lando tiba tiba muncul.

"Pacar lo ?" Tanya Randi.

"Oh dia, dia itu --" kata gue terputus.

"Kenalkan, saya Orlando suami dari Aurelia." Kata lando.

"Suami ? Kapan lo nikah ? Kok lo gak undang undang gue." Tanya Randi berentetan.

"G-gue cuma ngadain pesta kecil kecilan, jadi cuma kumpul keluarga gitu." Bohong gue.

"Ohh, kirain belum ada yang punya. Mau gue ringkus duluan. Ternyata udah milik toh." Sindir Randi.

"Ringkus pala lo, lu pikir gue maling. Lo kalah cepet sih." Kata gue sambil menepuk dada.

"Kalau gitu kamu pamit duluan." Ucap Lando memotong pembicaraan gue dan Randi.

"Yaudah, gue duluan Ran." Pamit gue juga.

Setelah pamit pada Randi, gue melanjutkan belanja lalu membayar di kasir dan pulang.
Dimobil Lando terlihat diam saja, emang sih biasanya juga gitu tapi sekarang ini diam nya beda.
Brrrrrrr.. Apa cuma gue yang ngrasa mobil ini jadi dingin kayak di kutub.

"Tadi siapa ?"

"Hah ?" Gue kaget.

"Yang ngobrol sama kamu tadi."

"Ohh, dia Randi sahabat gue pas SMA." Jelas gue.

"Ohh." Jawabnya singkat.

Anjir sumpah, pengen gue getok kepalanya, tapi dia suami gue ntar gue malah jadi istri durhaka lagi. Sabar sabar. Orang sabar disayang suami.
Iyalah suami sendiri, masak suami tetangga kan gak lucu.

Akhirnya sampai rumah juga. Lama lama didalam mobil dia, bisa jadi es batu gue.
Gue angkut belanjaan tadi dan memasukkan nya di kulkas, sebagian lagi gue masak dibantu dengan bibik.

"Mau masak apa non ?" Tanya bibik.

"Masak rica rica ayam super pedes bik. Lagi ngidam pengen makan itu." Kata gue bersemangat.

"Wahhh, non Irel udah isi ya ?" Tanya bibik dengan mata berbinar.

"Isi ? Isi apa bik ? Isi air ?" Tanya gue bingung.

"Maksud bibik tuh non Irel udah hamil ?"

"Hah hamil ? Belum bik." Kata gue. Gimana mau hamil, kamar aja terpisah lagian kan gue belum pernah yang Iya iya an.

"Kirain non, abis tadi bilang ngidam kan saya berpikiran sampai situ." Kata bibik menjelaskan.

"Haha saya memang sering bilang gitu bik, kalau udah nikah gini aneh ya kalau bilang ngidam. Pasti ngiranya hamil beneran." Kata gue sambil ketawa dan melanjutkan aktivitas memasak.



Teng teng teng teng teng .....


Gue pukul kentongan yang sengaja gue persiapkan buat memanggil orang orang yang kerja dirumah ini.

Partner HidupTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang