Bogosipda

3.7K 476 67
                                    

134340 :v

Yoongi kembali duduk di depan jendela kamarnya dengan tatapan kosong mengarah ke taman kecil miliknya. Serpihan kenangannya bersama Taehyung kembali menyatu dalam pikirannya. Pemuda itu menjatuhkan kembali air matanya saat satu hal tentang adiknya kembali ia ingat.

"Aku ingin menanam bunga, Jin Hyung...," Taehyung merunduk. Tak berani menatap wajah sang kakak tertua.

Seokjin mengulas senyum. Ia raih dagu adiknya agar bisa menatapnya. Ia terkekeh kecil saat adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar itu meneteskan air matanya.

"Lalu? Kenapa tak menanamnya?" tanya Seokjin lembut.

Ia membimbing Taehyung untuk duduk di ranjang. Ada Yoongi yang tengah tertidur di sana. Tangannya terulur untuk menyeka cairan bening itu dari pipi adiknya.

"Yoongi Hyung kan alergi aroma bunga," kata Taehyung lesu. "Lagipula, Appa dan Eomma pasti akan memarahiku."

Seokjin bungkam. Hati anak 12 tahun itu mencelos. Matanya ikut memanas. Ia tahu kedua orang tua mereka begitu menjaga Yoongi. Adik keduanya sudah seperti sebuah berlian bernilai milyaran won yang harus dijaga sepenuh hati.

"Kau bisa menanamnya di belakang mansion kita, Tae. Appa dan--"

"Aroma bunganya akan tercium sampai ke kamar kami, Jin Hyung!" sentak Taehyung. "Aku pun juga tak mau membuat Yoongi Hyung sakit lagi!"

Anak laki-laki sembilan tahun itu menatap Seokjin sendu. Bahunya naik turun menahan sesak yang menghimpit dadanya.

"Aku sangat menyayangi kakak kembarku. Aku rela kehilangan seluruh kasih sayang Appa dan Eomma demi Yoongi Hyung."

Taehyung pun melenggang pergi meninggalkan sang kakak yang terdiam. Seokjin tampak shock melihat adiknya yang mengeluarkan keluh kesahnya.

Ia menatap adik pertamanya dengan tatapan nanar. Kedua tangannya membingkai wajah pucat Yoongi. Hatinya sakit setiap kali melihat tubuh Yoongi yang jauh lebih kecil darinya dan Taehyung.

"Hyung akan menjadi dokter untuk menyembuhkanmu, Yoon," lirih Seokjin. "Hyung berjanji."

Yoongi memejamkan matanya. Ada rasa yang luar biasa perih menyergap hatinya. Yoongi benci janji palsu, namun ia tak bisa membenci kakaknya. Ada satu kejadian yang membuat kakaknya gagal meraih cita-citanya menjadi dokter.

"Lihat Tae ... Hyung tak masalah dengan bunga-bunga itu," Yoongi menatapi bunga-bunga yang mulai bermekaran di taman belakang mansion-nya. "Bahkan Appa sendiri yang menanamnya untukmu."

Yoongi bangkit dari duduknya. Ia menarik tabung oksigen yang kini ia gunakan dengan pelan. Sejak kambuh kemarin, Yoongi menjadi kesulitan bernapas. Dokter pun kembali menyarankan untuk memakai alat itu.

"Kuharap kau cepat pulang, Tae," Yoongi membaringkan tubuhnya di ranjang, "sebelum Hyung sendiri yang pulang ke tempat Tuhan."

***

Sudah seminggu semenjak kejadian di mansion Keluarga Kim, Taehyung tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya di hadapan Yoongi dan kakaknya. Hal itu membuat Yoongi semakin tampak murung. Pemuda itu selalu mengurung diri di kamarnya. Beruntunglah pernapasan Yoongi sudah mulai normal. Ia sudah menanggalkan tabung oksigen portabelnya.

"Ikutlah ke konserku, Yoon."

Seokjin mencoba membujuk adiknya agar mau menatap dunia luar lagi. Namun hanya gelengan lemah yang pemuda itu dapatkan. Seokjin mengembuskan napas kasar.

IF YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang