Unknow number:
Kapan kau mati, Kim Yoongi?
Mata itu membulat sempurna. Sebuah pesan mengesalkan membuat pemuda itu meradang. Dengan gerakan cepat, ia menghapus pesan itu.
Seokjin melirik adiknya yang masih sibuk dengan piano kesayangannya. Beruntunglah dirinyalah yang pertama kali membaca pesan itu. Memang tak sopan membuka privasi orang, walau adiknya sendiri. Namun jika ini menyangkut kesehatan Yoongi, ia tanggalkan kesopanan.
"Siapa yang berani meneror Yoongi?" gumam Seokjin.
"Kau bilang apa, Hyung?" Seokjin terperanjat saat bahu lebarnya ditepuk pelan Yoongi.
Seokjin tanpa disadarinya menatap Yoongi canggung. Yoongi tampak memiringkan kepalanya. Wajahnya menyiratkan keheranan.
"A-Ah ani aku hanya ingin makan telur, Yoon. Ya ... telur yang pernah aku makan saat ke Indonesia."
Yoongi hanya mengangguk mengerti. Ia kembali melangkah menuju piano bercorak putih kesayangannya. Meninggalkan Seokjin yang menghela napas lega.
Yoongi kembali menarikan jemarinya, menciptakan rangkaian melodi yang mampu memanjakan telinga Seokjin. Kakak kandung si kembar itu tersenyum tipis dalam diamnya. Kedua tangannya saling mengepal. Ada luapan amarah yang siap meluap kapan saja.
Siapa pun yang berani menyakiti adikku, dia tak lepas dari cengkeramanku!
***
"Kalian harus sudah pulang sebelum hari ulang tahunku. Aku tak mau tahu!"
Kedua orang paruh baya itu terkekeh pelan mendengar ancaman main-main dari anak bungsunya. Kyungsoo mengacak pelan rambut merah terang milik Jungkook. Anak lelaki itu sedikit menggerutu, tapi tak ayal hatinya menghangat saat mendapat perhatian kecil dari ayahnya.
"Tentu kami akan pulang cepat, Kookie. Kami akan membelikan kado istimewa untukmu," Yuri berucap lembut seraya membenarkan kacamatanya. "Tae, jaga adikmu ya. Kami hanya seminggu di Indonesia."
Taehyung hanya mengangguk pelan. Sejak kemarin mood-nya sudah memburuk karena ancaman adiknya. Pemuda itu hanya diam tanpa berniat mengeluarkan sepatah kata pun untuk kedua orang tua angkatnya. Kyungsoo dan sang istri terpaksa harus ke luar negeri karena ada keperluan penting.
Pikiran Taehyung kini hanya dipenuhi dengan wajah Seokjin dan Yoongi.
"Kau ingat janjimu kan, Hyung? Apa perlu kusiapkan racun itu?" Jungkook mulai menguarkan aura gelapnya begitu kedua orang tuanya pergi.
Hal itu mengundang rasa malas di hati Taehyung. Pemuda jangkung itu menatap adiknya malas. Taehyung seakan tak mengenali adiknya lagi. Sifat manja dan penyayang Jungkook sepenuhnya hilang.
"Aku tak akan ingkar, Kook. Kau bisa pegang janjiku." Taehyung melenggang pergi meninggalkan Jungkook.
Terlalu malas meladeni adiknya yang dalam mode menjengkelkan seperti ini.
"Hyung, aku buatkan sup daging untukmu ya," teriak Jungkook.
Taehyung menyumpal telinganya dengan headphone yang sudah tersambung pada ponselnya. Pemuda itu tak memedulikan teriakan Jungkook yang mencoba menarik perhatiannya.
Alunan lagu milik Kim Seokjin berjudul Autumn Outside The Post Office menyapa gendang telinganya. Pemuda itu sesekali bergumam, melagukan setiap lirik yang dilantunkan oleh Seokjin dalam lagu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF YOU
FanfictionHidupku terasa sempurna meski dalam kesederhanaan. Keluargaku merawatku dengan limpahan kasih sayang. Namun aku merasa ada yang kurang dalam hidupku. Aku merindukan seseorang tapi terasa asing bagiku. Copyright 2018