Mahar

121 3 3
                                    

Mahar dalam Islam adalah tanda cinta.  Simbol penghormatan dan pengagungan terhadap perempuan yang disyariatkan Allah sebagai hadiah laki-laki terhadap wanita yang diinginkan menjadi pendamping hidupnya.

Pernikahan Chandra adikku sudah didepan mata, hanya tinggal menghitung hari.  Semua persiapan dipastikan sudah mencapai 90 persen.  Tenda belasan set sudah terpasang di depan rumah, kursi-kursi tinggal diantar oleh pemilik penyewaan peralatan pesta, pelaminan hampir selesai didekor, penata rias di hari H sudah diberikan DP sesuai perjanjian, catering juga sudah dibayar setengah dari harga kontrak, seserahan sudah dihias dan ditaruh di kamar calon pengantin...."Apalagi yang terlewatkan?".  "Masha Allah...", aku menepuk jidat, "mas kawin! aku lupa belum membelinya...."

Kunyalakan mesin mobil, lalu meluncur membelah jalan raya menuju toko mas di pasar pusat kota.  Dua puluh menit berselang. Mobil kuparkir di dekat toko emas langganan.

Sejenak aku menatap barisan sepasang cincin yang dipajang dibagian depan etalase.  Dari kertas kecil yang digantung disalah satu cincin, aku meyakini kisaran beratnya dan menunjuk sepasang yang modelnya paling cantik dimataku.

Pelayan toko mengambilkan.  Sejenak menggunakan kalkulator untuk menentukan harganya, "15 gram dikali 517 ribu rupiah.  Jadi total harganya  tujuh juta tujuh ratus lima puluh lima ribu rupiah, bu", kata si pelayan toko. Aku mendelik, mahal sekali....!

Nafas berat kuhembuskan... Budget yang diberikan adikku hanya 5 juta rupiah. 

Sejenak hatiku dijalari merasa bersalah, teledor telah lupa mengecek harga emas beberapa hari terakhir. Aku hanya asal mengira-ngira mungkin uang lima juta cukup untuk membeli emas murni seberat lima belas gram sesuai permintaan keluarga mempelai wanita.

"Sebentar mbak", ucapku pelan sambil menyodorkan kembali sepasang cincin cantik itu, mengeluarkan handphone dari dalam tas, mencari nama adikku dan memencet tombol DIAL.  Sejenak nada sambung terdengar. Suara sahutan diseberang sana.

"Assalamualaikum Dra, ini mbak lagi di toko mas...mohon maaf ternyata harga emas 24 karat diluar dugaanku.  Harga sekarang per gramnya 517ribu, uangmu hanya cukup membeli sepasang cincin seberat 10 gram saja, itupun masih kurang sedikit, kalau kamu setuju kita beli saja 10gram, kekurangannya mbak tambah sedikit, bagaimana....?"

"Begitu ya mbak, sebentar...Chandra mau nanya mama mertua dulu ya, takut kesalahan....", jawabnya sambil setengah berbisik, mungkin khawatir terdengar oleh orang lain yang berada didekatnya.

"Oke, mbak tunggu ya...."

Aku menutup telpon dan coba melihat-lihat ke toko yang lain.  Dari segi modelnya tak kalah cantik dari toko pertama, namun soal harga hanya selisih 1-2ribu rupiah saja per gram. 

Telponku berbunyi...dari adikku Chandra.

"Mbak Ratih, mbak nyimpan uang gak barang dua atau tiga juta direkening?", tanyanya

"Mmm...mertuamu tetap bersikeras  mahar minimal harus 15 gram ya, Chan?" tanyaku lirih

"Iya mbak...", jawabnya dengan nada lesu

"Kalau rekening atas nama pribadi gak ada, entah kalau rekening tabungan bersama, soalnya mas mu yang pegang buku tabungannya, kalau kartu atmnya aku yang pegang sih....tapi kami sudah sepakat tidak akan sembarang mempergunakannya tanpa izin satu sama lain.  Makanya sekedar mengecek saldo pun kakak jarang".  "Mmm...begini saja, kakak pulang aja dulu sebelumnya mampir ke atm mengecek saldonya, jika ada nanti kakak minta ijin masmu dulu sebelum menggunakannya...Masih ada waktu besok untuk membeli mas kawinmu, oke ?"

Telpon ditutup.

***

Malamnya menjelang tidur, aku mengetuk kamar adikku.

Batas CakrawalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang