Awan mendung menyelimuti langit senja seiring duka yang membungkus relung hati. Gundukan tanah itu masih basah sementara kakiku pun terasa berat meninggalkan jenazah yang disemayamkan didalamnya sebagai rumah terakhirmu. Ah...Emak...hari perpisahan kita sudah tiba. Air mataku jatuh tanpa suara.
Sisa kepedihan masih merayapi hati ketika menatap lemari pakaian mendiang emak, satu persatu mulai kuberesi pakaian almarhumah dengan maksud akan membagikannya pada kerabat yang membutuhkan.
Tanganku seperti menyentuh sesuatu yang keras dilipatan pakaian paling bawah. Sebuah buku hitam yang terselip disana. Agenda pribadi emak. Tulisan tegak bersambung khas goresan tangannya langsung kukenali ketika membuka lembar demi lembar halamannya.
Tidak ada yang istimewa, bukan tulisan tangan berisikan curahan hati... Ini hanyalah sebuah catatan berisi kumpulan resep masakan dan aneka cemilan.
****
Lebaran hampir tiba,
"Vina, kemari...! Hayuk kesini, emak lagi membuat nastar dan putri salju kesukaanmu" teriak emak.
Dengan malas aku menandai halaman batas aku membaca, meletakkan novel yang belum selesai itu di meja kamar dan beranjak menuju dapur.
Emak sedang menyiapkan bahan-bahan kue yang ditaruh dalam sebuah wajah besar. Sepintas aku melirik, ada tepung, telur, gula, margarin, susu dan keju. Mixer diturunkan dari lemari.
Waduh...!!! sinyal naluri malasku berbunyi...."hayoo Vin, putar otak, cari alasan!" Begitu perintahnya..."Lagipula novel itu tanggung jika belum diselesaikan, masih penasaran nih!"
"Tapii....omelan emak akan menganak sungai, takut juga kalau dia murka....Bantu saja dulu, setidaknya sampai mengadon, kalau pas memanggang kan panaasss..., kamu bisa kabuur, bilang aja ada kerja kelompok, mau cari buku penunjang buat mengerjakan tugas sekolah di perpustakaan atau apalah pokoknya cari alasan keluar....", suara lain bagai menimpali.
Akhirnya aku pasrah, memilih duduk mulai mengikuti perintah emak. Memasukkan gula dan telur kemudian menyalakan mixer dan mulai mengocoknya sampai mengembang perlahan. Sesuai instruksi lanjutan, aku mulai memasukkan lagi perlahan-lahan tepung, keju, susu dan margarin yang sudah dicairkan.
Adonan mulai ku uleni, dan dicetak satu persatu kedalam loyang....
Kompor dan oven sudah dipanaskan.
"Mak, kalo manggang gak bisa bantu ya, Vina mau kerumah teman ngerjain tugas kelompok....lagipula kalo cuma manggang kan gampang, Vina udah pernah coba sekali tahun lalu saat emak juga buat kue ini juga", ucapku setengah minta izin
Emak menatapku dengan wajah seolah menyelidik.
Aku memasang wajah serius.
Pandangannya beralih. Tangannya mulai bergerak melanjutkan menyusun loyang per loyang yang sudah diisi kue ke dalam oven.
"Ya sudah sana, tapi pulangnya jangan malam-malam...".
Yessss....!!!, dalam hati aku bersorak kegirangan
***
Keringat deras mengucur di dahi, dan kedua belah anak telingaku.
"Huuuh! Kenapa sih orang Lampung suka banget lapis legit!" Gerutuku sambil membolak balik arang dibawah oven pemanggang..."Dasar....kue neraka ini, buatnya aja bisa setengah hari sendiri, panas arangnya berasa seperti membakar muka, mau sholat jadi buru-buru takut gosong...mana laper dan hausnya ini yang hampir tak tertahan...!!"
Aku merasa seperti pesakitan yang tengah dihukum atas kesalahan yang diperbuat.
Berharap waktu berlalu dengan cepat, hingga adzan magrib tanda berbuka puasa tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Cakrawala
Historia CortaMasih berisi cerpen-cerpen ringan sarat pesan moral sangat dekat dengan keseharian manusia yang akan membuat kamu tersenyum, menangis bahkan merenung. Tema tak hanya seputar rumah tangga, persahabatan dan percintaan... Jika ditarik garis lurus semua...