"Pak ulul, saya duluan ya...sakit perut...!", bisik pak Amir tetangga sebelah rumah saat ceramah singkat selepas subuh di masjid dekat rumah sambil memegangi perutnya.
Pak Ulul mengangguk mempersilahkan temannya itu untuk keluar lebih dulu. Ia masih asyik mendengarkan kultum singkat dengan topik yang menurutnya seru. RIBA dalam transaksi jual beli kontemporer.
Penjelasan sang imam sekaligus pemberi materi mengatakan, " Dalil tentang RIBA jelas pada surat Al Baqarah ayat 278, Surat Al Imron ayat 130".
Pak ulul menulis pada agenda sebagai catatan pribadi
"Sedangkan beberapa hadist menyatakan Riba dosanya lebih dari pada zina 36 kali ada dalam Hadist Riwayat Ahmad dari Abdulloh bin Hanzholah dan dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih al Jami’, no. 3375. Hadist lain menyebutkan riba dosanya ibarat seseorang menzinai Ibu kandung sendiri, diancam diperangi Allah dan Rasulnya di yaumil akhir, berdirinya seperti orang gila, berurusan dengan kemiskinan, bahkan berenang disungai darah...."
Pak ulul mengidik ngeri...suara imam masjid yang tadinya menggema kencang perlahan tenggelam dalam lamunan
Ia mencoba mengingat-ingat lagi apa saja didalam kehidupannya yang kira-kira masih mengandung unsur RIBA didalamnya. Kartu kredit sudah pada digunting semua, rekening di bank hanya sekedar untuk menerima gaji, pekerjaan hanya karyawan swasta biasa dari perusahaan yang memproduksi makanan bayi instan, tabungan gak pernah lebih dari 2 juta bahkan kebanyakan 0 lagi kalau tiba-tiba digunakan untuk kepentingan mendesak, bisnis-bisnis sampingan berbasis marketing netwok berskema ponzi sudah berhenti, warung kecil istrinya gak pake modal bank, rumah warisan orangtua, kendaraan cuma motor itu pun beli cash walau kondisinya seken....
"InshaAllah aman"....ujarnya dalam hati.
***
"Bu Ulul, kajian muslimah minggu depan saya absen dulu ya...", kata istri pak Amir kepada istri pak Ulul sambil membeli kecap dan minyak goreng sore itu.
"Ada keperluan mendesak ya bu? Gak biasanya memilih tak hadir..." jawab istri pak Ulul sambil memberikan uang kembalian.
"Di WA grup, saya baca besok itu kata Ummi Pipik mau membahas tema RIBA, menurut saya gak asik bu...kalau bahasan fiqih wanita saya pasti semangat datang", ujar bu Amir lagi
"Kok begitu sie bu? pilih-pilih bahasan kajian, sayang sekali padahal kan bisa jadi cermin buat kita muhasabah diri, barangkali ada harta atau rizki kita yang masih tercampur dengan unsur haram", istri pak Ulul mencoba mengingatkan
"Malas ah bu...!, bikin saya jadi ilfil, merasa seolah Allah membatasi jalan rizki kita....!" Tambahnya
Istri pak Ulul sejenak menarik nafas. Seolah ingin menanggapi ucapan bu Amir dan mulai berdebat. Namun ternyata ia mengurungkan niatnya, memilih bungkam...
***
Suatu senja sepulang kerja, Pak Ulul berpapasan dengan pak hendro teknisi PAM yang juga menjadi salah satu tetangga dekat rumah. Ia keluar rumah pak Amir dengan wajah merah padam.
"Sore pak Hen, tumben bawa-bawa alat...ada pipa yang bocor ya di rumah pak Amir?, sapa Pak Ulul
"Iya, bilangnya bocor kecil pak. Tapi ternyata merembet kemana-mana", dengusnya kesal.
"Kok bisa gitu pak?"
Setengah berbisik,
"Gak nyangka saya, pak Amir orang sekaya itu kok nyuruh jebolin meteran air di proyek perumahan yg sdg ia tangani, alasanya biar tukang bisa pakai air sesukanya buat keperluan pembangunan...dengan janji memberikan imbalan buat saya", ujarnya kesal "sama aja manfaatin saya buat keuntungannya sendiri itu sie, tapi getahnya entah kapan...? saya yang repot"
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Cakrawala
Short StoryMasih berisi cerpen-cerpen ringan sarat pesan moral sangat dekat dengan keseharian manusia yang akan membuat kamu tersenyum, menangis bahkan merenung. Tema tak hanya seputar rumah tangga, persahabatan dan percintaan... Jika ditarik garis lurus semua...