Wanita berhijab panjang disampingku menyetir Alphardnya dengan tenang. Dimataku ia nampak begitu elegan dengan kacamata hitam. Setelan gamis dan khimar yang dikenakan serta tas branded disampingnya menambah anggun penampilannya. Aku membatin, semua yang dikenakannya tentu bernilai puluhan juta. Itu terlihat jelas, dari segi pakaiannya saja, meski potongannya terlihat sedehana namun kupastikan bahan kain dan jahitan bajunya minimal jualan butik, bukan produk sekelas pasar grosiran.Aku senyum-senyum sendiri, penampilannya begitu kontras dengan gamis yang kupakai yang harganya tak lebih dari 300an ribuan. Pun dengan sepatu dan tas, semuanya hanya barang fashion biasa, tanpa label.
"Ini lo mbak, salah satu konveksi bagus di kota ini, mungkin mbak bisa membantu mereka memasarkan produknya di medsos, mereka biasanya terima reseller seperti mbak juga, yang hobby berjualan online. Ya barangkali cocok buat mengisi waktu luang", ucapnya sambil memarkirkan mobilnya disebuah bangunan yang cukup bagus di pinggiran kota.
Kami masuk ke dalam.
Tempat yang tak begitu besar, sepintas dari luar terlihat seperti sebuah toko pakaian jadi. Namun ketika masuk, aku langsung jatuh hati karena ternyata proses produksi baju-baju cantik yang dipajang didepan dilakukan langsung didalam toko itu sendiri.
Kami berkenalan dengan pemiliknya yang ramah. Seorang perempuan pengusaha muslim yang sangat bersahaja. Dari obrolan ku ketahui bahwa owner usaha itu adalah sahabat wanita yang mengantarkanku tadi.
Akupun mengenalkan diri dan mengutarakan maksud kedatanganku, yakni hendak melamar menjadi bagian dari team reseller tokonya.Setelah melalui pembicaraan yang santai namun hangat, pengusaha itu pun menerimaku sebagai resellernya dengan tangan terbuka....
*****
Tepat dua bulan sudah aku menempati rumah yang disediakan kantor baru di Bandung. Suamiku adalah seorang marketing manager handal yang menyebabkan ia harus berpindah-pindah tugas. Pasca menikah aku meninggalkan profesiku sebagai perawat dan memilih mendampingi suami sebagai ibu rumah tangga biasa sambil menekuni bisnis online. Kota ini adalah kota ke 7 ku selama ikut suami bertugas. Namun bedanya, kepindahan kali ini bukanlah tugas dari perusahaan suami sebelumnya. Ia keluar dari perusahaan lama dan memulai hidup baru di Bandung dengan merintis sebuah usaha baru dibidang manufacture bersama sahabatnya masa kecilnya di Riau, yang tak lain adalah suami dari wanita yang mengantarkanku ke toko kemarin.
"Mi, jangan terlalu dekat ya dengan Mba Fita", saran suamiku di suatu sore.
"Kenapa sih bi? Ummi kan gak punya teman di kota ini, jadi gak ada salahnya kan berteman dengannya?. Apalagi dia istri partner abi", jawabku
"Abi faham betul tabiat suaminya Mi, inshaAllah baik dan amanah orangnya... tapi kalau istrinya?, Abi kan belum tau...takut jika dikemudian hari berselisih dengan umi, bisa mempengaruhi pekerjaan Abi. Apalagi abi sekarang kan sedang mulai lagi usaha sendiri dengan suaminya, salah satu tujuan kita pindah kemari kan supaya bisa menetap gak pindah-pindah terus seperti dulu mi, .... makanya jika ummi bermasalah, bisa mempengaruhi hidup kita selanjutnya" jelasnya...
"Yeee....emangnya umi kayak ibu-ibu kebanyakan yang ratu rumpi dan tukang kompor sana sini...?!" Aku pura-pura sewot.
"Bukan begitu maksud Abi sayaaang..., tolonglah difahami, Abi hanya mengingatkan agar umi lebih pandai menempatkan diri saja, bukan gak boleh berteman dengannya", jawabnya setengah merayuku sambil mengamit pinggangku dari belakang.
Aku tersenyum.
"Iya deh, umi akan nurut abi...ummi akan membatasi diri berteman dengannya, lagian ummi sadar kok siapalah umi, cuma ibu rumah tangga biasa, kalau dibandingkan dengan ummi Lita....ya minder juga..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Cakrawala
Short StoryMasih berisi cerpen-cerpen ringan sarat pesan moral sangat dekat dengan keseharian manusia yang akan membuat kamu tersenyum, menangis bahkan merenung. Tema tak hanya seputar rumah tangga, persahabatan dan percintaan... Jika ditarik garis lurus semua...