"Selamat datang penghuni baru...!", sapa sebuah suara bernada dingin....
Hendro celingukan mencari asal suara, ditatapnya seorang pria yang lebih dulu menghuni sel sempit itu. Laki-laki pendek berbadan tegap berkulit gelap dengan rambut keriting tengah itu tengah duduk mendekap lututnya dengan pandangan menunduk, menyendiri diujung sel seolah tak memperdulikan kehadirannya.
Keningnya berkerenyit. Aneh. 'Jadi siapa yang bicara padaku tadi?' Pikirnya.
Hendro melangkah gontai kesudut lain ruangan itu, lalu menjatuhkan pantatnya dilantai sel yang dingin. Duduk bersila dengan kepala menunduk. Sejenak ia memejamkan mata merenungi nasibnya yang berakhir di ruangan sempit berjeruji. Kebebasannya terenggut. Vonis 8 tahun penjara bagai kiamat dalam hidupnya. Air mata mulai menggenang disudut-sudut pelupuk matanya.
"Kau menyesal?", suara itu kembali terdengar.
Hendro mengangkat wajahnya kearah si pria satu sel. Mata mereka beradu. Senyum tipisnya tersungging, sambil mengulurkan tangannya, ia berkata, "Samsudin, Bapak bisa memanggil saya udin", ucapnya membuka perkenalan
Hendro celingukan. Suara Udin berbeda dengan yang ia dengar tadi.
"Mencari siapa, Pak? Hanya ada kita berdua disini", tegur Udin melihat tingkah Hendro yang masih seperti orang bingung.
"Saya Hendro, sepertinya saya tadi mendengar suara lain diruangan ini, tapi saya tak yakin..."
Udin tertawa
"Gak aneh Pak, penjara kadang membuat siapa saja yang berada didalamnya seperti orang gila, sering berhalusinasi. Jangan khawatir, nanti juga Bapak akan terbiasa"
Hendro mengangguk setuju.
"Kasus apa yang membuatmu kemari, Pak?".
"Saya terlibat Korupsi"
"Mmm...Bapak pasti pejabat, berapa banyak uang yang sudah ditilep?" Ujarnya setengah menyeringai
Hendro berusaha tak tersinggung
"Bukan, saya bukan pejabat, hanya konsultan beberapa mega proyek milik pemerintah. Saya ini jadi kambing hitam Din, uang yang saya terima gak sebanding hanya 1 milyar sementara pejabat-pejabat yang bermain di proyek saya menerima lebih dari itu bahkan beberapa kali lipat, namun hanya saya yang diseret ke penjara.
Mata lelaki itu terbelalak "Hanya satu milyar? Itu angka fantastis buat orang seperti saya yang paling banyak hanya memegang puluhan juta saja!", seru Udin setengah tertawa "ngomong-ngomong pantas, Bapak ditempatkan disini. Setauku kalau mantan pejabat biasanya diruangan khusus, yang lebih elit...", lanjutnya lagi.
Hendro membalas dengan senyuman sinis diujung bibirnya.
"Kamu sendiri, terlibat kasus apa hingga di bui ?", Hendro balas bertanya
"Membunuh sekaligus pencurian"
Matanya hampir keluar dengan mulut menganga, seolah tak percaya berhadapan dengan seorang pembunuh.
"Kenapa, takut ya Pak?" Ujarnya kembali tertawa kecil
Hendro menggeleng pelan.
"Aku membunuh mantan istriku yang ingin menikah dengan pria lain, setelah itu mengambil beberapa perhiasan yang merupakan pemberian dariku dulu dari rumahnya", ucapnya datar.
"Aku melakukannya karena dendam, dia istri yang tak tau terimakasih....saat usaha lancar cintanya berlabuh, tapi usaha kecilku bangkrut dia ribut minta cerai", ucapnya dengan nada sinis
Hendro duduk mematung, mendengarkan cerita panjang yang mengalir dari mulut Udin, teman satu selnya.
"Aku memang ingin wanita jahanam itu mati!. Aku pun tak ikhlas jika ia menikmati kebahagiaan dengan pria lain, dasar sundal...! habis manis sepah dibuang", ujarnya bernada geram
KAMU SEDANG MEMBACA
Batas Cakrawala
القصة القصيرةMasih berisi cerpen-cerpen ringan sarat pesan moral sangat dekat dengan keseharian manusia yang akan membuat kamu tersenyum, menangis bahkan merenung. Tema tak hanya seputar rumah tangga, persahabatan dan percintaan... Jika ditarik garis lurus semua...