1

6.3K 821 27
                                    

"Dasar anak sialan! Bagaimana bisa aku dikelilingi orang-orang tidak berguna dan hanya bisa menyusahkan saja. Kau seharusnya ikut menyusul Ibumu."

Kata-kata itu mungkin terdengar menyakitkan, tapi tidaklah lebih menyakitkan dari luka yang menghiasi tubuh kurus Lilith.

Jika boleh memilih gadis itu mungkin akan lebih memilih menyusul Ibunya yang telah berpulang terlebih dahulu. Entah Surga atau Neraka, Lilith akan jauh lebih memilih salah satunya dari pada harus menerima setiap kebencian dari Ibu penggantinya.

Dalam sebuah dongeng Cinderella yang pernah ia baca sewaktu kecil dikisahkan bahwa Ibu tiri itu galak, kejam dan hanya mencintai Ayah. Menurut Lilith cerita itu tidak sepenuhnya salah. Lilith merasakan semua kekejaman Ibu tirinya. Luka pukulan gagang sapu atau sekedar omongan kelewat pedas hampir ia rasakan setiap harinya.

Lalu bagaimana dengan sang Ayah? Apakah ia tidak mengetahuinya karena sibuk bekerja?

Tidak. Kenyataannya sang Ayah tercinta ada didalam rumah. Lebih tepatnya terbaring lemas diranjang tuanya dengan tubuh yang semakin melemah setia harinya. Lilith jelas tidak ingin memperburuk kesehatan sang Ayah dengan menceritakan segala macam bentuk perlakuan Ibu tirinya. Bukan karena Lilith takut sang Ayah terkejut. Lebih buruk dari itu, Lilith lebih takut terhadap hal yang akan dilakukan Ibu penggantinya itu.

Wanita tua dengan otak kriminalnya itu tidak segan-segan memberikan racun untuk mempercepat kematian Ayah Lilith. Setidaknya dengan Lilith yang selalu patuh terhadap perintah Ibu tirinya sang Ayah dapat bertahan hidup lebih lama. Jadi untuk sekarang ini biarkan Lilith menerima segala bentuk rasa sakit untuk melindungi satu-satunya cahaya hidup yang ia miliki. Sebelum nantinya cahaya itu padam dan Lilith ikut membakar dirinya menjadi butiran abu.

[]

LILITH✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang