Lilith terkesiap dengan jawaban yang diperolehnya. Iblis? Tidak. Makhluk seperti itu tidaklah ada. Sama sekali tidak nyata, hanya sebuah penyebutan yang digunakan para orang tua untuk menggambarkan makhluk penggoda manusia agar berbuat kemaksiatan dan berujung menyesatkan diri. Tapi sama sekali tidak berwujud, sama seperti hantu.
"Eii.. jangan samakan aku dengan sebuah arwah Lilith. Aku nyata. Tidakkah kau melihat rupaku yang tampan ini?"
Sejujurnya Lilith tidak ingin percaya dengan setiap kata yang diucapkan pria di hadapannya ini, perihal iblis atau segala bualannya. Tapi kali ini nampaknya Lilith harus mempercayainya. Percaya kepada pria yang sedari tadi berhasil menebak setiap pemikiran Lilith.
"Itu mustahil. Iblis seharusnya tidaklah nyata atau memiliki wujud manusia sepertimu." ujar Lilith masih belum dapat sepenuhnya percaya akan ucapan pria berjubah hitam gelap itu.
"Tapi kenyataannya aku ada Lilith. Disini. Berdiri tepat dihadapanmu. Haruskah aku menyentuh tanganmu agar kau merasakan jika aku nyata?"
Dengan perlahan pria itu mulai melangkahkan kakinya, mengikis sedikit jarak antara dirinya dengan Lilith.
"Berhenti! Jangan mendekat lagi. A-aku percaya." Ucap Lilith lantang, menghentikan langkah kaki sang iblis. "Jika kau benar-benar iblis, untuk apa kau kemari? Bukankah seharusnya kau berada di neraka."
Kedua alis sang iblis mengernyit mendengar pertanyaan Lilith.
"Jika yang kau maksud sebuah istana megah dengan segala kesenangannya itu adalah neraka, maka ya. Aku tinggal disitu."
Kini gantian kedua alis Lilith lah yang mengernyit bingung. Setahu gadis itu, neraka tidaklah menyenangkan. Sama sekali tidak.
"Well, kau mungkin harus berkunjung ke tempatku jika masih tidak percaya Lilith. Tapi sebelum itu, bukankah akan lebih baik jika kita saling mengenal dahulu?"
Lilith tidak tahu kenapa ia harus mengenal pria yang mengaku sebagai iblis, tapi sebagai gadis yang memiliki tata krama Lilith memperkenalkan dirinya terlebih dahulu.
"Aku Lilith."
"Ya, aku sudah mengetahuinya, manis."
Terdengar tidak sopan dan menyebalkan. Kendati begitu Lilith tetap berusaha mempertahankan kesopanannya.
"Um, siapa namamu?"
Tawa ringan keluar dari bibir sang iblis. "Sejujurnya aku sedikit bingung ingin menjawab apa atas pertanyaanmu itu." Ujarnya memberikan sedikit jeda untuk membasahi bibir bawahnya sejenak. "Aku memiliki banyak nama. Iblis adalah salah satu nama yang diberikan mereka untuk menyebutku. Tapi kurasa, aku lebih menyukai jika kau memanggilku dengan nama yang lebih manusiawi."
"Aku Jungkook. Jeon Jungkook."
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
LILITH✓
Mystery / ThrillerSeharusnya Lilith tidak membukanya. Seharusnya ia tidak penasaran akan bunga yang tumbuh dalam sebuah lentera usang. Seharusnya ia juga tidak tergoda dengan paras tampan dan bisikan lembutnya. Tapi apa yang bisa disesalkan saat semuanya telah terjad...