Ternyata sekolah asrama itu berat. Itu yang sedari tadi ada di pikiran Yein. Yein termasuk anak manja, bukan manja dalam konteks pengadu,cengeng atau bersikap kelewat manis pada orangtua tentunya. Manja yang Yein maksud adalah ia tidak pernah melakukan pekerjaan rumah sendiri. Rasanya sangaat berat!, seberat baju kotor yang kini dibawanya.Disebelahnya tentu saja ada Ryu Sujeong si bawel yang selalu menemani. Sudah hampir 8 minggu mereka hidup bersama, dan menurut Yein, Tuhan memang sangat pengertian memberi teman sekamar yang secerewet Eomma nya.
"Makanya cucian tuh jangan ditumpuk, liat sekarang.. siapa yang paling menderita disini?" Omel Sujeong pada Yein.
Yein hanya bisa mendengus, "Tunjukkin aja jalannya, jangan ngomel terus Jeong, gakeliatan nih."
Sujeong memanyunkan bibirnya, "auhh, dasar!" , Lalu ia mengambil sebagian baju kotor yang menutupi penglihatan Yein.
"Sini!, setengah baju punya lo masukkin ke dalem keranjang cucian kotor gue, biar cepet sampe." Perintah Sujeong.
.
.
.
.
Laundry Corner, nama tempat itu. Ya, berbeda dengan asrama kebanyakan, Ryungnam tidak menyediakan tempat mencuci baju di tiap bangunan asrama. Merepotkan?, sangaat!.
Setidaknya Yein dan Sujeong harus berjalan beberapa meter dari asrama mereka. Ditempat itu tidak hanya ada murid dari department seni. Semua murid dari seluruh department mencuci baju disana. Sistem pencucian bajunya mirip dengan sistem coin laundry. Namun disini coinnya diganti dengan kartu pelajar Ryungnam.
Akhirnya mereka sampai di Laundry Corner.
"Kenapa lo gak protes sama harabeoji kalau laundry corner ini bikin repot seluruh siswa?" Tanya Yein pada Sujeong yang sedari tadi menggerutu.Sujeong menaruh keranjangnya didepan mesin cuci, "Udah In, dan harabeoji cuma ketawa doang pas gue protes."
Yein menempelkan kartu pelajarnya pada mesin cuci, lalu segera memasukkan tumpukkan baju kotornya, "Kurang jelas kali lo ngomongnya Jeong."
"Gue kan kalo ngomong singkat padat dan jelas In." Jawab Sujeong dengan percaya diri
Singkat, padat dan jelas pala lu Jeong
Yein terlihat kebingungan, "Pewangi baju biasanya dimana sih?"
"Lo gak ngambil tadi?, tuh ada di deket pintu masuk." Tunjuk Sujeong pada sebuah rak besar.
"Tungguin cucian gue ya, gue mau kesana." Ujar Yein, dibalas anggukan oleh Sujeong.
.
.
.
.
Yein berusaha sekuat tenaga meraih pewangi baju kesukaannya yang terletak di rak paling atas. Yein memang punya tubuh tinggi, namun rak dihadapannya jauh lebih tinggi.
Suara agak berat tiba tiba menginterupsi kegiatan Yein.
"Itu didepan lo masih ada pewangi baju."
Yein jelas langsung menoleh ke asal suara. Sungguh perkataan orang itu membuat Yein jengkel setengah mati.
"Terserah gue." Ujar Yein jengkel lalu melanjutkan kegiatannya.
Laki laki itu berjalan kearah Yein, tepatnya berdiri dibelakang Yein. Ia segaja menabrakan dadanya pada punggung Yein, yang otomatis membuat dahi Yein membentur rak, lalu ia mengambil pewangi baju yang sedari tadi Yein coba ambil. "Yaudah kalo gitu." Katanya sembari berjalan pergi.
Yein memejamkan mata, kemudian menghembuskan nafas kasar. Kesal, Yein mengejar lelaki itu, mengambil kartu pelajar yang menyembul di saku belakang celana jeans tanpa diketahui pemiliknya.
"Makan tuh, dasar nyebelin." Desis Yein.
Yein lalu kembali tanpa pewangi baju yang ia inginkan, Yein hanya tersenyum simpul memainkan kartu berwarna biru muda ditangannya. Sujeong yang melihatnya tentu saja langsung bertanya.
"In, pewangi baju lo mana?"
Yein lalu menunjukkan kartu itu didepan muka Sujeong. Sujeong pun mengeja nama pemilik kartu itu, "Jeon Jung-Kook?, ini kartu pelajar In, bukan pewangi baju." Jelas Sujeong sambil mengedipkan matanya berkali kali.
Yein memutar matanya, "Tadi gue barter Jeong, dia ngambil pewangi baju gue, terus gue ngambil kartu pelajarnya dia." Jelas Yein.
Sujeong yang baru mengerti membentuk bibirnya seperti huruf O sambil mengangguk angguk, "Terus orang itu nyuci bajunya gimana?" Tanya Sujeong lagi.
Yein menatap kartu itu lagi lalu tertawa dan mengendikkan bahu. "Gatau hahaha"
.
.
.
.
"Kuk, udah ngambil pewanginya?" Tanya Jimin yang sibuk memasukkan baju kedalam mesin cuci.
Taehyung yang ada disebelah Jimin merebut pewangi yang ada di tangan Jungkook, "Dih!, kok ngambil pewangi yang ini?, inimah baunya kayak cewekk."
Jungkook hanya terkekeh, "Tadi cuma ada yang itu."
"Masa Laundry Corner segede gini cuma punya pewangi yang itu?" Protes Jimin
"Yaudahlah, kali kali wangi baju kita agak soft dikit. Lagian gabakal kecium banget kok." Ujar Taehyung menenangkan
"Hmm.. iyadah gapapa. Kuk minjem kartu pelajar lo, gue gabawa." Ucap Jimin
Taehyung menonjok bahu Jimin, "Weyy, samaan!, Gue juga sengaja gak bawa kartu. Mana kuk?" pinta Taehyung.
"Sebentar.." Ucap Jungkook sambil memasukkan tangan kesakunya. Mata Jungkook melebar setelah ia meraba saku belakangnya.
"Lah.. tadi perasaan gue simpen disini."
Taehyung dan Jimin ikut panik melihat ekspresi Jungkook.
"Wah si Jungkook ngajak ribut."
"Jangan bercanda elah."
Jungkook menepuk dahinya,"Anjir, kena gue."
TBC
민윤ZY
KAMU SEDANG MEMBACA
Push & Pull (Jjk × Jyi)
Fanfiction[ON GOING] [writer block🙏🚫] Jeon Jungkook!, Keluar dari pikiranku!! . . . Banglyz⚠