Kami berjalan mengendap-endap di balik semak-semak sesekali terhenti saat Wiz mengangkat tanganya.
Cahaya bulan purnama terkadang jatuh menyinari kami. Namun berkat sihir ilusi milik Nina, gerak-gerik kami tidak di sadari oleh penjaga yang berpatroli. Walau begitu, kewaspadaan kami tak mengendur barang sedikitpun.
Akhirnya kami telah sampai di seberang pagar pembatas yang setinggi empat meter di sana.
Wiz yang berada di sampingku langsung bergerak maju dengan gesitnya dan melompati pagar di sana dalam sekali gerak.
Sembari memperhatikan sekitar, Wiz memberi aba-aba kepada kami untuk segera maju mengikutinya setelah di rasa tidak ada yang memperhatikan.
Beriringan, kami semua melompati pagar itu tanpa ada yang terganggu sedikitpun dan mendarat dengan mulus.
Kami langsung berlari membuntuti Wiz yang sudah berada jauh di depan. Dia sedang berusaha membuka kunci pintu kayu hanya dengan dua batang besi pipih.
Dalam beberapa gerakan, suara "klik" dapat terdengar. Tanda pintu tersebut telah berhasil di buka.
Dengan perlahan Wiz membuka pintu tersebut dan menuntun kami ke dalamnya.
Kami terus memasuki mansion tersebut tanpa bersuara sedikitpun.
Saat kami sampai di ruangan yang agak luas, sesuai rencana, kami bertiga berpisah mulai dari sini.
Wiz dan Barld pergi menuju lorong di sisi kiri, sedangkan Miya dan Nina pergi menaiki tangga menuju lantai dua.
Aku sendiri, bersama Tasya dan Nia pergi menuju lorong di sisi sebaliknya dengan yang dituju Wiz dan Barld.
Kami terus mengendap-endap di sepanjang lorong. Beberapa pintu juga kami jelajahi.
Namun seperti yang sudah aku duga, pintu-pintu tersebut terkunci sehingga membutuhkan waktu cukup lama hingga Nia berhasil membukanya dengan cara sama yang di lakukan Wiz.
Merasa hal ini akan memperlambat gerak laju operasi ini, aku memutuskan untuk berpisah saat kami berada di lorong yang bercabang di seberang sana.
"Kalian berdua, berhentilah."
Ucap ku sembari menghentikan Nia dan Tasya dengan cara menggenggam tangan mereka berdua yang berada di depan agar mereka menghentikan langkahnya.
Dan akibatnya, karena aku juga menghentikan langkah, mereka 'pun ikut terhenti karena beban di masing-masing tangan mereka.
Nia yang bingung akan sikap ku segera menurunkan penutup mulutnya dan protes.
"Apa yang kau lakukan ? Kau ingin kita di ketahui ?!."
"Tidak, dengarkan aku dulu. Kita berpisah di sini saja. Kau dan Tasya teruslah maju kedepan, biarkan aku mencari di sana. Jika kita terus bersama, ini akan memperlambat pekerjaan kita."
Seakan paham apa yang aku katakan, Nia dan Tasya saling berpandang dan mengangguk tanda akan setuju.
"Baiklah, kita akan berpisah di sini. Aku percayakan tugas ini untuk mu !."
"Percayakan padaku !."
"Haku, hati-hati !."
"Yeah."
Setelah saling menganggukan kepala, Nia kembali mengenakan penutup mulutnya dan berlari meninggalkan ku sendiri.
Tak berniat menyia-nyiakan waktu yang kumiliki. Aku langsung beranjak menuju lorong di sisi lainnya.
Dalam hal ini, Aku mencoba memanfaatkan sihir eksplorasi. Hasilnya terdapat beberapa orang di depan sana yang sepertinya adalah ruang bawah tanah dan tiga orang lainnya di area pekarang mansion ini. Mungkin mereka adalah para penjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroes From Another World 「Vol.1」
Fantasy#4 in Hero [19/06/2018] #6 in Isekai [30/06/2018] Dunia terhenti, jam keputusasaan mulai berdentang..... Haku Verian tiba-tiba di kejutkan oleh dunia yang terhenti saat Ia berada di dalam kereta. Kebingungan terus menyusup ke dalam pikirannya, lalu...