Chapter 26 - Inilah akhirnya

677 54 7
                                    

Tubuhku seakan tenggelam jauh kedalam jurang.

Ugh!

Sungguh! Aku hampir tak bisa menggerakkan seluruh tubuhku.

Bahkan jika aku tak mencengkram dengan kuat, mungkin pedang ini akan lepas dari tanganku.

Aku nyaris saja kehilangan kesadaranku.

Kalau aku tak segera memperkuat tekadku, hal yang mustahil untuk aku masih bisa berdiri- menjaga tubuhku untuk tetap melayang.

"Hah, hah, hah..."

Napasku terengah-engah selagi keringat terus bercucuran.

Tekanannya sungguh hebat!

Tapi bahkan aku tahu kalau dia masih belum menunjukkan kekuatan yang sebenarnya!

"KAU PASTI MENGENAL DIRI INI, BUKAN?"

Aku hanya diam.

Tak perlu ditanya sekalipun, aku sudah tahu siapa dia!

Tapi yang menjadi masalah, bahkan untuk bicara saja aku tak yakin mampu melakukannya. Kalaupun memaksa, aku pasti akan tergagap.

Aku tak mungkin melakukan hal itu!

"AKU MENGANGGAP KALAU DIAM MU ITU SEBAGAI JAWABAN 'IYA'. BAIKLAH, TAK PERLU MENGULUR WAKTU LEBIH LAMA LAGI. SAAT INI JUGA, KEMBALILAH KE DALAM DEKAPAN DEWA DAN DEWI MU!"

Dari balik tubuhnya yang kelam, empat rantai muncul dan melesat kearahku.

Sambil menggemmeretakkan gigiku, aku berusaha menebas rantai-rantai itu. Namun sayang, tak ada satupun tebasanku yang berhasil mengenainya.

Sepertinya gerakanku mulai melambat!

Seakan berusaha agar aku tak dapat bergerak, rantai-rantai itu dengan cepat mengikat pergelangan kaki dan tanganku dan lalu menariknya ke arah yang saling berlawanan.

"Aarghh..!"

Sakit!

Mereka menariknya terlalu keras hingga tubuhku merenggang. Rasanya seperti ruas-ruas tulangku ingin lepas dari tempatnya!

Bahkan lilitan dari rantai yang nampak seperti berkarat itu terasa begitu kencang hingga kulitku bisa saja mengelupas.

Sial, aku tak bisa melepaskannya!

Perlahan, Penguasa Kegelapan itu mulai mendekat kearahku.

Aku bisa melihat kalau tangan kanannya yang gelap itu mulai bergerak aneh sembari masih di selimuti kabut hitam yang mulai pekat disana.

Jari jemarinya yang lancip mulai menyatu dan memanjang di satu sisi dan akhirnya bentuknya mulai berubah hingga nampak layaknya seperti ujung tombak.

Aku sudah tahu apa yang akan di lakukan dengan itu.

Selagi aku mulai panik, sebuah kilatan cahaya melesat di depanku. Disusul oleh rapalan mantra.

"""Oh, dewi api yang melindungi kami dari segala macam bahaya. Berikan kami kehangatan mu, dan musnahkanlah musuh di hadapanku! [Gazze]!"""

Bola api yang besar terbentuk berirama dengan rapalan yang terdengar dan lalu kemudian jatuh menimpa sosok Penguasa Kegelapan.

Bola api itu perlahan-lahan menelannya kedalam inti.

Tapi tak berselang lama, api itu seakan tertarik ke dalam sesuatu.

Sebuah lubang yang tercipta, menarik gumpalan api itu dari sulur-sulurnya.

Aku hampir tidak percaya, tapi dengan jelas dihadapanku! Sang Penguasa Kegelapan sedang melahap api itu melalui tanggannya!

"Ini... tidak mungkin... kan?!"

"Mustahil..."

Suara putus asa dan rasa tidak percaya keluar dari mulut Lily dan Nina.

Aku pun juga merasakan hal yang sama saat ini. Ini benar-benar di luar kemampuanku!

"SERANGAN SEPERTI ITU BAHKAN TAK BISA MELUKAI DIRI INI. TAPI BAGAIMANAPUN JUGA, PENONTON SEHARUSNYA TETAP MENJADI PENONTON."

Dia melayangkan tangannya ke arah Lily dan yang lainnya. Kemudian, seketika tanah mulai bergetar dan beberapa saat kemudian, dapat terlihat jelas dengan mata kepalaku sendiri, apa yang ada dibawah sana langsung terhempas begitu jauh.

Seakan tanah itu dikeruk dengan paksa, hingga menyisakan pemandangan yang mengerikan.

"Apa yang kau lakukan!"

Demoniacs itu hanya diam dan terlihat masa bodoh dengan apa yang dia perbuat.

Emosi ku begitu meluap-luap. Tapi aku tak bisa melakukan apapun untuk itu.

Sekali lagi hanya bisa merapatkan gigiku, aku hanya memandanganya dengan putus asa terhadap diriku sendiri.

Sial! Apanya yang pahlawan, huh?!

"YAH, ITU TIDAK BISA DIHINDARI."

Tanpa kusadar, Sang Kegelapan sudah berada tepat didepanku.

Melihat kedalam matanya yang pekat, hanya tersisa titik merah menyala, aku semakin merasakan ketakutan hingga membuat tubuhku menggigil.

Tidak hanya itu, emosi lain juga ikut bercampur didalamnya.

Marah, sedih, benci, takut, putus asa, menyesal....

....

Rasa sakit yang berasal dari dadaku membuat diriku sadar untuk sesaat.

Tangannya, telah menikam dada kiriku hingga menembus keluar dari balik punggung.

Rasa sakit yang amat sangat mulai menjalar kesaraf-saraf, membuat seluruh ototku menegang.

Saat aku beralih menatap wajahnya yang pucat, dia menarik tangannya sehingga menyisakan lubang menganga yang mengerikan.

Bahkan kemampuan regenerasi ku belum cukup mampu untuk menyembuhkannya.

Atau mungkin tidak bisa.

Dia mengeluarkan semacam buku kusam sembari membukannya langsung ditengah.

Bersamaan dengan itu, seluruh aliran mana didalam tubuhku terlepas dan menghilang entah kemana.

"DENGAN INI, TERIMALAH KEPUTUSASAAN DAN MENDERITALAH."

Kesadaranku dengan cepat merosot pudar.

Aku sudah tidak bisa merasakan semua organ tubuhku.

Seluruh tubuhku dingin...

... Aku tak bisa memikirkan apapun...

Semuanya telah berakhir...

Kesadaranku telang menghilang, ragaku telah dilumat.

Pada akhirnya, aku telah mati.





Haku Verian
Di tempat kerja, saat jam istirahat.

Heroes From Another World 「Vol.1」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang