Bab 31 - Perbincangan Ini Akan Dilanjutkan Nanti

17 4 0
                                    


Bab 31

Perbincangan Ini Akan Dilanjutkan Nanti

Hampir seminggu ini, anggota eskul sepakbola merasakan yang namanya latihan surga, sebenarnya kebalikannya, yang jelas fisik mereka sedikit ditempa dengan latihan yang "menyenangkan" itu. Bisa dibilang latihannya cukup berhasil, dan mengingat keberhasilan itu, rasanya Sari akan mencoba meningkatkan intesitas latihannya. Dia sudah punya rencana bagus rupanya. Walaupun sudah pasti latihan semacam itu tidak akan dilakukan oleh anggota eskul yang lain dengan rela hati.

Untuk sekarang, mereka sedang mempersiapkan strategi untuk menghadapi tim Silver Boy. Tim itu sebenarnya adalah musuh bebuyutan dari Golden Boy, yang tiga hari kemudian akan mereka hadapi. Sudah menjadi rahasia khalayak kalau antara Silver Boy dan Golden Boy memiliki rasa permusuhan yang menurun. Mereka saling uji skill dan uji prestasi. Semua itu demi sebuah tujuan yaitu untuk membuktikan yang terbaik di antara mereka.

Beruntungnya bagi Komet Angkasa adalah keadaan mereka—Komet Angkasa—sekarang tidak banyak dipantau. Ya, itu memang sebuah keuntungan. Menjadi tim kuda hitam dengan kekuatan yang tidak diketahui bisa menjadi senjata rahasia. Meskipun di sisi yang sama mereka kehilangan sang juru taktik, Byandra, tapi di sisi lain, sepertinya Sari sudah mengantisipasi ini. Seperti sekarang misalnya, mereka sedang menonton pertandingan terakhir dari Silver Boy.

"Kedudukannya tiga kosong untuk kemenangan Silver Boy. Ketiga golnya diciptakan oleh Irvan Prasetya." Semua lalu memperhatikan seorang pemain yang paling disorot saat itu.

"Menurutku dia biasa saja, hanya, dia sepertiya sangat mahir dalam bola atas. Selama ada aku dan Genta, kami tidak akan kalah." Ando percaya diri.

"Kenapa kalian begitu yakin?" Sari mulai mengintograsi. Suasananya memang agak gelap sekarang, tapi wajah Sari terpercik sebuah cahaya seolah ada lampu yang menyorot wajahnya. Dia seperti seorang agen yang sedang memeriksa seorang mata-mata.

"Kalau masalah itu, aku hanya yakin saja. Memangnya tidak boleh kalau hanya sekadar yakin?"

"Itu tidak boleh. Kalau kalian punya pendapat atau gagasan, kalian juga harus mengatakan alasan yang masuk akal. Sesuatu yang berjalan di luar logika itu tidak bisa dihitung." Sari menceramahi.

"E, memang betul sih."

"Serahkan saja dia pada kami. Aku cukup tinggi dan karena tinggi lompatan dari Irvan tidak terlalu bagus, rasanya aku akan bisa mengatasinya." Sekarang giliran Genta yang mengatakan rencananya.

"Itu sebuah alasan yang bagus. Jadi, kita akan serahkan Irvan Prasetya kepada Genta. Ada yang punya usulan lain?"

Gilang mengacungkan tangan. "Lalu, bagaimana dengan sayap mereka, sayap mereka sangat baik dalam memberikan umpan silang melambung. Siapa yang akan mengadang mereka?"

"Kalau soal mereka, mungkin bisa diserahkan kepada kami." Jala memberikan usul.

"Tidak," Sari bersedekap dan menggeleng. "Jala dan Jalu akan bermin di lini depan. Yang menjadi bek sisi adalah Harudin dan Andri. Gelandang bertahan adalah Irham dan Arya. Penyerangnya tetap Agung."

"Hei, tunggu. Kau tidak bisa mengubah formasi sesukamu." Agung protes.

"Tentu saja bisa, sekarang akulah manajer kalian. Ini adalah tugasku untuk menentukan strategi."

Agung cuma diam. Dia tahu kalau pendapatnya tidak akan diapakai, maka buat apa dia susah-susah mengutarakan pendapatnya. Bahkan, sampai sekarang, dia merasa Sari lebih kolot dibanding Byandra.

"Jadi itu strateginya, tapi manajer, apa kau yakin ini akan berhasil?" Lanang bertanya. Dialah yang akan menjadi pengatur permainan. "Soalnya, di pertandingan terakhir aku tidak bisa berbuat banyak."

"Aku sangat yakin, dan kau juga harus yakin Lanang. Kemampuanmu sudah meningkat sekarang. Asal kalian tahu saja, aku sudah mencatat setiap perkembangan kalian."

"Sejak kapan kau melakukannya?" Irham heran.

"Selama ini, selagi kalian sibuk berlatih."

"Eh, maaf aku ada saran. Apa aku boleh bicara?" Siluman mencoba mengusulkan sesuatu. Namun hawa kehadirannya yang tanpa bola sangat sedikit sampai tidak ada yang menyadarinya. Ya sudah, karena tidak ditanggapi, dia lalu mundur hingga ke sudut ruangan.

"Baiklah, rasanya semua orang sudah mengerti."

Pintu terdobrak. Sesuatu muncul dari sana.

"Eh, maskot, kamu dari mana saja?"

Landung menjawab, tapi suaranya terhalangi. Karena itulah, dia menjawab dengan gerakan isyarat. Dia berdiri, jongkok, menggerakkan tangan dan kaki seperti orang yang ingin buang air, setelah itu dia berdiri lagi.

"Dia bilang kalau dia baru saja mengurus administrasi untuk pertandingan besok." Siluman berujar. Namun lagi-lagi dia tidak ditanggapi. Dia makin tenggelam ke sudut ruangan.

"Baiklah, sekarang kita latihan sebelum bertanding besok. Aku akan pastikan kalau sekarang latihannya ringan saja."

Perasaan semuanya menjadi tidak enak, tapi tidak ada yang bicara ataupun protes. Bisa mereka kena hukum sebelum latihan.

***

"Baiklah, sekarang saya sudah hadir. Saya Bung Geni, akan memandu pertandingan yang akan segera berlangsung. Tapi sebelumnya, mari kita berbincang-bincang dengan seorang wartawan senior terkenal. Bung Kuk. Bung Kuk, bagaimana menurut Anda pertandingan ini?"

"Ah, sebelumnya saya ingin mengklarifikasi kalau saya masih junior dan bukan seorang wartawan senior. Jadi begitulah kiranya. Dan untuk pertandingan ini, sepertinya akan berjalan menarik."

"Wow, Bung Kuk mengatakan pertandingan ini akan berlangsung menarik. Bisa dijelaskan maksud Anda, Bung Kuk?"

"Seperti kita tahu, Silver Boy adalah tim yang bagus. Paruh tahun kemarin mereka berhasil masuk ke babak enam belas besar dari Piala Nusantara. Ini sebuah prestasi yang bagus. Selain itu, mereka punya banyak pemain bagus di semua lini. Saya yakin tim ini akan memperlihatkan permainan yang bagus."

"Ngomong-ngomong soal Silver Boy, Anda sudah mengikuti tim ini sejak lama, jadi Anda sudah tahu kekurangan dan kekuatan tim ini kan?"

"Ya, itu memang benar. Dan untuk sekarang, sepertinya kekuatan mereka berada di lini depan yang sangat ganas. Tidak jarang mereka mencetak banyak gol di pertandingan."

"Baiklah, rasanya sangat bagus untuk Silver Boy. Lalu untuk Komet Angkasa, bagaimana menurut Anda, Bung Kuk?"

"Ya, inilah menariknya. Apa yang akan terjadi dengan Komet Angkasa? Ini pertanyaan yang menggelitik. Seperti yang kita tahu, Komet Angkasa sudah vakum cukup lama dari sepakbola. Sebenarnya mereka tetap bermain tapi jarang mendapatkan perhatian. Yang menarik adalah kemunculan mereka yang tiba-tiba baru-baru ini. Tempo hari, tim ini bertanding dengan dua tim yang berbeda dengan hasil yang terbilang tidak buruk. Menang dua satu melawan Wirata Bangsa dan imbang satu satu melawan Golem yang kita sudah ketahui ketangguhannya. Menurut saya, ini adalah tim yang berisi kejutan."

"Wow, kejutan sodara-sodara, apa kalian mendengarnya. Maaf Bung Kuk, bisa Anda jelaskan lebih lanjut soal ini?"

"Yah, kebangkitan dari Komet Angkasa sendiri adalah kejutan. Setelah bertahun-tahun tidak menang, akhirnya tim ini memperoleh kemenangannya. Yah, ini bagus bagi mereka. Iklim sepakbola mereka rasanya masih dalam masa menanjak, karena itulah, tim ini berhasil mendapat perhatian yang tidak bisa dibilang sedikit."

"Baiklah sodara-sodara sekalian. Kami sebenarnya ingin bebincang lebih lanjut tapi kedua tim sudah akan memasuki lapangan pertandingan. Kita akan lanjutkan perbincangan ini di pertandingan nanti. Untuk sekarang, kita saksikan dulu mereka yang akan masuk ke lapangan."

Komet 11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang