(Revisi) Bab 2 Bagian 11 - Di Mana Aku?

27 1 6
                                    

Komet 11

Bab 2 - Permulaan Baru

Bagian 11 - Di Mana Aku?

Ketika Landung sadar, dia berada di sebuah tempat misterius. Seperti sebuah penjara bawah tanah. Lantainya sangat keras dan kotor. Dindingnya tidak tampak lebih baik. Sedangkan langit-langitnya sangat tinggi. Mereka seolah berada dalam kastel raja iblis.

Landung tidak tahu apa yang terjadi.

"Landung, Landung."

"Hangga." Ternyata dia tidak sendirian. Ada anak lain yang bersamanya dan itu tidak cuma Hangga. Masih ada anak-anak lain juga. Mereka rupanya terkumpul di tengah ruangan yang begitu luas. Landung berdiri dan memperhatikan sekitar. Para zombie, Alfar, Arya, Hangga, dan dirinya sendiri, bahkan Byandra. Semua sudah sadar. Landung mungkin adalah orang yang sadar paling terakhir. Yang pasti, dia mencoba mengingat-ingat ada apa sebenarnya.

Terakhir kali yang dia ingat adalah ...

"Ah ...," ya, Landung ingat. Dia tiba-tiba saja dikarungi dan tidak sadarkan diri dan bangun-bangun di sudah ada di tempat itu. Landung kemudian berspekulasi. Dia pernah menonton film yang sama persis seperti kejadian yang dialaminya sekarang. Sekelompok orang diculik secara mendadak kemudian mereka diminta bertarung untuk menghibur raja penculik. Akan ada pertumpahan darah. Belum lagi ada adegan mereka bertarung dengan mayat hidup.

Tidaaaaak. Itu sungguh horor. Landung memegang kedua pipinya dan dia gedek-gedek.

"Selamat siang semuanya." Sebuah suara menggema. Ada sebuah layar besar yang tiba-tiba menyala di salah satu dinding. Membuat fokus semua orang teralihkan.

"Eh, apa itu?"

"Apa itu?" orang-orang bergerundel.

"Tenang. Kalian tidak diculik." Suara itu menjelaskan. "Kalian berada di pulau terpencil ini adalah karena kalian telah terpilih untuk sebuah ujian khusus."

"Ujian khusus?" anak-anak bertanya-tanya. Derungan spekulasi mulai merambah mereka. Kemudian, ada yang berteriak keras. "Ujian apa?"

"Tenang. Tenang. Ini bukan penculikan dan organ kalian akan tetap berada di tempatnya. Kalian ada di sini adalah karena perintah dari bos besar. Bos ingin menguji kemampuan fisik dan mental kalian. Sebentar lagi aku akan menjelaskan aturannya. Bagaimana, sudah siap? Bagus. Maaf, barusan aku sedang bicara dengan asistenku."

"Bos besar?" anak-anak saling berbincang panik antara satu dan lainnya. "Kenapa tidak sebutkan saja siapa dirimu sebenarnya?" seorang yang tadi berteriak, melantangkan suaranya lagi.

"Baiklah, kalau begitu kita mulai dari awal. Kalian bisa sebut aku dengan sebutan narator. Aku diperintah oleh bos besar untuk menguji kalian apakah kalian cukup layak atau tidak. Jadi, mulailah bersiap-siap karena ujian akan segera dilakukan, dan perlu kalian ingat, kami memantau masing-masing dari kalian."

"Pak. Wc-nya sudah kosong. Kalau mau ke sana cepat, nanti ada yang pakai lho." Suara itu terdengar dari monitor."

"BODOH. Aku ini sedang berbicara dengan para tamu. Jadi tidak keren, kan?"

"Tapi, pak, Anda bilang tadi ..."

"Iya-iya. Aku paham. Semuanya permisi sebentar."

Setelah beberapa menit menunggu, sebuah suara terdengar lagi.

"Baiklah, sampai di mana kita tadi? Oh, ya, sebaiknya aku jelaskan saja langsung aturannya ya. Baiklah. Jadi, mohon perhatiannya."

Tidak seperti sebelumnya, sekarang anak-anak jadi diam. Landung pikir ini aneh, apa mereka sudah tidak lagi takut?

"Pertama, kalian lihat pintu itu? Pintu itu akan membawa kalian keluar dari kastel ini. Lalu, apa yang sebenarnya membuat kalian di sini? Satu hal yang perlu kalian tahu, kalian akan mengikuti sebuah seleksi untuk pembentukan sepakbola SMA Kartika Kencana."

Layar sekarang menunjukkan gambar. Landung coba menengok. Ya, di salah satu dinding memang ada sebuah pintu besi besar. Jadi sepertinya memang benar kalau pintu itu adalah jalan keluarnya.

"Masing-masing dari kalian akan membawa bola. Kalian diharuskan lari di jalan hingga sampai puncak. Tapi tidak cuma itu. Ada kejutannya, tapi aku tidak akan memberitahunya. Yang menang, nanti akan mendapatkan hadiah sebanyak sepuluh juta rupiah."

"WOOH! SEPULUH JUTA." Anak-anak bergemuruh lagi.

"Saat pintu dibuka nanti, kalian akan melihat para panitia, jadi jangan khawatir soal keselamatan kalian. Keselamatan adalah yang utama. Dan satu lagi, sepertinya ada yang akan bicara dengan kalian."

"Hai semua." Layar menampilkan seorang gadis cantik berambut hitam.

"HWWOOOOH! BUKANKAH ITU NABILLA?"

"Benar. Perkenalkan, aku Nabilla dari BTV 49. Aku mengucapkan selamat berjuang semuanya. Aku menunggu di puncak. Siapa pun yang bisa sampai puncak dengan waktu yang sudah ditentukan dapat bersalaman denganku."

"Mantap cak, aku bisa salaman sama Nabilla."

"Nabilla, aku datang."

Tidak jelas siapa yang bicara itu, tapi Landung dan teman-temannya memperhatikan dengan serius instruksinya.

"Baiklah. Sepertinya semuanya sudah mengerti. Kalau begitu, aku, sebagai narator, mengucapkan selamat berjuang. Pertarungan kalian dimulai dari ... Sekaraang!"

Terdengar suara derit. Gerbang besar terbuka. Anak-anak yang melihatnya langsung tidak berlama-lama lagi. Mereka berlari di urutan terdepan. Semuanya mengikuti.

***

Tidak jauh dari saat mereka keluar dari pintu gerbang, panitia pertama sudah menunggu. Landung berhenti di sana sejenak. Tentu saja anak-anak lain juga sama. Mereka diwajibkan berhenti di situ untuk mengambil bola.

Jadi, uji pertama adalah menggiring bola di sepanjang jalan. Landung berlari dengan bola di kakinya. Dia berlari di sepanjang jalan aspal. Dia harus hati-hati karena salah satu sisinya adalah jurang. Memang ada pembatas, Namun bolanya tetap bisa saja lolos dari sana dan jatuh.

Kalau jalannya lurus akan agak mudah, sayangnya, jalannya menanjak. Ini membuatnya harus mengendalikan bolanya dengan cermat. Itu bukan masalah bagi Landung karena dia sudah terbiasa.

Di udara, ada helikopter yang sepertinya dipakai untuk memantau. Helikopternya berderung dan mengalihkan pandangan mereka yang ikut ujian sejenak. Hingga sekarang, semuanya masih berkonsentrasi. Tidak ada kesulitan yang berarti kecuali soal stamina yang mulai menurun. Beberapa anak tertinggal jauh di belakang. Mereka ngos-ngosan dan tidak mampu lagi. Maklum, mereka bongsor.

Landung kehilangan yang lain. Hangga dan Alfar, seharusnya mereka sama-sama tapi sepertinya mereka sudah pada menghilang. Tidak ada cara lain bagi Landung kecuali berlari saja seperti biasa.

"Aku yakin, yang lain juga sedang berjuang."

Sebenarnya kan mereka tidak harus mengikuti ujian ini. Namun, mungkin, akibat dari hadiahnya, semua jadi bersemangat. Untuk Landung sendiri, dia tidak tahu kenapa dia ikut-ikutan. Dia seharsusnya ada amotivasi tersendiri. Tapi entahlah. Dia tidak yakin soal itu.

Landung hilang konstentrasi sebentar akibat dari helikopter yang mendekat. Bolanya jadi melenceng karena tertiup angin. Jauh dari Landung. Landung coba meminggir dan mencari bolanya. Di tengah itu, setelah mencari beberapa waktu, akhirnya dia menemukan bolanya juga. Akan tetapi, bukan hanya bola. Dia juga menemukan ...

"Ah, itu kan ...."

Komet 11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang