Bab 2 - Aku Benar-benar Kesal!

100 9 0
                                    

Bab 2

Aku Benar-benar Kesal!

Melihat pertandingan tadi membuat Landung jadi lebih bersemangat. Usai meletakkan tas di kamar, dia mengambil bolanya. Melakukan juggling dengan punggung kaki dan lutut lalu bola diangkat ke kepala sampai dia menyundulnya beberapa kali dan akhirnya bola kembali ke kaki. Selanjutnya bola dibiarkan menyentuh lantai dan dia impit dengan kakinya. Membiarkan bola itu berhenti.

"Aku tidak pernah bisa salto, tapi dia bisa berhasil." Dia kembali membayangkan teman satu sekolahnya itu. Tidak, mungkin tidak tepat kalau dikatakan sebagai teman karena bagaimanapun, mereka tidak pernah berinteraksi secara langsung dan Landung hanya tahu nama pemuda itu adalah Agung. Kalau tidak salah namanya Agung Al Farisi. Betul, Landung kembali mengingat lagi salto yang dilakukan Agung. Membayangkan Agung yang melompat, memutar badan lalu mengangkat kaki ke atas. Membiarkan bola menyentuh kakinya hingga melenting ke arah gawang hingga akhirnya masuk menerabas jala gawang.

"Landung, waktunya makan malam." Lamunannya buyar oleh sebuah suara yang datang dari arah dapur. Tumben hari ini bukan ibunya. Itu adalah suara seorang wanita yang lebih muda. Suara kakaknya yang dalam beberapa bulan ke depan akan menjajaki bangku universitas.

"Iya." Namun Landung tidak serta merta berhenti bermain. Dia melakukan juggling lagi sembari berjalan ke arah pintu. Membuka pintunya dengan susah payah lalu keluar dari kamar dan membiarkan pintu kamarnya terbuka. Sebuah trik dilakukan dengan melontarkan bola dan dia kemudian merendahkan badan hingga punggungnya horizontal dan membiarkan bolanya berada di atasnya. Dia melentingkan bola lagi, kembali berdiri tegak dan menyambut kembali bola ke kakinya.

"Lama sekali. Dan apa kau tidak ingat kata Ibu, jangan main bola di dalam rumah."

"Yah, apa boleh buat. Aku sedang ingin main bola. Ha ha ha." Dia melontarkan bola ke atas lalu menangkapnya dengan tangan. "Di mana Ibu?" Landung duduk di meja makan.

"Sedang pergi keluar sebentar. Katanya ada yang ingin dibeli. Kalau mau makan dulu saja."

"Kakak tidak makan?"

"Sudah selesai." Kakaknya berdiri dari tempat duduk. "Aku mau ke kamar. Jangan ganggu kecuali ada hal penting."

"Ya sudah kalau begitu."

***

Pagi menyambut. Landung sudah siap dengan kaos olahraga. Ini adalah hari libur. Entah bagaimana dia merasa begitu bersemangat. Dia bahkan sudah melakukan pemanasan. Bola sudah berada di dekat kakinya.

"Aku keluar dulu." Dia membuka pintu rumah dan mulai berlari di sepanjang jalan. Bola digiring sepanjang dia lari. Dia kini sedang menuju ke arah lapangan di dekat sekolah. Beberapa motor dan mobil berseliweran tapi itu tak mengurangi konsentrasi Landung terhadap bolanya. Bila diperhatikan dengan saksama, Landung dapat memainkan bolanya meski di saat bersamaan dia menyapa atau membalas sapa para tetangga dan orang-orang yang kenal dengannya.

"Nanti bilang ke ibumu kalau pesanannya sudah datang ya." Seorang bibi meminta tolong padanya.

"Ya." Dan Landung masih berlalu. Jarak antara rumah dan lapangan yang bersahabat memang sangat menguntungkan. Tidak terlalu dekat sehingga dia bisa sembari berlatih selagi dia menuju ke arah lapangan. Di saat bersamaan, tidak terlalu jauh sehingga latihannya itu dapat dihitung hanya sebagai awal pemanasan saja.

Pagi-pagi begini, lapangan dan sekitarnya biasanya ramai. Apa boleh buat, orang-orang biasanya joging dan bercakap-cakap sembari istirahat. Anehnya, agaknya kali ini sedikit berbeda, entah mengapa. Lapangan cukup sepi dengan hanya beberapa orang. Landung menjuggling bolanya berbarengan dengan dia menaiki anak tangga. Yah, dia memang cukup mahir melakukannya. Tanpa sedikit pun salah langkah yang dapat membuatnya jatuh dan cedera.

Komet 11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang