(Revisi) Bab 2 - Bagian 14 - Maskot

14 2 2
                                    

Komet 11

Bab 2 - Permulaan Baru

Bagian 14 - Maskot

Landung menatap langit yang begitu cerah dengan awan-awan tipis menyisip. Sekarang semestinya dia tidak melakukan itu karena jam pelajaran masih berlangsung. Namun, posisinya yang berada di dekat jendela membuatnya begitu tertarik untuk melihat ke arah luar.

Mungkin dia masih kepikiran karena tidak lolos masuk jadi pemain ekskul sepakbola. Si gendut yang duduk bersamanya jadi sedikit heran pas memperhatikan Landung. Dia ada pertanyaan tetapi pertanyaan itu dia simpan sampai jam pelajaran usai. Akhirnya dia bicara dengan Landung.

"Sudah, jangan terlalu dipikirkan."

Landung cuma diam hingga membuat si gendut harus memanggil sampai beberapa kali.

Akhirnya Landung tersadar ketika tangannya disenggol.

"Sudah kubilang, jangan terlalu dipikirkan. Aku tahu kamu suka sepakbola, tapi kalau tidak lolos seleksi mau bagaimana lagi."

"Masalahnya, aku tidak tahu apakah aku akan masuk ke ekskul lain. Aku tidak berniat memasuki ekskul lain."

"Lah, memangnya kenapa? Ekskul di sekolah ini bukan hanya sepakbola."

"Tapi, kan ..."

"Sudah. Kau sepertinya butuh refreshing. Mungkin ada baiknya kalau kau ikut seperti aku. Mengikuti perkumpulan idol. Asik lho."

Landung diam dan ini membuat si gendut harus melanjutkan.

"Kau bisa menjadi anggota pengurus karena perkumpulan sedang kekurangan pengurus sekarang. Yang lain pada sibuk."

"Pengurus ya. Ah, benar juga. Itu dia. Sekarang aku mengerti."

"Mengerti apa?"

"Terima kasih ya." Sekarang, Landung pergi ke luar kelas dan berlari menuju ke gedung ekskul sepakbola.

***

Ini sudah lebih dari seminggu semenjak tes seleksi masuk ekskul sepakbola diadakan. Semuanya tampak mulai akrab. Tiga hari terkhir dipakai untuk melakukan latihan fisik. Tentu saja kemampuan masing-masing anak sudah dicatat. Semua datanya ada pada Byandra. Sekarang, dengan statistik itu, Byandra sedang menimbang formasi dan posisi dari masing-masing anak.

Byandra seperti biasa duduk di atap datar gedung ekskul sepakbola. Dia menganalisis dan mencorat-coret tab-nya. Matanya penuh pertimbangan. Sesekali dia melihat ke bawah tempat yang lain sedang latihan. Kondisi para pemain bagus. Hasil latihan fisik terakhir juga tampaknya menjanjikan. Kalau sudah begini, rasanya mereka akan membaik sedikit demi sedikit.

Drone di awang-awang terus mengambil data. Entah kenapa Byandra masih menggunakan bantuan teknologi padahal semestinya dia bisa mengawasinya secara langsung. Oh ya, karena dia tidak mengawasi, maka yang bertugas sebagai pengawas sekarang adalah Alfar. Anak itu dinilai memiliki jiwa kepemimpinan yang cukup baik.

Mungkin ada alasan mengapa Byandra tidak bergabung dengan yang lain. Soalnya, tim mereka sekarang ini masih belum memiliki tim ofisial. Pelatih dan sekretaris juga manajer belum ada. Karena itulah Byandra merangkap semua jabatan itu. Dia pastinya bekerja keras untuk itu.

Selain itu, tampaknya para zombie juga diminta latihan. Sepertinya mereka bisa lolos cuma karena mereka ingin salaman dengan Nabilla. Pasti itu untuk mengantisipasi andai mereka kekurangan pemain. Apakah itu baik? Hangga tidak merasa demikian.

Karena menurut Hangga, ketimbang mempertahankan anak-anak zombie itu, bukankah lebih baik untuk memasukkan Landung saja. Kemampuan Landung sudah teruji. Namun Byandra tetap menolak. Dia bilang dia ada alasan untuk itu.

Selain latihan fisik, latihan yang dilakukan adalah pembiasaan dengan bola. Mereka diminta setiap saat bersama bola untuk mendapatkan rasa dan sentuhan terhadap bola. Bagaimanapun mereka akan bermain bola bukan yang lain. Sedikit demi sedikit, anak seperti Hangga yang tidak terbiasa dengan bola mulai menampakkan perbaikan. Dia sudah dapat menggiring bola zig zag dengan waktu yang sudah meningkat.

Sisanya sepertinya tidak terlalu diperhatikan karena mereka memang sudah memiliki dasar kemampuan bermain sepakbola. Seperti Jala dan Jalu, kedua anak itu bermain dengan bagus saat latihan.

Kerja sama mereka menarik meski di satu sisi mereka berada di dua sisi yang berbeda. Jala biasanya berada di kanan dan Jalu di kiri. Namun ini tidaklah mutlak karena mereka bisa tetap bermain dengan bagus meski dengan posisi tertukar.

"Haduh, capek." Anak-anak zombie mulai melipir ke samping dan duduk-duduk. Keringat mereka banjir seperti anak sungai. Mereka malah kemudian berbincang santai dan tertawa-tawa.

"Kau tidak menyuruh mereka latihan?" Gilang berkata kepada Alfar.

"Tidak. Biarkan saja. Sejak awal mereka memang tidak ada niat melakukan latihan ini. Aku tidak akan memaksa seseorang yang tidak memiliki hasrat akan sesuatu."

"Perkataanmu dalam sekali."

Namun, berbeda dengan Alfar, Byandra langsung turun ketika melihat anak zombie yang berleha-leha. Dia mendekati mereka.

"Apa yang kalian lakukan?"

"Apalagi. Sudah jelas kan kalau kami sedang istirahat. Latihan ini membuat kami kelelahan."

"Siapa yang mengizinkan kalian istirahat?"

"Tidak ada. Kami hanya tidak mau terlalu capek karena nanti kami jadi kurang tenaga untuk mendukung Nabilla. Kami kan ...."

Namun Byandra langsung menghadapkan telapak tangannya ke anak yang menjawab itu. Kemudian dengan satu jentikan, anak-anak itu sudah jadi zombie yang tak bisa melawan perintah Byandra.

"Latihan. Latihan. Latihan." Anak-anak zombie itu kemudian berlari di sekitar gedung ekskul. Hufh, rasanya mereka memang perlu dipaksa agar mau latihan.

Beberapa menit kemudian akhirnya waktu istirahat datang. Anak-anak sungguh duduk-duduk dan istirahat. Akan tetapi, tidak terlihat kalau ada minuman di dekat mereka. Padahal kan mereka butuh minum.

"Maskot." Byandra menggunakan ponsel untuk memanggil seseorang. Tak lama, sesuatu datang. Dia berbentuk seperti bintang warna kuning dengan ekor warna oranye. Anak-anak kelihatan kaget.

"Jadi kita punya maskot ya?" Dano mempertanyakan. Dia melirik kepada Alfar.

"Aku tidak tahu."

Maskot itu melangkah dengan gerakan yang seakan dibuat-buat tapi sebenarnya tidak. Seragamnya itu pasti berat sehingga beberapa kali dia harus jatuh dan bangkit. Anak-anak tertawa melihat hal itu. Setelah sekian meter berlari dengan susah payah, dia sampai juga. Di tangannya ada kardus yang berisi air mineral dan minuman pengganti ion tubuh.

Tentu saja tidak perlu dipertanyakan minuman mana yang lebih laku. Minuman ion yang memiliki rasa lemon jelas lebih unggul dibanding air putih. Ya, ponari sweetnya habis dan anak yang tersisa mau tidak mau terpaksa minum air putih botolan. Hangga berisisiatif untuk membantu memberikan botolnya kepada yang lain.

Usai istirahat sebentar, latihan dimulai kembali. Anak-anak masih bersemangat dan ini bagus. Bahkan tanpa paksaan dari Byandra semuanya tampak bersemangat. Jelas itu tidak berlaku untuk para zombie. Selain itu, si maskot juga tampaknya ikut latihan. Dia juga menendang bola dengan kepayahan.

Latihan itu berakhir pukul empat sore. Sudah waktunya pulang. Anak-anak sudah bersiap pergi. Sebelum itu, Byandra mengumumkan ke yang lain untuk berkumpul. Ada satu hal yang perlu dia sampaikan. Anak-anak sudah memperhatikan semua. Kini, saatnya Byandra memberitahukan apa yang hendak dia katakan semenjak tadi. Dia pasti sudah menimbang hal ini dengan saksama.

"Sabtu depan," Dia tidak basa-basi. "Kita akan uji tanding." Dengan sekolah lain.

Semua anak terdiam. Bukankah itu terlalu mendadak?

Komet 11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang