Bab 27 - Harapan Palsu

17 5 0
                                    

Bab 27

Harapan Palsu

"Hawa ini, hawa penghancur yang sangat kuat." Bahkan seorang Jagoraya merasakan sebuah ancaman. Mata pemuda yang membawa bola itu berwarna merah. Hawanya begitu kuat sampai membuat dada sesak, dan dia menjadi perhatian pusat semua penonton. "Semuanya, hentikan dia!" Jagoraya memberi perintah.

Tanpa berlama-lama, tiga orang berlari ke arahnya. Namun bolanya dioper. Hawa penghancur menghilang seketika.

"Apa yang kalian lakukan!?" Egga kali ini yang berteriak. Tiga orang itu langsung sadar.

Hanu mengingatkan. "Jagoraya, awas, dia datang!"

Jagoraya tidak paham apa yang dimaksudnya sebelum matanya menangkap sesuatu. Itu adalah seseorang, dia melompat di dekatnya. Tinggi sekali sampai dia harus mendongak. Bola mengarah ke kepala orang itu dan bola langsung disundul.

Wuussh.

Priiiit.

"GOOOOLLL!"

"Apa yang terjadi sodara-sodara. Bolanya masuk. Bolanya masuk. Adakah yang bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?" Bung Geni jadi terkejut.

"Sepertinya ada umpan yang datang tanpa diduga dan umpan itu langsung diselesaikan oleh Agung." Bung Petir berkata dengan sangat bersemangat. "Siapa yang menduga, di awal babak kedua, Komet Angkasa bisa langsung menyamakan kedudukan. Sekarang kedudukan menjadi sama kuat. Satu satu, sodara-sodara."

"Yang tadi itu, sebenarnya apa?" Jagoraya masih belum bisa mencerna keadaan.

"Hebat." Hangga terdongkrak dari bangkunya.

"Horeee!" Semua pemain Komet Angkasa bersorak.

Ando menggeplak pundak Siluman. "Kau hebat siluman."

"Iya kau hebat." Yang lain juga ikut-ikutan.

"Ah, tidak sehebat itu kok. Tidak sehebat itu. Maafkan aku. Maafkan aku."

"Aneh, kenapa dia malah minta maaf?" Gilang tidak habis pikir.

"Kalau begitu, ayo kita cetak gol lagi." Andri juga sedang semangat-semangatnya.

"Bagus. Semangat tim langsung naik." Byandra bergumam.

"Yang tadi itu, sebenarnya apa?" Sari bertanya pada Byandra. Namun Byandra tak menjawab dan itu memaksa Sari menganalisa seorang diri.

Pertandingan dilanjutkan lagi. Bola berada di kaki Golem. Hanu memimpin penyerangan. Para pemain Golem maju. Bola dialirkan ke sayap. Jala mengadang pemain lawan. Sayap dari Golem mencoba mengutak-atik bola. Namun dia sadar bahwa Jala tidak mudah dilewati. Karena itulah dia mengoper ke sayap di lini kedua. Bola lalu dibawa ke tengah di mana seorang gelandang bertahan berada.

Gelandang itu memberikan bolanya pada Hanu. Dari Hanu, bola dibawa ke Egga.

"Bagus. Aku kosong." Egga mencapatkan celah. Ando tadi sempat melepas sedikit penjagaannya dan dia menyesalinya. Bola berada di kaki Egga. Ando coba mengejar sayang dia terlambat. Bola sudah berada dari kakinya ditembak. Ando sedikit dapat menutup ruang tembaknya. Bola sedikit menyentuh kakinya. Akibatnya, tendangan jadi melemah dan dapat ditangkap dengan mudah oleh Gilang.

"Semua, maju!" Gilang memerintah.

Para pemain gelandang kembali ke posisi mereka. Ditendang saja bola itu dari kakinya hingga sampai ke tengah lapangan. Agung menyambut dan berhasil memenangkan duel udara. Lanang diberikan operan.

"Baiklah, kali ini, aku akan memberikan umpan yang bagus." Tunggu dulu. Lanang merasakan sebuah gerakan. "Ada di sana." Dan bolanya diumpan.

"Terobosan yang sangat bagus sebenarnya dan berhasil menerobos sisi pertahanan lawan. Hanya saja tidak ada pemain di—oh, apa yang terjadi. Ada seorang pemain Komet Angkasa yang sudah berada di depan kotak penalti." Bung Geni mengomentari.

Komet 11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang