Bab 20 - Sepertinya Tidak Bijaksana

30 4 0
                                    

Semua pasti terkejut dengan berita mundurnya ketua OSIS. Bukan hanya yang di lingkungan OSIS itu sendiri tapi di luar OSIS juga berita ini menjadi ramai. Tak dapat dielak kalau Sari adalah ketua yang baik dan bagus. Dia dapat melakukan tugasnya dengan sempurna. Jadi wajar saja kalau ada yang mempertanyakan keputusan ini. Terutama dari mereka yang menjadi bagian dari pengurus OSIS.

"Maaf, mulai sekarang, aku hanyalah anggota OSIS biasa." Sari sudah memutuskan.

Rapat terbatas diadakan untuk membahas situasi ini. Ada Rina yang seorang sekretaris, Kepala intelejen OSIS, Rudi, dan seorang ketua pengurus inti, yaitu Banu. Keempatnya membicarakan hal ini.

"Tapi, Bu Ketua, maksud saya, Sari, apakah ini tidak apa-apa?" Rina yang memulai.

Sari mengangguk. "Tidak apa-apa. Bagaimanapun ini adalah untuk kebaikan OSIS sendiri."

"Kalau menurutku, Sari tidak perlu sampai melakukan hal ini hanya demi satu eskul." Rudi berpendapat.

"Ya, aku juga sependapat dengan Rudi." Banu ikut berbicara.

"Awalnya aku juga berpikir begitu. Namun kalian sadar kan, kalau penyelidikan kita untuk eskul sepakbola sama sekali tidak ada kemajuan. Dengan bergabungnya diriku bersama mereka, penyelidikan pasti akan mengalami perkembangan. Kita tidak bisa membiarkan OSIS hanya jalan di tempat."

"Itu memang benar." Banu manggut-manggut. "Seandainya saja agen kita ada yang bisa bergabung."

"Mau bagaimana lagi kan, kalau memang tidak bisa?" Sari tersenyum. Dia sepertinya sudah memikirkan hal ini masak-masak. "Kalah bukan pilihan."

"Yah, sepertinya sudah tidak bisa diapa-apakan lagi." Banu akhirnya pasrah. Dia memang tahu bagaimana sifat Sari, gadis itu tidak akan mau kalah oleh apa pun. Karenanya dia sendiri sekarang sudah maklum dengan hal ini. Sebuah kewajaran. Lagi pula, kalau Sari sudah memutuskan, siapa yang bisa mencegah. "Semoga kau dapat melakukan yang terbaik, Bu mantan ketua."

"Mohon doa dan bantuannya ya." Sari sumringah.

Terhitung hari ini, dia akan memulai tugasnya. Tugas pertamanya adalah menyeleksi grup pemandu sorak. Sebenarnya dapat dibilang kalau grup pemandu sorak itu memiliki eskul tersendiri. Hanya saja, tiba-tiba mereka memutuskan untuk menjadi bagian dari eskul-eskul olahraga. Karena itulah, banyak anggota dari eskul olahraga yang kemudian mengirimkan wakil mereka untuk mengamati kegiatan dan seleksi grup pemandu sorak.

Dapat dibayangkan bukan kalau anggota grup pemandu sorak yang ada terus mengikuti semua kegiatan pendukungan pada eskul yang lain, pasti grup mereka akan capek dan itu sendiri rasanya mustahil. Karena itulah, mulai beberapa hari ke belakang, para wakil eskul memilih masing-masing kandidat dari grup pemandu sorak sehingga masing-masing eskul akan memiliki pemandu sorak sendiri. Termasuk eskul sepakbola juga.

Grup pemandu sorak tidak hanya bekerja sebagai media penambah semangat tapi bisa juga untuk promosi. Makanya grup itu memiliki posisi yang strategis dan menjadi rebutan. Dan sekarang, Sari memiliki tugas untuk merekrut anggota grup pemandu sorak bagi eskul sepakbola.

Sari mulai mengamati para anak-anak pemandu sorak latihan dan melakukan kegiatan apa pun. Sari benar-benar seperti seorang petugas pencari bakat atau mata-mata, atau malah dia kadang tampak seperti seorang penguntit. Namun, mengingat itu sudah menjadi tugasnya, dia tidak akan keberatan. Selama itu pula, pengamatannya pada eskul sepakbola juga tidak lengah. Dia terus mengawasi mereka juga.

Dia melakukan banyak tugas sekaligus dan walau itu membuatnya repot, dia masih dapat konsisten melakukannya. Bahkan nilai pelajarannya tidak turun. Hanya satu hal dia mendapatkan sebuah keringanan, yaitu di badan OSIS. OSIS sangat mengerti keadaannya sehingga memberinya sedikit kebebasan dan keleluasaan.

Komet 11Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang