'15

191 19 0
                                    

"Ya angkat telfonnya lah. Gue matiin nih telfon kita? Lo ngomong ke dia. Jangan kabur kayak gini" kata si Pinky di seberang sana. Hana udah mendengus kecil. Bayangin aja begitu semua temannya pulang, Hana langsung nelfon Pinky karena belum puas curhat waktu belajar bareng barusan. Ditambah gadis itu bingung mau mengangkat spam telfon dari Mingyu atau enggak.

"Dia tuh gak pernah serius kan ya sama gue Pink? Harusnya gue dengerin lo aja sejak awal" gerutu Hana mengomel. Pinky ketawa di ujung sana.

"Mungkin lo salah paham?" Tanya Pinky yang membuat Hana langsung terdiam.

Hana menarik nafasnya untuk sejenak, "Kenapa lo jadi pro sama Mingyu sih? Perasaan pertama lo yang gak setuju gue sama dia" sahutnya memprotes. Karena memang sejak awal, Pinky lah yang menolak dan bahkan menentang Lisa yang pro kalau Hana sama Mingyu. Tapi kenapa Pinky jadi ikutan pro sekarang?

"Omongan Lisa ada benernya. Kita gak tau dia serius apa enggak? Kalau ternyata dia serius gimana?" Jelas Pinky di ujung sana.

"Gak serius. Buktinya dia bonceng adek kelas lain" omel Hana judes. Dia gak mau menyangkal lagi. Dirinya memang udah terlanjur baper sama perlakuan manis Mingyu. Itu sebabnya sekarang dia sangat kesal begitu teringat Mingyu yang membonceng adek kelas yang merupakan primadona sekolahan. Kalau dibandingin sama dia, Hana cumalah akar potato.

"Gue saranin, lo angkat aja telfonnya. Dengerin penjelasan dia" ucap Pinky final. Hana jadi terdiam untuk sesaat. Haruskah?

***

Mingyu: Na..

Mingyu: Gue dibawah

Mingyu: Abang lo nahan gue

Mingyu: Bantuin:((

Hana langsung berlari menuruni tangga gitu aja dan menuju ke ruang tamunya. Gadis itu mendecak ketika tanpa sengaja melihat mamanya berdiri di balik lemari pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah. Persis seperti orang nguping.

"Mama kenapa gak bilang sih?" Omel Hana ketika cewek itu menghampiri mamanya.

"Eh diem, ini abang kamu lagi adilin cowok kamu" balas mamanya menarik Hana agar tak keluar.

Hana mendengus lalu melepaskan diri dari mamanya, lalu berjalan ke luar ruang tamu gitu aja. Dia bisa lihat Mingyu sama Minhyun di ruang tamu duduk berhadapan. Minhyun udah kaget lihat Hana di bawah, sementara Mingyu udah natap Hana dengan muka memelas.

"Abang ngapain ih?" Protes Hana maju ke arah Minhyun. Minhyun melirik sekilas Mingyu yang memasang wajah memelasnya, lalu berdecih untuk sesaat. Sok memelas dia di depan adik gue, batin Minhyun.

"Abang cuma ngobrol doang" sahut Minhyun santai. Hana jadi gemes sendiri. "Udah ah sana pergi" kata Hana menarik Minhyun agar berdiri dari duduknya, lalu mendorong Minhyun agar segera pergi dari sana.

"Kalau dia jahat lagi, kasih tau. Biar abang hajar sekalian" pesan Minhyun sebelum cowok itu akhirnya pergi dari sana. Hana udah menghela nafasnya panjang dan ngebatin, lalu kembali menoleh ke arah Mingyu yang masih diam. Masa iya ngomong sama abang aja kagetnya kayak habis dipalak preman?

"Lo ngapain sih pake ketemu abang gue?" Celetuk Hana mendudukkan diri tepat di samping Mingyu. Cowok itu cuma diam dengan wajah memelasnya.

"Yaala Na, gue baru aja diomelin abang lo.. tawarin gue peluk kek?" Sahut Mingyu dengan gak tau dirinya. Si Hana langsung aja nabok Mingyu keras, hingga cowok itu meringis.

"KOK DITABOK SIH NA"

"Diem gak"

Mingyu mengerucutkan bibirnya karena Hana menatap cowok itu galak. "Salah lo ngapain kesini" kata Hana jutek. Mingyu hampir aja mengumpat.

"Na gue butuh peluk ya.. bukan diomelin gini" sahut Mingyu dengan nada memelas. Si Hana udah wanti-wanti. Takut mamanya ntar denger omongan kurang ajar cowok itu.

"Peluk aja tuh adek kelas. Lebih semok dari gue kan?" Sindir Hana pedas.

Mingyu mundur sedikit dan menatap Hana cukup lama, sebelum cowok itu akhirnya tersenyum penuh arti.

"Lo cemburu ya?" Kata cowok itu ngebuat Hana jadi tersentak. "Apasih? Nggak. Dah sana balik lo. Ganggu ae" ketus Hana berusaha mendorong tubuh besar Mingyu. Tapi jelas gagal.

"Astaga na, dia emang lebih semok.. tapi gue kan maunya peluk elo" kata cowok itu yang langsung dihadiahi tabokkan keras di lengannya. "GUE GAK PEDULI. SANA PELUK AJA DIA." Geram Hana galak dan makin mendorong kasar cowok itu agar menjauh.

Si Mingyu awalnya cuma mengaduh kesakitan, tapi gak lama setelah itu Mingyu justru jadi tersenyum dan ngebiarin Hana yang berusaha mendorongnya.

"Gue perlu izin mama lo gak kalau mau ngajak anaknya jalan?" Tanya Mingyu tiba-tiba. Hana langsung terdiam melotot. Ini Mingyu ngomong apa sih?

"Lo mau ngajak abang gue jalan?"

"BUKAN ELAH. ELO TUH YA, GUE UDAH KEREN NGOMONG GITU JUGA" Decak Mingyu sebal. Iya, dia udah keren-keren ngomong gitu, si Hana malah ngerusak suasana. Ck.

"NGOMONG TUH YANG JELAS YA KRUCUT" Celetuk Hana gak kalah ngegas. Mingyu jadi berdecak kasar.

"GUE MAU NGAJAK LO NGEDATE. GUE MESTI IZIN SAMA MAMA LO DULU GAK?" Ulang cowok itu yang justru ngebuat Hana kini jadi cengo.

Hana kaget? Jelas. Salting? Gausah ditanya lagi. Hana baper. Dan ambyar.

Berbeda dengan Hana yang cengo, Mingyu justru membuang nafasnya kasar. Apa dia ngomong masih kurang jelas?

"Gue masih kurang jelas ya ngomongnya?" Tanya Mingyu tepat. Hana yang mati-matian berusaha menahan diri agar tak mengumpat kini mengalihkan tatapannya gitu aja. Dia yakin pasti mukanya udah cengo gak karuan.

"Yaudah izin sana sama mama" ucap Hana pelan.

Muka Mingyu langsung merekah gitu aja. Ini Hana mau diajak jalan? Ini Hana terima ajakan ngedatenya? YANG BENER??

"MAMA SI TIANG MAU NGOMONG" Teriak Hana langsung bangkit dari duduknya, ninggalin Mingyu yang udah senyum merekah.

Demn. Hatinya berdebar.

Dumb; Kim MingyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang