VOTE SEBELUM BACA!
Pria itu menyilangkan kaki diatas kursi, berusaha fokus untuk membaca. Baik itu majalah atau koran, yang bisa mengalihkan perhatian matanya dari Senja. Kini, wanita itu sedang disisiri Suster Emma setelah rambutnya dikeringkan.
Senja tahu, diam-diam Jingga memperhatikannya. Mengintip dari lubang koran yang ia lubangi sendiri. Senja terkikik sebentar
"Ada apa?" Tanya Suster Emma
"Ah, tidak .. itu-"
"Apakah dandananku ada yang-"
"Tidak bu, tidak ada apa-apa" tukas Senja
Selesai menyisiri, Suster Emma mengepang kedua sisi rambut yang ada di depan telinga Senja. Mengapit keduanya ke belakang dengan aksesoris berbentuk mawar. Mengalungkan poni Senja yang cukup panjang ke samping kiri kepala dan menjepitnya dengan jepitan hitam.
Kali ini Senja memakai dress selutut berwarna Orange Peach dengan taburan bunga disetiap penjurunya.
"Selesaii!" Tangan Suster Emma terangkat, kemudian membereskan semua alat yang digunakan. Menyimpannya dalam kotak merah di bawah meja rias.
Sementara Jingga? Ia masih setia dengan hobi barunya, mengintip dari lubang koran.
"Bu, jika kau mau melihatku.. jangan suka mengintip, nanti kelopak matamu membesar"
Jingga meluruskan punggungnya, merasa tersinggung akan ucapan Senja. Sedangkan Suster Emma hanya terlihat bingung, lalu menatap Senja lewat cermin dengan tatapan 'maksudmu?'
Sementara gadis itu melirik ke arah Jingga yang terus berdeham karena salah tingkah.
'Bodoh' Pikir Senja, kemudian membalas tatapan Suster Emma
"Tidak, bu. Aku hanya perlu mengatakan itu"
"Hm?? Aku mengerti.. " Suster Emma mengedipkan sebelah matanya jahil.
"Tidak seperti yang ibu pikirkan!" Sergah Senja
"Ya ya ya .. terserah kau. Kemarilah, mendekat!"
Senja menurut. Suster Emma menempelkan suatu benda mirip logam ke dadanya. Kemudian menghubungkan tablet yang ia pegang. Ia mengetuk layar tablet beberapa kali.
Tak lama, muncul sengatan yang membuatnya sedikit terperanjat. Rasanya seperti alat kejut.
"Itu apa, Suster Em?" Tanya Jingga
"Ini alat bantu latih paru-parunya"
Jingga melipat koran, kemudian menghampiri dan sedikit membungkuk.
"Kau jangan lihat!" Senja menarik kerah bajunya dengan cepat sebatas leher, membuat sedikit terangkat dan menampilkan pahanya yang putih bersih.
"Ish! Gausah GR!" Balas Jingga
"Berantem mulu! Jodoh loh! Aamiin!" Suster Emma mengusap wajahnya dengan tangan yang menangkup.
"AMIT-AMIT !!!!" Sergah keduanya.
"Hahahah!" Tawa Suster Emma pecah, "Sudahlah. Jodoh atau tidak, kalian tetap cocok"
"Kuharap tidak" tambah Senja asal
"Tidak yang mananya? Jodohnya, Tidaknya, atau cocoknya?" Goda Jingga
Senja mengerling tajam, diikuti tawa Suster Emma yang kembali pecah.
"Sudahlah! Hari ini kau akan berlatih berjalan bersama Jingga" ucap Suster Emma seraya merapikan ujung rambut Senja.
"Kenap-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dalam Jingga (ON HOLD)
RomanceUPDATE SETIAP HARI!! BIASAKAN FOLLOW duluyaaa~ "Pergi bukan berarti menyerah. Tapi mengerti bahwa ada hal yang tak bisa dipaksakan" -Senja Jika taruhannya kebahagiaan orang yang kamu cinta, apa yang kau lakukan? Tinggal atau meninggalkan?