Twenty Seven

60 3 0
                                    

VOTE!





"Urh" desahnya ketika matanya menemukan cahaya sang surya.

Punggungnya terasa panas. Well, itulah yang pasti terasa jika semalam dirinya mengalami kambuh.

Kakinya masih menggantung, masih menimang apakah sanggu atau tidak. Karena mungkin bagi orang lain, berjalan dengan jarak 3 meter adalah hal biasa dan mudah. Tidak bagi Senja. Itu bagaikan pertanyaan yang muncul ketika kamu dewasa, yaitu; kapan nikah?

Tapi pertanyaan itu berubah ketika jatuh pada Senja, menjadi; seberapa kuat paru-parumu untuk mendukung pergerakan tubuh?

Cahaya juga menimpa wajah tampan itu. Jingga mengerjap, memanjatkan do'a sebentar, dan meraup wajahnya disertai helaan 'aamiin' dalam bisikan

Bruk!!

Berbarengan dengan yang tadi, jawabannya sudah di dapat. Paru-paru Senja belum mampu menopang aktivitasnya.

"Senja?"

Gadis itu mengangkat kepala, namun terlalu lelah. Jingga membalikkan posisi tubuh Senja, menatap dadanya yang berkontraksi tidak normal dan tidak konstan. Cepat, lambat, terhenti, lalu cepat lagi.

"Senja? Heii.." Panggilnya cemas. Matanya masih menelusuk pada manik wanita di hadapannya.

"Ji.. Jingga?"

"Ya?"

"Aku mau soto"

Jingga menghela nafas bersyukur karena wanitanya masih baik-baik saja. Buktinya Ia masih bisa meminta hal konyol disaat jantungnya hampir hilang karena cemas.

Pria itu mengangkat Senja perlahan ke atas ranjang. "I'm okay!" Protes Senja.

"Yea. You are. And not with me" Jawaban Jingga spontan membuat Senja terdiam.

Ponsel Jingga berdering,
"Halo? Iya.. Senja tad-"

Tut.. tut.. tut..

Sambungan telepon diputus begitu saja.

"Ngga sopan!" Gerutunya.

Senja terkikik geli, tentu saja terdengar oleh Jingga. Pria itu menatap Senja dengan kening berkerut.

"Kau menertawaiku?" Tanyanya. Senja hanya menggeleng, tapi tidak menghilangkan senyum yang tergurat di wajahnya.

"Lucu aja, aku suka wajah kesel kamu" Jawab gadis itu jahil dengan menahan tawa

Jingga memutar bola mata, melengos untuk mengelabui Senja. Kemudian bergerak cepat dan

Cup!

Satu kecupan di pipi Senja mendarat mulus, tanpa pukulan atau perlawanan. Itu cukup untuk membuat Senja diam dan berhenti menahan tawa. Jingga beralih mencium kening wanita itu. Cukup lama, membuat Senja merinding akan respon tubuhnya.

'Are he is crazy?' Pikir Senja dan baru menyadari bahwa jantungnya beraktivitas lebih. Ia yakin, Jingga dapat mendengar dentuman keras dari jarak sedekat ini.

Senja meraba dada kirinya, mencoba untuk menenangkan organ penting tubuhnya.

"Tenanglah, aku takkan melakukannya sekarang" Jingga berbalik lalu melengang pergi "Aku cukup bisa bersabar" tambahnya

'Dasar mesum!' Pikir Senja.

"Kau itu kenapa?!" Nada tidak enak terdengar jelas "Mesum!" Tepat diakhir kalimat Senja, Pria itu berbalik dengan wajah bingung.

Senja Dalam Jingga (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang