Nineteenth

95 6 0
                                    

VOTE SEBELUM BACA!!






"Pak?" Sapa seorang pria paruh baya penjaga tempat tersebut.

Orang yang disapa menoleh, kemudian tersenyum dan menganggukkan kepala.

"Tuan? Mengapa kita kemari? Apa kita-"

"Menemui orang yang ku cintai" jawab Farizi cepat

"Tapi- bukankah makam Bu Layla ada di-"

"Ibumu, Thomas" potong Farizi cepat

Thomas cukup tersentak. Ia memang tau, bahwasanya siapa dirinya, siapa ibunya, dan siapa Pria yang ada di depannya, Farizi. Ia juga masih sadar bagaimana dirinya masuk ke dalam kehidupan Pria ini.

Disana, di sayap kanan pemakaman, batu nisan berwarna putih. Dengan pahatan yang cukup menunjukkan bahwa keluarganya bukan sebarang orang.

Farizi berjongkok, mengusap baguan kepala nisan dengan sayang. Bulir-bulir hangat mulai lepas dari tempat, berulang kali Ia menghapusnya. Namun, tetap tak dapat dihentikan.

"Bolehkah aku bertanya, Tuan?"

"Tidak" jawab Farizi tegas. "Ini bukan saatnya kau bertanya. Ini saatnya aku bercerita"

Hati Thomas meringis. Ingin sekali pria itu menghentikkan atau bahkan memberitahu bahwa kenyataan hidupnya di masa lalu telah Ia ketahui. Thomas tak ingin lagi, cerita Ibunya kembali terdengar. Cukup sudah Ia sering mendapat ejekan perihal statusnya yang 'Anak Haram'.
Farizi, pria dengan kerutan di ujung matanya. Ia juga tak menyangka, mendapat putra yang luar biasa sempurna, dari rahim seorang wanita malam.


~*~*~


Masa itu, akhir tahun 1985 ..

Aku seorang putra dari pengusaha terkenal, Syahlan Fareez dari perusahaan Putra Gautama. Itu nama perusahaan dulu sebelum aku menggantinya dengan Angkasa corp.

Kala itu bisnis dan perusahaan Ayahku belum mencapai sempurna, memang maju, namun masih bersaing di dalam negri. Sampai suatu saat, Ayah memberiku arahan untuk menikah, selain karena aku anak tunggal.. usiaku juga sudah mencukupi.

Layla, dia wanita yang aku kagumi. Berasal dari keluarga terpandang juga konglomerat. Aku melamarnya dengan bantuan Ayah. Dua hari setelah itu, Layla yang semula sering tersenyum, berubah menjadi sebaliknya. Dan hal itu terjadi hanya padaku.

Memang, setelah lamaranku, Keluarga Tuan Devlyn belum memberikan jawaban. Tapi, Layla datang padaku. Ia membenciku. Aku baru tahu, bahwa Layla membenci pernikahan. Hal itu terjadi karena Ibu kandungnya, Nyonya Rashiva pergi akibat kebodohan dari Ayahnya, Tuan Devlyn. Dan alhasil Ia yang menjadi korban diantara keduanya.

Terlantar dan tidak terpedulikan. Tidak mendapat kasih sayang. Yang Ia kenal hanya dayang atau pembantu yang mengurusnya. Beruntung karena Ia berasal dari keluarga Konglomerat. Yang sedikitnya Ia mendapat simpati dari orang-orang sekitarnya.

Layla juga seorang penyanyi, dan Sinden. Ia juga seorang wanita karir. Alasan lain dari penolakannya adalah karir yang Ia rintis.

Layla pergi, membuat hatiku hancur. Namun, yang Ia katakan terakhir kali benar-benar membuatku kecewa. Ia bilang, 'semua keputusan ada pada Ayahku, Tuan Devlyn Ardaputra. Hidupku tergantung padanya. Jika nanti keputusannya adalah ya, maka aku akan menikahimu tanpa cinta.'

Setelah mengatakan itu, Layla pergi. Meski aku tahu.. Ia pun menangis. Entahlah, aku takut itu salah. Karena yang aku lihat terakhir.. Layla mengusap wajahnya dengan tangan.

Senja Dalam Jingga (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang