VOTE SEBELUM BACA!
Pintu terbuka!
Jingga berlari secepat mungkin dan semampu yang ia bisa, meski di dalam gelap. Beberapa kali salah satu anggota tubuhnya membentur barang, entah itu meja, atau apapun. Yang pasti, Ia memperkirakan Senja membuat labirin di ruangan ini dengan benda seadanya.
Benturan-benturan itu menimbulkan beberapa ringisan yang memilukan. Terutama pada bagian mata kaki yang sering terbentur dan sangat linu! Seperti berteriak protes untuk berhenti, namun pria itu mengurungkannya.
Senja tahu, Pria itu sudah berada pada kaca pembatas balkon dan ruangan. Wanita itu berbalik, kemudian kembali tersenyum, dengan menggumamkan sesuatu.
Inginnya Jingga mengamati apa gumaman Senja. Namun instingnya menerima sinyal tak baik. Senja memundurkan kakinya perlahan namun mantap, lengkap dengan senyum yang masih bertahan.
Jingga terus menggerakkan kenop pintu kaca ini, berharap keajaiban datang dan terbukalah pintu terkutuk ini.
'Jalan terakhir..' gumam Jingga, Ia kemudian menghitung satu sampai tiga.. dan
Prang!
Ia nekat menembus kaca dengan mengandalkan bahunya. Ia menutup mata, tak ingin menatap dunia bahwa Ia gagal. Pria ini hanya mengandalkan instingnya. Mengulur tangan sambil bergerak cepat ke arah ujung balkon.
Kejadian ini terasa begitu lambat dan menyesakkan dadanya. Senja sudah terpeleset dari balkon, hanya tangan dan harapan yang membuatnya tetap hidup. Dan
Set!
Jingga berhasil menangkap tangan wanita itu, meski hanya satu. Untuk kali ini, Senja lupa cara bernafas, Ia sedikit menyesali keputusannya, namun tak berniat mengakhiri tindakannya.
"Lepaskan aku, Jingga!" Senja tidak meronta, Ia hanya memohon.
"Grrh! Erh!" Giginya bergemeletuk menahan apapun yang berpotensi melepaskan pegangannya.
"Grrh!! U-lur-kan--tang-an-mu- Erh!" Ucapnya patah-patah. Kakinya sudah berjinjit, tanpa ada bantuan benda yang dapat ia jadikan sumber bantuan. Waktunya hanya sedikit. Ia hanya akan bertahan dalam beberapa menit lagi.
Dapat dengan jelas beberapa ornag menjerit di bawah sana.
"A-yo-lah.. Sen-ja.. u-lur ta- ngan-mu yang-la-in!" Nafas Jingga tak beraturan. "Sen-ja, kum-"
"Hentikan, Jingga! Hentikan semua usahamu! Aku lelah, aku hanya ingin musnah. Aku hanya akan membawa penderitaan bagi orang-orang di sekitarku. Aku hanya pembawa sial,Jingga. Aku.. "
Jingga menggeleng keras "Hei bodoh!"
Senja mendongak
"Iya, kau bodoh! Kau mau aku ludahi, dari atas sini, hah?!" Jingga berusaha mengulur waktu "
"Ya- aku memang cacat. Aku-"
"Enough, Senja!" Teriaknya.
"Hentikan ini, Jingga. Dan lepaskan aku. Kau berhak hidup. Kau-"
"Begitu juga kau, bodoh!!"
Senja mengepal tangannya yang lain dengan tatapan menantang "untuk apa aku hidup, jika tujuanku hidup adalah Suster Emma dan kini Ia tak ada?! Dia bahkan tega meninggalkanku! Dia bahkan-"
"Cukup, Senja! Dia tak meninggalkanmu! Dia hanya sedang mengawasimu dari jauh dan mendidikmu agar kau mandiri. Kau-"
"Hentikan, Jingga! LEPASKAN AKU!!!!" Seru Senja. Dapat dilihat bahwa dadanya berkontraksi lebih. "Jika Ibu saja meninggalkanku, bagaimana aku hidup? Apa tujuan hidupku?! Untuk apa aku hidup, Hah?!"
Jingga menelan salivanya "kau begitu, Hiduplah untukku. Jadikan aku tujuan hidupmu. Jadikan aku caramu hidup. Ya! Aku! Aku! Bodyguard bodohmu ini!" Lantang, jelas, memekak telinga.
Senja menggeleng juga menahan tangis "I can't, Jingga. Jika kamu tujuan hidupku, maka kau akan terluka lebih banyak, kau akan berkorban lebih banyak. Kau ak-"
"Errrh!!! Aku--Siap deng--an--segala--konsekuensinya!" Potong Jingga
Senja menggeleng, Ia kini berusaha melepas cekalan Senja. Masih dengan tangis yang ditahan.
"Errrhh!! Senjaku, kumohon, aku bahkan takkan bisa menabur warna di langit untuk membuat pertunjukkanmu dimulai. Aku bahkan takkan bisa bertahan di dunia karena kamu, akan pergi mulai hari ini. Setiap ada Jingga di langit, itulah tanda awal Senja akan muncul. Kumohon, jangan siksa aku. Aku tahu ini lebih seperti gombal. Tapi asal kamu tahu, aku mengatakannya tulus, hiks..kumohon Senja. . Hiks.. Hiduplah untukku" Jingga mulai merasakan lemas sekaligus mati rasa pada lengannya. Ia memilih memejamkan mata.
"Aku mencintaimu, Senja Arisha Rayla.. " Lirihnya.
Ia menyerah. Sudah berhasil kaimat itu meluncur dengan lancar dari mulutnya. Ia tak ingin lagi melihat suatu kehancuran. Disakiti? Sudah terbiasa bagi pria itu. Ditinggal nikah? Apalagi, Jingga sudah pernah mengalaminya. Ditinggal pergi demi yang lain? Jangan bercanda, Ia pernah mengalami hal yang lebih buruk dari keduanya. Namun, Ia masih bertahan, bukan? Karena kepergian orang-orang dari hidupnya masih hidup.
'Kau akan bahagia ketika melihat orang yang kau cintai dan kasihi bahagia' itulah kalimat ajaib yang ia dapat dari sebuah film Thailand terkenal.
Dan untuk kali ini, Ia belum sanggup. Ia belum mau kehilangan tanpa bisa melihatnya kembali, atau melihatnya bahagia, dengan matanya sendiri. Akankah rasa sakitnya lebih dari ditinggal pergi demi yang lain? Ataukah lebih ringan dari ditinggal nikah? Ia tak tau, hanya saja..yang Ia yakini sekarang, adalah berjuang.
Set! Set!
Tangan mungil itu menggapai-gapai. Menyadarkan Jingga dari kutatan pikiran dan menariknya dari perkiraan yang takkan terjadi.
"Senja?" Ia terperangah
"Aku, mau hidup. Demi bodyguard bodohku" ucapnya terengah-engah.
Jingga menarik Senja. Entah darimana kekuatan itu muncul. Hanya saja, yang ia takutkan adalah paru-paru Senja. Ia takut jika wanita itu kambuh sebelum tertarik.
Senja menggapai dengan sulit, sedang Jingga menarik dengan kaki yang berusaha menggapai apapun, asal dapat menarik Senja dengan cepat. Sedikit demi sedikit tubuh Senja terangkat. Hingga pada akhir, Jingga menariknya dengan sangat cepat. Membiarkan tubuh Senja berada diatas tubuhnya sejenak, memberikan jeda untuk malam panjang ini.
Tangan Senja menggapai bagian punggung Pria itu, mengaitkannya satu sama lain, atau biasa disebut memeluk.
Jingga terus mengatur nafas, hingga sadar bahwa lengan kecil itu melingkat di punggungnya, tangan besar itu mulai mengusap punggung wanita dihadapannya. Kemudian membalas pelukan wanita itu dengan lembut.
VOMENT!!!
Savor, JaGa!
KatanaAzzura
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dalam Jingga (ON HOLD)
RomanceUPDATE SETIAP HARI!! BIASAKAN FOLLOW duluyaaa~ "Pergi bukan berarti menyerah. Tapi mengerti bahwa ada hal yang tak bisa dipaksakan" -Senja Jika taruhannya kebahagiaan orang yang kamu cinta, apa yang kau lakukan? Tinggal atau meninggalkan?