VOTE SEBELUM BACA!!
Senja terus mengucek matanya. Mencoba menghentikan air yang secara terus-menerus turun.
"Kau.. hiks .. kalian.. hiks"
"Jadi intinya aku doang apa bareng-bareng?" Jingga menarik salah satu alisnya ke atas
"Lo aja deh"
"Labil dah" celetuk Jingga kemudian mengusap kepala gadis dihadapannya.
"Bodo amat! Jangan sentuh! Hiks.. Lo, eh.. kamu aja deh, hiks"
'Erah lu erah luu' olok Jingga dalam hati
"Kamu laki, perjaka mah sulit diliatnya. Tapi cewe?! Kita punya hal berharga. Kalian menikahi perempuan akan merebutnya! Kalian yang enak, kita yang sakit! Tau ngga?! Hiks, huhuhu"
Jingga menaut kening. Ia semakin tak mengerti kenapa, bagaimana bisa, dan wehaye (why) Senja dapat begitu sensitif mendengar kata 'hamil'?
"Kalian juga pasti minta banyak anak, hiks.. tapi kalian juga nuntut dilayanin, hiks .."
'What the hell?! Anak?! God, keep being my self stronger than ever' kepala Jingga menggeleng tak mengerti.
"Bodoh!" Jerit Senja kemudian mengacung tangan, namun terhenti kala wajahnya mulai membiru, dadanya berkontraksi lemah. Sesak mulai menjalar ke nafasnya, merasa tercekik! Semuanya menggelap!
Bruk!
Ia jatuh, tepat pada dada Jingga lalu terguling ke sampingnya.
"Akhirnyaa.." Lirihan disela nafas Senja.
Jingga bangun, mengalih posisi sedikit miring, lalu menepuk pipi Senja dengan pelan.
"Bangun! Ja? Bangun!"
Tidak ada hasil. Matanya memicing pada bagian dada wanita ini.
" Tidak ada kontraksi!! " Jingga panik, meraih tubuh Senja dan mengangkatnya ke ranjang, memencet bel kurang-lebih dua belas kali dengan panik. Ia yakin, Suster Anne sedang kelelahan.
"Maaf, Senja.. tapi ini harus"
Jingga mendekatkan wajahnya. Sesaat berniat untuk mundur dan tak melanjutkannya. Namun urung ketika pikirannya melanglang buana, merekayasa kejadian masa depan. Cukup begidik membayangkannya.
Ia menyentuhnya bibirnya pada Senja. Mulai memompa udara dari mulut ke mulut. Ia juga menekankan tangannya ke dada atas Senja, berharap itu berguna.
"Kumohon, Senja.. kumohon, bangunlah" pintanya. Air tak diundang mulai membasahi pipi.
Ia kembali memberi nafas bantuan. Hembusan kecil dari hidung wanita ini membuatnya bernafas lega. Menarik diri dan mengelap keringat dengan lengan bajunya.
"Syukurlah.." Jingga membenarkan kursi yang terjungkal tadi, lalu duduk diatasnya, membiarkan tubuhnya beristirahat sejenak.
Ia kembali memandang Senja yang sudah terlihat 'bernyawa' lagi.
"Cantik" pujinya tulus.
Jingga memandang seluruh ruangan. Apa ini rasanya jika seorang dokter berhasil membuat pasiennya sembuh dan hidup kembali? Ah, jika benar. Rasa ini sungguh luar biasa.
Ia memandangi langit-langit kamar yang masih terang. Lalu merogoh sakunya dengan panik, karena sesuatu bergetar disana.
"Halo? Suster Anne?"
"...."
"Iya. Barusan. "
"..."
"Ngga ada, cuma aku aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Dalam Jingga (ON HOLD)
RomanceUPDATE SETIAP HARI!! BIASAKAN FOLLOW duluyaaa~ "Pergi bukan berarti menyerah. Tapi mengerti bahwa ada hal yang tak bisa dipaksakan" -Senja Jika taruhannya kebahagiaan orang yang kamu cinta, apa yang kau lakukan? Tinggal atau meninggalkan?