Sixth

192 6 0
                                    

VOTE SEBELUM BACAA!

"Aku tak bisa, Jingga. Sekalipun kamu mengancam akan membunuhku, aku tetap takkan bisa"

Pria itu menunduk, menahan kening dengan telapak tangannya

Tring-tring!

Keduanya menoleh pada asal suara. Itu dari ponsel Suster Emma. Pada layar tertera: Mr.FS

Buru buru Suster Emma membukanya

Mr.FS
Beritahu pemuda labil yang menjaga Senja-ku. Pastikan ia akan tutup mulut.

'Selalu seperti itu' Gumamnya, dan mengetik balasan.

Terkadang Emma bingung terhadap semua pesan tuannya itu. Masalahnya, pria itu seperti tau apa yang sedang dihadapinya, dan apa yang harus ia lakukan.

Ia memandang Jingga. Pria itu nampak lelah dan kecewa, namun masih ada kerutan di keningnya. Pertanda bahwa ia belum menyerah. Suster Emma menyodorkan semangkuk nasi dan soto.

"Makanlah.. Kau kelelahan, dan wajahmu pucat"

Jingga menepisnya "I don't need it,"

"Makanlah! Akan kuberi tahu apa yang akan terjadi"

Jingga menatap suster Emily tak percaya. Ia meraih mangkuk yang disodorkan, dan mulai melahap isinya dengan cepat. Hingga tandas.

Suster Emma mendesis pelan, lalu memberi Jingga smoothie strawberry dan memberinya waktu untuk bernafas

"Namanya Layla Saphira Devlyna"
Suster Emma menarik nafas pelan, namun berat " Ia istri pertama Tuan Farizi.. yang tak lain adalah Ibu kandung Senja. Sebelum mereka menikah ..

Suster itu menceritakan setiap detil dari kejadian-kejadian masa lalu hidup Senja. Sangat runtut dan mudah di mengerti.

Beberapa kali Jingga terbelalak kaget pada cerita yang disampaikan Suster Emma. Ia sempat berfikir .. 'apakah ini sungguhan?' Namun pikiran itu segera ia tepis kala melihat buktinya. Senja. Gadis itu dan sikapnya adalah bukti bahwa semua cerita suster Emma bukan sekedar dongeng.

Suster Emma menghembus nafas kasar, lalu merileks-an punggungnya. Jingga nampak frustasi, ia meraup wajah kasar, menarik rambut kepalanya pelan.

'Oh, god! Why this happen? And why me?' Batin Jingga protes. Bahunya bergetar.

Suster Emma menepuknya pelan. Jingga mendongak, menghadapkan wajahnya pada Suster itu.

"Jangan terlalu dipikirkan. Sudah kubilang sebelumnya, bukan? Jaga dia dengan ini" Lagi-lagi tanganmya menyentuh dada kiri Jingga, lalu melengang pergi.

"Dengan jantungku?" Tanyanya pelan

"I hear it! With your feel, Jingga, feel!" Jawab Suster Emma setengah berteriak

Jingga menatap punggung Suster Emma yang semakin mengecil, lalu menghilang di pertigaan lorong. Ia beranjak, lalu keluar menuju kamar Senja.

~*~*~

Wajahnya seperti bayi. Halus tak tersentuh, putih bersih. Badannya meringkuj, serta menghisap jempol. Jingga terkikik, saat melihat The Ice Princess tidur dengan menghisap ibu jarinya.

Ia mengelus pipinya sebentar. Begitu lembut, tapi sangatlah kurus. Ia menarik diri, lalu menjatuhkan dirinya pada sofa, dan mulai menulis.

2 Juni, 2010

Aku disini, masih bekerja dengan keterpaksaan. Namun, aku rasa .. aku mulai iba dengan gadis ini. Tak heran dengan sikapnya yang kasar, karena masa lalu, dan lingkungan yang mendidiknya.

Senja Dalam Jingga (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang