Author's POV.
"Daebak—" ujar Hoseok kagum pada sebuah bagunan di depannya, "Ini rumah? Atau hotel?""Rumah." ujar Zitao santai.
"Nanti kita beli rumah seperti ini ya, sayang?" ujar Hoseok sambil menatap Jaemi yang berada di dalam rangkulannya.
"Uhm!"
Beberapa pelayan nampak sibuk memasukkan barang-barang mereka ke dalam rumah.
Iya, rumah. Rumah yang baru dibeli Kris sebulan lalu, hasil rengekan Zitao selama dua jam.
Jam menunjukkan pukul 1 lewat seperempat,
"Kalian istirahat dulu aja. Nanti malem bachelor party. Besok gender reveal party." umum Kris.
"Yaaak! Tidak mau! Mau seperti yang sudah direncanakan! Dua-dua besok!" protes Zitao.
"Kalau begitu akan terlalu melelahkan kita semua, Tao. Satu-satu saja, ya? Lagipula aku belum membeli minuman untuk besok."
"Bù yào!"
(Tidak mau!)"Ssshhhh. Pokoknya sudah diputuskan. Hari ini gender reveal party, besok bachelor party."
"Ish!"
"Tao-ge, Kris-ge ada benarnya. Party-party itu sebaiknya dilaksanakan terpisah. Bayangkan saja, kalau siang sampai sore digunakan untuk gender reveal party, lalu malamnya untuk bachelor party. Itu terlalu melelahkan, ge. Bù xíng." ujar Jaerin.
(Tidak bisa(?))"Benar begitu, Jungkook?" tanya Zitao dengan mata berbinar penuh harap.
"H-huh? Aku?"
Jungkook kebingungan karena tiba-tiba ditatap lekat oleh Zitao, ia seperti mencari dukungan Jungkook untuk keinginannya.
"Iya. Siapa lagi yang namanya Jungkook di sini kalau bukan kamu."
Jungkook menatap Jaerin, meminta pertolongan melalui tatapan. Agak déjà vu, karena dulu Jaerin juga pernah meminta tolong pada Jungkook seperti ini.
Namun bedanya, Jungkook langsung membantu Jaerin. Kalau Jaerin hanya mengangkat sebelah alisnya sebentar, mengendikkan bahu tak peduli.
"Uh.. Menurutku Kris-hyung ada benarnya. Dua party di hari yang bersamaan agak terlalu menguras tenaga, hyung."
"Jaemi, bagaimana menurutmu?"
Sekarang Zitao menatap Jaemi lekat, matanya seperti berkata,
'Ayolah, bantu oppamu yang tampan ini.'
"Aku rasa sebaiknya kita ikuti saran Kris-oppa saja, Tao-oppa."
"Tapi—" Zitao kembali menatap Jaerin.
"Sorry, ge. Aku tak bisa membantu. Kali ini aku mendukung Kris-ge."
"Fine. Aku mengalah."
Jaerin langsung memeluk Zitao,
"Yay! Sayang Tao-ge!"
"Kalau begitu kita istirahat dulu. Acaranya mulai jam 4."
"Hmm." gumam Jaerin, lalu ia bersingut mendekat pada Kris.
"Kenapa?" bisik Kris.
Jaerin menutupi daerah di sekitar mulutnya—agar gerakan bibirnya tak terbaca—lalu berbisik,
"Ge, ada Play Station ga?"
"Ga." ujarnya tegas, "Kalo ada juga ga bakal gue kasih tau."