Bingung kasih judul apa bantuin dungsss :***
---
"Apa pinggangmu masih memerah?" Entah sudah berapa kali Alex menanyakan hal tersebut. Mereka sudah selesai menikmati sarapan yang terpaksa mereka dilakukan di kamar karena keputusan Alex. Dan, memang pinggang Lissa masih merah, hanya saja sudah tidak semerah sebelumnya serta tentunya tidak terasa sakit lagi.
Lissa mengalihkan pandangannya ke arah Alex yang tengah menatapnya intens. "Kurasa sudah memudar, tadi juga sudah dikompres air dingin, aku yakin pasti baik-baik saja," ucap Lissa sambil mengusap pinggangnya pelan.
"Benarkah?" Tanya Alex lagi, meragu.
"Benar. Kau mau lihat?" Lissa mulai kesal dengan pertanyaan terus-menerus Alex hingga gadis itu tak lagi mengingat rasa malunya.
Alex mengangkat alisnya tanda dia ingin melihat pinggang Lissa yang terbalut dress putih yang nyaman. Namun, tiba-tiba, kesadaran Lissa kembali. Gadis itu menjadi salah tingkah. Dengan kaku Lissa berdehem sebab menyadari jika dia memperlihatkan pinggangnya tentu hal itu akan mengekspose bagian tubuhnya yang lain.
Dalam hati gadis itu diam-diam mengeluh, "Apakah tidak ada jenis pakaian lain yang bukan dress disini? Bagaimana bisa aku memperlihatkan pinggungku jika nyatanya hal itu akan memperlihatkan bagian tubuhku yang lain?"
Alis tebal Alex semakin terangkat menunggu dengan sabar kapan Lissa memperlihatkan pinggungnya. Namun, hingga beberapa detik berlalu, Lissa masih diam berkutat dengan pikirannya.
"Lissa...," panggil Alex lagi dengan lembut. Suara huskynya membuat Lissa terhipnotis hingga tersadar dari lamunannya. Netra coklat Lissa menatap netra biru Alex yang tampak seperti lautan biru.
Tiba-tiba, seperti sihir, mata biru Alex berubah gelap menjadi seperti hitamnya malam yang berpetir. Latar suara di sekitar Lissa berubah menjadi ribut. Gemuruh guntur dan hujan menjadi penggantinya. Secara aneh, Lissa tak lagi melihat tatapan penuh cinta Alex kepadanya, melainkan sebaliknya. Gadis itu melihat hal lain dalam kilat bayangan. Tatapan itu seperti penuh dengan amarah dan...
cemburu.
"A-apa yang terjadi?" Lissa bergumam pelan.
"Kau masih bertanya apa yang terjadi?" Suara Alex tidak lagi terdengar lembut.
"Haha..," Alex tertawa dengan nada aneh. Lissa menatap Alex bingung karena perubahan yang terjadi.
"Kau pasti menggoda adikku." Tuduh Alex sambil melayangkan tatapan jijiknya kepada Lissa.
"Meng-menggoda?" gumam Lissa lagi takut-takut.
"Cih, bahkan seluruh penghuni istana tahu tentang hal itu." Tuduh Alex kembali.
"Kau tahu, kalau saja bukan karena nenek dan kakek tua bangka itu, aku tak akan mungkin berakhir dengan wanita menjijikan seperti dirimu." Hina Alex membuat jantung Lissa seperti tersetrum sesuatu yang menyakitkan.
"Seharusnya kau berakhir di rumah bordil seperti wanita jalang lainnya," lagi, kalimat Alex melukai jantungnya yang sudah bernanah.
"Tapi, lumayan juga, aku bisa menikmatimu seperti pria bangsat lainnya. Toh, aku penasaran apa yang membuat adikku begitu terikat denganmu," bibir Alex tersenyum miring. Mata pria itu menajam dalam sorot amarah.
Lissa memanik. Gadis itu memundurkan tubuhnya perlahan menjauhi Alex.
"A-aku tak mengerti apa ma-maksudmu,"
"Cih," Alex kembali berdecih meremehkan Lissa yang bertindak sok polos dipandangannya.
"A-apa yang ingin kau lakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Wife
Historical FictionAllisa, gadis pendiam dengan jutaan fantasi liar. Tak banyak yang dekat dengannya sebab dari kecil ia hanya memiliki Kai yang dianggapnya sebagai saudaranya. Tiga bulan terakhir, dirinya selalu bermimpi tentang pria tampan yang berteriak histeris sa...