"Kenapa?" Lissa bergumam pelan tatkala keheningan menguasai ruangan itu. Memecahkan ketidaknyamanan gadis itu karena berada dalam pelukan erat seorang pria yang mengaku suaminya.
"Kenapa apanya?" Tanya balik Alex sambil menyetarakan wajahnya dengan wajah Lissa yang ia peluk dari belakang.
"Kau," jawab Lissa pendek menimbulkan pertanyaan lain di kepala Alex.
"Aku kenapa?" Tanya Alex lagi sambil mengeratkan pelukannya kepada Lissa.
"Aku tidak tahu. Kau....," Lisa berkata dengan ragu.
"Kau sangat berbeda dengan sesuatu yang selalu muncul dalam kepalaku," gumam Lissa pelan.
Alex mengerutkan keningnya sejenak. Namun, seketika tubuh Alex seketika menegang, "Se-sesuatu yang selalu muncul?"
"Aku tidak mengerti itu apa. Kau berkata jika itu adalah efek dari kecelakaanku, tapi...,"
Lissa menatap ragu Alex menegang.
"Itu terlalu nyata," lanjut Lissa pelan segera mengalihkan tatapannya tanpa berani menatap Alex karena atmosfer di sekitar mereka seketika berubah.
Alex masih menegang, tubuhnya menatap kosong jauh ke depan. Ia bingung harus menjawab apa. Ia takut ia salah langkah. Seluruh usahanya akan hancur begitu Lissa mengetahui kebenarannya.
"Alex?" Panggil Lissa pelan.
"..." tidak ada jawaban dari Alex. Pria itu masih bingung harus menjawab apa.
"Alex?" Panggil Lissa lagi memukul lembut pergelangn tangan Alex yang melingkari perutnya.
"Ap-apa kau melihatku dalam sesuatu itu?" Tanya Alex takut-takut.
"Emmmhhh...," angguk pelan Lissa.
"Ka-kau tampak mengerikan," lanjut Lissa kemudian disusul keheningan.
Lissa sedikit ragu untuk melanjutkan kalimatnya, tetapi dia terlalu penasaran. Semuanya masih abu-abu, membuatnya sulit untuk memercayai Alex meski pria itu sudah memberikan banyak bukti bahwa dia adalah istrinya yang mengalami kecelakaan.
"Kau terlihat membenci-,"
Tok. Tok. Tok.
Suara ketukan pintu menghentikan pernyataan Lissa. Membuat Alex diam-diam menghela napasnya lega. Ia terselamatkan dan ia yakin setelah percakapan singkat namun terasa menyesakkan bagi Alex, semuanya akan genap selesai. Ia sisa menikmati segala pengorbanannya. Lissa akan benar-benar melupakan semuanya. Lalu, ia akan memulai segalanya dari awal dengan Lissa.
Dan membuat Lissa kembali jatuh kepadanya.
Pria itu kemudian menuju pintu dan membukanya menemukan wanita berpakaian pelayan dan tabib tua yang tampak mendorong troli berisi makanan. Mata pria itu kembali mengeluarkan aura berkuasanya tidak menyisakan kehangatan apa-pun seperti sewaktu dia berhadapan dengan Lissa. Netra biru pria itu menatap tajam tabib tua itu dengan bibir serupa garis.
"Tu-tuan, saya membawakan makan malam dan ramuan untuk Nyonya Lissa. Sa-saya membuatnya serupa dengan air putih agar nyonya tidak curiga," Tabib tua itu memberikan penjelasannya dengan pelan, mencegah Lissa mendengarkan ucapannya, kepada Alex sambil menyembunyikan ketakutannya.
"Bagus," balas Alex dingin. Sambil melirik ke arah ramuan itu.
"Kalian bisa pergi," perintah Alex sambil mengambil alih troli kemudian membawanya mendekati ranjang kemudian segera menutup pintu.
Dengan mantap pria itu melangkahkan kakinya mendekati Lissa. Menatap gadis itu yang balas menatapnya dengan alis berkerut penasaran.
"Ayo, kita makan malam," ajak Alex lembut seraya mendudukkan tubuhnya di ujung kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Wife
Historical FictionAllisa, gadis pendiam dengan jutaan fantasi liar. Tak banyak yang dekat dengannya sebab dari kecil ia hanya memiliki Kai yang dianggapnya sebagai saudaranya. Tiga bulan terakhir, dirinya selalu bermimpi tentang pria tampan yang berteriak histeris sa...