Tok...tok...tok
Seseorang mengetuk pintu mengiterupsi kehangatan yang menguar di sekitar Lissa. Gadis itu mengernyit ketika pelukan mereka terlepas diikuti dengan hawa buruk yang menguar dari Alex. Lissa mendongakkan kepalanya menatap wajah Alex yang tampak dinginnya yerarah pada pintu yang baru saja diketuk.
"Aku akan kembali, tunggu aku," Alex berkata sembari mengusap pipi tirus Lissa. Meninggalkan gadis itu kemudian menarik jubah tidurnya yang tergantung dengan cepat.
Pria itu lalu membuka pintu kebesaranmya kemudian menutupnya dan kembali menguncinya hingga membatasi Lissa untuk mengetahui siapa gerangan yang mengetuk pintu di pagi hari. Lissa mendesah, diam-diam dia menyadari bahwa ada sesuatu yang rahasiakan oleh suaminya tentang dirinya.
---
"Malam ini kita akan pergi ke pesta Duke Stephanus II," Alex berkata sewaktu sarapan mereka sudah sampai ke kamar mereka. Sarapan pertama Lissa di ruang makan itu, menjadi yang terakhir. Sebab setelahnya, Alex akan memerintahkan pelayan untuk membawa makanan ke kamar sengaja mencegah Lissa untuk bertemu saudaranya, Albert.
"Siapa dia?" Tanya Lissa.
"Hanya kenalan, tetapi dia banyak membantuku sebelumnya," untuk mencari cara menemukanmu.
"Baiklah," balas Lissa sambil mengangguk. Lissa pun diam, meninggalkan sesuatu yang tergantung di ujung bibirnya membuatnya gatal untuk bertanya sesuatu.
Alis Alex naik sebelah, dia ternyata merasakan rasa ingin tahu Lissa yang sedikit menganggunya,"Ada apa?" Tanya Alex.
Mata gadis itu berpendar malu-malu di balik bulu matanya. Bibirnya yang awalnya terkatup rapat kemudian bergertak ragu, "Kenapa -kenapa kau selalu mengunci pintunya?" Tanya Lissa pelan tidak ingin menyinggung Alex.
"Karena aku ingin kau aman," jawab Alex sambil menatap netra coklat Lissa. Rambut gadis itu tampak sedikit berantakan sisa dari tidurnya. Namun, wajah gadis itu tampak sesegar mawar di pagi hari.
"Kau membuatku seperti tahanan," lanjut Lissa.
"Maaf, tetapi aku berjanji setelah keadaan mulai aman, aku tidak akan mengunci pintunya dan kau boleh bebas berjalan-jalan di istana," setelah aku menyingkirkan hama pengganggu hubungan kita. Lanjut Alex dalam hati. Pria itu menatap Lissa lembut meminta pengertian gadis itu.
"Baiklah," pasrah Lissa.
"Kalau kau ingin berjalan-jalan kau bisa bilang padaku. Aku yang akan menemanimu,"
---
Pria itu tampak tersenyum lembut membagikan makanan kepada kaum pendatang seperti dirinya. Setengah wajah pria itu tertutup kepala mantel dingin hanya menyisakan penampakan bibirnya yang berbicara ramah selagi kedua tangannya bekerja. Uap air tampak menari-nari di sekitarnya mengingat betapa dinginnya cuaca saat ini. Namun, itu tak dapat menghilangkan getaran yang diam-diam dirasakan Lissa.
Di mantel pria itu terbordir sebuah lambang kerajaan terkenal. Sebuah kerajaan besar yang tidak segan-segan membantu siapa saja yang membutuhkan seperti saat ini. Dan karena pria itu menggunakan mantel tersebut, Lissa yakin dia bukan orang biasa.
"Ini makanannya," suara berat pria itu membuatnya tersadar jika sudah saatnya dia yang mendapat giliran. Gadis itu mendongakkan kepalanya dan mendapati sepasang kelereng biru, sebiru lautan menatapnya ramah. Kemudian dengan bergetar gadis itu memegang sebungkus makanan dengan uap yang mengepul di sekelilingnya dan tampak begitu nikmat. Sejenak Lissa melupakan perutnya yang kelaparan, menikmati wajah tampan dengan sedikit gurat kelelahan milik pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The King's Wife
Historical FictionAllisa, gadis pendiam dengan jutaan fantasi liar. Tak banyak yang dekat dengannya sebab dari kecil ia hanya memiliki Kai yang dianggapnya sebagai saudaranya. Tiga bulan terakhir, dirinya selalu bermimpi tentang pria tampan yang berteriak histeris sa...