Sembilan(9)

79 22 0
                                    

Terkadang gue bersifat seolah-olah gue manusia paling bahagia di dunia.yakinlah,itu hanyalah topeng untuk menutupi kesedihanku yang amat dalam.

______________________________________


"Ga telat lo bilang?gue di suruh bersihin kamar mandi gara-gara lo."
"Iya sorry lah."

"Hmmm iya deh."
Citra yang melihat tingkah mereka terkekeh pelan. Dan mereka pergi dan meninggalkan tempat itu dan menuju ke kantin sekolah yang jaraknya ga terlalu jauh itu.

⭐⭐⭐⭐⭐⭐⭐

Hujan yang turun dengan deras,membasahi tubuh gadis itu yang mencoba meneduh di bawah pohon besar ,namun seketika percikan air itu berhenti ia melihat ke atas yang terdapat payung yang membuatnya terhindar dari hujan walaupun tubuh nya sudah basah kuyup semua,tak henti di situ matanya tertuju pada seorang cowok yang berdiri di samping yang sedang memegangkan payung dan menatapnya sinis ia membiarkan tubuhnya basah demi melindungi seorang gadis di hadapannya sekarang.

"Kalo lo mau kabur,pake otak." Cibir Bryan.
Mata Shania membulat mendengar ucapan bryan barusan emang bener,shania ingin kabur dari nya hari ini ia sangat males ngajarin cowok ganas itu di tambah liona ninggalin dia di sekolah jadi moodnya ancur banget hari ini.

"Apaan si lo?"
"Untung-untung gue bawain payung."
"Gue juga udah basah,percuma tau ga."
Celetuk Shania kesal tadinya ia sedikit terbawa suasana saat bryan membawakan payung untuknya namun semua itu langsung hilang saat bryan sudah mengeluarkan sifat ganas nya itu.

"Suruh sapa kabur,sekarang lo ajarin gue"
Sambung Bryan dan mengingkupkan kembali payungnya.

"Nyebelin banget si lo"lanjut shania dengan nada yang meninggi
"Gue tunggu di ruang musik,kalo lo kabur lagi gue tambahin hukuman lo"
"Baju gue basah,kaya mana bisa gue ngajarin lo?"
"Alasan,ayo cepet."
"Iya iya dasar cerewet,ganas----"
"Nyebelin?iya?" Sambung Bryan tanpa menoleh kearah Shania yang berjalan di belakangnya dan tersenyum hampir tak kelihatan.
"Shasha!!!" Panggil seorang perempuan yang berlari kearahnya.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Shania ketus.
"hehehe maafin gue lah Sha,abis gue tadi ada urusan penting."
Liona mencoba menjelaskan kepada sahabatnya
"Iya gue maafin,dah lo sana pulang" Suruh shania.
"Gue ada urusan" Lanjutnya
"Urusan apaan?"

Shania belum sempat membalas pertanyaan Liona ia langsung lari setelah mendapatkan tatapan sinis dari bryan yang sudah berdiri di depan ruang musik
"Biasaan deh tu bocah." Ucap Liona sendiri yang melihat shania yang sama sekali tak berubah sifatnya .

Bryan yang melihat gadis itu berlari kearahnya langsung membalikan tubuhnya dan masuk ke dalam ruangan.

"Lama banget si lo jalannya?"
Ketus Bryan yang sudah mulai memainkan gitarnya
"Tadi kan------"
"Duduk cepet." Lagi-lagi kalimatnya langsung di potong begitu saja.
"Kita ngapain di sini?" Tanya Shania yang mencoba merapihkan rambutnya yang basah akibat hujan
"Tadi gue ketemu sama pak Rizal--"
"Terusss?"
"Dengerin dulu makannya."
"Iya,Terus kenapa?"
"Di suruh latihan sama siapin lagu untuk tampil nanti."
"Hah?serius?"
"Ngapa si gue bohong"
"Terus mau bawain lagu apa?"
"Ntar gue pikirin,yang penting lo siap."
"Oke,terus lo mau belajar apa?"
"Hm gue sebenarnya mau tanya sesuatu."
"Tanya apa?"
Jantungnya sedikit berdetak lebih cepat
"Apakah gara-gara hati gue udah lama kosong?jadi baperan duluan kaya gini." Batin Shani
"Lo ni sebenernya.."
"Apaan?"lanjut Shania penasaran
"Lo itu.."
"Apaan Bryan?"
"Lo itu pinter ga si?"
"Demi sepongebob nikah sama manusia lo nyebelin banget Bryan." Teriak Shania.
"Lo tu nyadar ga si?" Lanjut Shania
"Ga" Balas Bryan yang masih terkekeh pelan.
"Gue benci sama lo." Bryan langsung melihat Shania bingung,tumben tumbennya Shania semarah itu batin Bryan.
Lalu Shania pergi meninggalkan Bryan
"Shaaa.." Bryan mencoba memberhentikan langkah shania yang kian semakin cepat
"Apaan si?lo mau nambah hukuman ke gue?gue ga peduli."
Ucap shania dengan lantang.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang