Duapuluh satu(21)

56 15 0
                                    

Kehilangan itu sakit namun saat ada dunia baru yang mengisi terasa lebih ringan.

_______________________________________

Berjalan mengelilingi sekolah adalah hal yang paling kurang kerjaan dan itu nyata di lalukan oleh Bryan, sosok yang dinginnya minta ampun sampai-sampai ia sama sekali tidak melihat satupun cewek yang memperhatikan dirinya dengan masang wajah semanis mungkin.
Tendangan kaleng yang berhasil Bryan tendang tanpa tidak sengaja terkena salah satu kaca jendela di sana yang menyebabkan suara nyaring sehingga mengalihkan pandangan banyak orang dan Bryan yang menyadari tetap saja jalan tanpa menghiraukan apapun.

Jari jemarinya berulang kali mengetik pesan untuk Shania namun selalu ia hapus kembali dan menaruh handphone nya di atas meja dengan sedikt di banting sehingga menimbulkan suara.

Sebenarnya benar apa yang di katakan kebanyakan orang bahwa saat seseorang tidak ada kita lebih merasa membutuhkannya dan itu yang saat ini membuat Bryan merasa tidak tenang, bagaimana tidak 3 hari ini Shania ga berangkat sekolah karena kepergian papa nya, sama sekali ga bisa di pungkiri rasa sedih yang amat dalam dari diri Shania dan Bryan paham itu semua.

Seisi ruangan yang dari tadik ramai dengan ketentuan pasangan tempat duduk untuk pergi acara jalan-jalan sekolah.

"Seisi ruangan ini tinggal lo yang belum nentuin mau sebangku sama siapa." Ucap sekertaris kelas kepada Bryan.

"Dengerin baik-baik dan jangan bilang siapa-siapa." Jawab Bryan.

"Yaudah siapa?"

"Shasha." Jawab Bryan pelan yang sengaja ga mau di dengar siapa-siapa.

"Hah? Serius?"

"Tulis aja, ga usah banyak tanya."

"Iya iya."

Dia berjalan menuju roftoop sekolah sambil membuka tutup botol minumannya yang kemudian ia lempar asal, di atas sana dia hanya diam menatap awan yang begitu cerah siang hari itu, hatinya kini tak menentu dirinya merasa ada di posisi yang sama sekali tidak pernah ia temui, detikan jam yang kelamaan berubah menjadi menit dan jam sama sekali tidak di perdulikan oleh dirinya bahkan satu hari full ini Bryan ga mengikuti jam pelajaran satu pun ia hanya ke perpustakaan dan mengelilingin sekolah seakan di benaknya sangat tidak tenang.

Tiba-tiba suara hentakan kaki terdengar oleh nya yang makin lama terdengar lebih dekat.

"Liona." Gumam Bryan.

"Bryan, gue mau ngomong sama lo bisa?"
Tanya Liona lalu Bryan memberikan bangku untuk Liona duduk.

"Yan."
"Hmm..."
"Maafin sikap gue kemaren."
"Iya." Jawab Bryan.

Liona menarik nafasnya dan memberikan selembar kertas pada Bryan.

"Apa ini?" Tanya Bryan sambil mengambilnya.

"Ini untuk lo dan gue mau lo baca." Jawab Liona lalu Bryan melipat kertas itu dan ia masukan ke dalam kantung.

"Kalo lo emang suka sama sahabat gue jangan lo gantungin perasaan dia, untuk saat ini mungkin belum tepat tapi di usahakan berilah dia kepastian, gue ke kelas dulu."
Lanjut Liona dan langsung pergi meninggalkan Bryan yang masih menatapnya mencerna semua yang baru ia dengar lalu lamunannya terhenti saat bel sekolah berbunyi dan Bryan langsung berlari menuju kelasnya untuk mengambil tas dan pergi dari sekolah naik motornya.

Di pertengahan jalan Bryan memberhentikan motornya di depan toko bunga lalu ia turun dan memilih bunga mawar putih yang di hiasi dengan pita bewarna merah jambu.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang