WAAHHH INI CHAPTER TERAKHIR LO GAESS
Baca yang tenang ya, dan jangan lupa buat vote dan komen.Sedih ga cerita ini akan selesai?
Ehehhehe:))****
Dari awal aku tidak berjanji, karena aku tahu aku tidak sesempurna itu untuk mu, apalagi untuk menjaga perasaanmu yang tetap seprti dulu.
Aku tahu, kita cukup hijau untuk memahami namun aku yakin semua akan dewasa dengan berjalannya waktu, jangan pernah menganggap dirimu salah akan keputusan yang kamu ambil nanti, aku hanya minta jangan pernah benci aku.Sekalinya nanti kita tidak bersama lagi, aku hanya bisa minta sama Tuhan buat memberikan penggantimu yang jauh lebih baik dari pada aku.
~Bryan~Shania~
****
"Aku kira kamu ga dateng" Ucap Bryan.
"Aku ga setega itu juga kali,"
Semalam sehabis Shania membasuh wajahnya Bryan menelfon nya, dia mengajak hari ini buat ketemuan dirumahnya, kebetulan rumahnya sepi orang tuanya sedang keluar kota dan Bang Shandy dia sedang ada jam kuliah.
Shania dateng kesini naik taksi onlen, karena katanya Bryan harus ada yang diselsaikan.
"Semangat besok ujiannya."Kata Bryan, sambil duduk disebelah Shania. Gadis itu melihat kearah Bryan yang tengah menuangkan minuman di gelas dan diberikan kepadanya.
"Minum dulu, mencoba terlihat baik-baik saja itu butuh asupan yang banyak."Ujar Bryan, sifatnya masih sama. Menyebalkan.
"Mau bilang apa?"Tanya Shania.
"Nanti aja, kita bahas yang lain dulu, hampir satu bulan kamu bahkan tidak pernah menyapaku, terakhir dari pernikahan Cleon sama Clarisa."
Benar, gadis itu berusaha melupakan Bryan, dia berusaha tidak membahas apapun tentangnya bahkan menegur sapa saja ia hindari. Tapi yang ada apa, semua nya sia-sia ia sangat sulit buat ngelupain semua tentang Bryan. Terlalu banyak kenangan yang indah mereka lakuin, bahkan banyak sekali cerita yang terlalu indah buat diabadikan.Bahkan Shania saja takut buat bertatapan dengan Bryan ia takut dengan perasaannya yang ia coba hilangkan justru jatuh lagi, sampai terlalu sulit buat bangkit.
Bryan benar-benar membuatnya terasa terjebak, kenapa ia harus mengingatkan semua nya disaat Shania mencoba menghapus semua memori. Hubungan diantara nya saat ini bisa dibilang masih di ambang-ambang. Dan itu yang buat keduanya bingung harus apa.
Besok adalah Ujian Nasional, dan tak lama dari situ kelulusan jadi mau tidak mau semuanya harus selesai hari ini, Bryan tidak mau pergi atau bertahan tanpa kepastian, karena semuanya akan sia-sia.
Sedangkan Shania tipikal cewek yang rajin apalagi ini urusan buat Ujian Nasional, jadi dapat pastikan bahwa Shania tidak boleh kepikiran soal ini yang dapat menganggu konsentrasinya besok."Sha"Panggil Bryan
"Iya?"
"Masih mau jauhin aku?"Pertanyaan Bryan seakan disini yang salah adalah dirinya,
"Buat apa?"
"Aku tau kok Sha, kamu coba ngejauh tapi mata itu ga bisa di bohongin, dan apa yang aku lihat dari matamu sekarang itu masih sama saat awal kita jadian waktu itu."Jawab Bryan.
"Sekarang keadaan nya udah beda Yan, kamu ga bisa maksain buat apapun itu, aku hanya mencoba buat tidak terlihat berbeda namun nyatanya itu semua justru menyakiti perasaan aku sendiri."
"Kamu boleh kok Sha nyalahin aku buat apapun, mungkin aku yang udah buat semua nya seperti ini"
"Ga gitu Yan maksut aku, aku ga akan nyalahin siapapun bahkan Talia sekalipun."
"Aku ngerti Sha, tapi jagan pernah selalu terlihat baik-baik saja,aku tahu saat ini kamu lagi banyak masalah, kalau kamu malu buat cerita keorang lain, cerita sama aku dan kalau kamu mau nangis, nangis aja."Ujar Bryan, kenapa lelaki itu selalu buat dirinya merasa paling baik buat Shania.
Aduh ini kenapa mata jadi mau nangis gini, ah sungguh perkataan Bryan barusan buat gadis itu seakan tenggelam dalam ombak. Ya, akhirnya gadis yang dihadapan Bryan itu menangis sekarang, ia menutup wajahnya dengan tangan agar tidak terlihat oleh Bryan, tapi tanpa ia beritahu Bryan sudah tahu kalau Shania itu nangis. Dan tanpa basa-basi Bryan langsung merangkul Shania dan menempelkan kepala Shania di dadanya.
Bryan tidak mencoba menenangkan Shania buat berhenti menangis, ia membiarkannya karena mungkin dengan menangis semua nya dapat lebih baik.
Seandainya semua permasalahan dapat mudah diselesaikan dengan menangis dan terbawa oleh air mata serta kering akibat hembusan angin dan hilang, namun nyatanya tak sesimpel itu.
"Sha nangis aja, aku ga akan ngelarang jika itu membuat lebih baik."
"Yan maafin aku."
"Jangan minta maaf, kamu ga salah kalau kayak gini seakan aku yang udah nyakitin kanu."
"Kamu udah buat duniaku tidak abu lagi, semuanya bewarna makasih untuk semua."
"Udah dong Sha jangan gini, nanti kalau kamu jatuh cinta lagi sama aku kayak mana"
"Hah??"
"Emang sekarang masih suka?" Tanya Bryan, dan gadis itu menundukan kepalanya.
"Perasaan aku masih sama Yan, aku mencoba melupakan tapi yang ada aku justru tersakiti, tapi sekarang keadaannya sudah beda Yan."
"Ada apa?"
"Aku harap kamu ngerti dengan semua keputusan yang udah aku ambil."
"Jangan buat aku menunggu Sha!"
"Yan aku mau kita udahan." Bryan menatap lekat wajah Shania, namun gadis itu mencoba buat tidak melihat Bryan."Aku mau kita udahan break nya."Lanjutnya dan Bryan ia masih diam, jadi???
"Sha?"
"Aku mau kita udahan break nya, dan aku minta berhenti Yan, aku mau hubungan ini selesai."
Sambung Shania, perempuan ini sungguh buat Bryan bingung. Kenapa dia selalu membuat Bryan berfikir dua kali."Gue rasa itu keputusan yang terbaik bagi lo."Jawab Bryan, lalu Shania pamit pulang, Bryan menatap lekat punggung gadis yang bukan lagi miliknya itu.
*
***
The End
TERIMA KASIH BUAT KALIAN YANG UDAH BACA CERITA INI.
MAAF KARENA ENDINGNYA GA SESUAI HARAPAN, TAPI AKU HARAP KALIAN TETAP SUKA, TAPI Citra sama Dion MEREKA TETAP JADIAN MUNGKIN BILA ADA WAKTU AKU AKAN BUAT KISAN DION DAN CITRA.
TAPI GA JANJI YA...OKE,, INTINYA MAKASIH BANYAK.
Salam SaNiKaMe_
Love you
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen FictionJika dia bukan yang terbaik buat apa dipertahankan, namun mungkin akan sulit buat melupakan semuanya. (Metro, 28 Mei 2018)