Duapuluh enam(26)

18 6 3
                                    

Aku mau minta maaf sebelumnya, bukan mau biarin cerita ini, tapi akhir-akhir ini sibuk banget.

Tapi diusahain bakal dibuat semenarik mungkin ya...

Baca dengan tenang, dan jangan lupa komen karena itu sangat pengaruh untuk cerita.

"Selamat Membaca"
.
.
.
.
.

Mungkin ini hanya jarak, bukan untuk berpisah namun untuk mengajarkan arti kepercayaan dan kesetiaan.

****

Tepat satu minggu Shania tidak bertemu dengan Bryan, mereka hanya berkomunikasi dengan vidio call untuk meredam rasa rindu diantara mereka.

Shania duduk di bawah pohon di pinggir taman di sana, semalam Bryan bilang ia akan pulang satu minggu lagi. Sehingga membuat Shania di satu sisi merasa sedih, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak boleh egois, lagi pula Bryan disana juga ga aneh-aneh.

Bener kata orang menjaga sebuah kepercayaan dan kesetiaan itu adalah sebuah kunci suatu hubungan, bahkan untuk melakukannya saja susah. Dan kali ini gadis yang duduk di sana dengan menikmati es krim yang ia genggam mulai memahami apa arti sebuah perasaan.

Dia masih memperhatikan orang yang berjalan menggunakan kemeja putih dengan celana selutut, dan sepatu convers bewarna putih, Shania masih terus melihatnya sambil mengucek matanya memastikan ini bukanlah khayalan.
Ya benar, itu Bryan. Shania langsung berdiri dan menampar wajah Bryan.

"Aduhh!" Bryan meringis dan reflek mengelus pipinya yang tiba-tiba di tampar oleh gadis yang kini di hadapannya.

"Ini beneran Bryan?"

"Yaiyalah, kenapa? kaget ya?"
Itu tu ngeselin banget tau ga si, kenapa dia bilang masih satu minggu lagi? ish, sumpah Bryan itu ngeselin. Pokoknya ngeselin banget.

"Ihhh ngeselin." Rengek ku sambil memukul lengan Bryan pelan.

"Kangen kan? sini peluk dulu," Ucap Bryan, lalu langsung memeluk tubuh Shani. Gadis itu ga tau harus bicara apalagi, lalu ia juga membalas pelukan Bryan.

Bryan membopong Shania ke dekat air pancur, dan memberi sebuah kotak bewarna biru dengan hiasan pita di atasnya.

"Nih, hadiah buat pacarku yang udah kangen sama aku," Sontak Shania membulatkan matanya, ia malu akan ucapan Bryan barusan, tapi itu semua emang bener si.

"Apa ini?"

"Udah buka aja."

WAHH!! OH NO! INI BENERAN? SEJAK KAPAN SEORANG BRYAN AFRINANDO DINOVA SEROMANTIS INI???

"Kalung?"

"Udah sini aku pakein." Lalu mengambil kalung nya dari genggaman Shania dan melingkarkannya ke leher Shania.

"Kamu ngerampok ya Yan?"
Dan itu adalah pertanyaan gila yang pernah Bryan dengar,

"Ya ga lah Sha, ini tu aku beliin buat kamu udah lama cuma baru aku kasih aja, abis kamu kan masih sering jutek dulu,"
Iya juga si mana mungkin seorang Bryan ngerampok, ah emang ada-ada aja.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang