Delapanbelas (18)

56 17 3
                                    

Bahkan daun memiliki tahap untuk mengering.
Begitu juga dengan ranting yang kian lama semkin rapuh.
Begitu juga dengan sifat mu yang kian lama berubah.

_______________________________________

"Gimana sus?"

"Keadaannya udah membaik, namun pasien sebaiknya harus banyak istirahat."

"Kalo boleh tau sakit apa ya sus?."
Tanya Shania yang mulai cemas dengan keadaan papa nya saat itu

"Kemungkinan pak Reno terkena serangan jantung tadi."

"Saya pergi dulu ya."
Lanjut suster nya dan pergi meninggalkan Shania di sana.

Setelah shania melihat keadaan papa nya ia tak sanggup menahan air matanya dan saat ini ia hanya takut kehilangan papa nya.
Mungkin seseorang yang melihat posisi shania saat ini sungguh sangat prihatin dengan keadaannya, bahkan kini Bryan masih saja diam menatap gadis itu yang sembari tadik berdiri di depan kamar Reno.

"Sha."

Panggil Bryan dan menarik tangan shani pelan untuk duduk di sampingnya.

"Mending lo makan dulu ntar sakit."
"Gue ga laper Bry."

"Please!!Gue mohon sama lo Sha."
"Lo makan aja dulu."

"Kalo lo sakit ntar tambah repot urusannya Shania."
Balas Bryan yang memanjangkan nada suaranya seakan ia sangat takut dengan kesehatan Shania.

"Apa perlu gue gendong???."

Tanya Bryan yang mulai gila namun berhasil membuar gadis mungil itu tersenyum tipis dan mengangguk kemudian mereka berjalan beriringan menuju mobil.

Saat di tengah perjalanan tiba-tiba Shania menyuruh memberhentikan mobilnya dan ia keluar dan berjalan ke arah kakek-kakek yang membawa dagangan roti

"Kek."

"Iya?."

"Roti nya berapaan?."
"Lima ribu nak, mau beli berapa?."
"Aku beli semua ya kek."

"Beneran?."

"Iya kek habis nya berapa?"
"Semuanya tujuh puluh ribu."
Jawab kakek itu dan shania mengeluarkan selembar yang seratus ribu

"kembaliannya untuk kakek aja."
Lanjut Shani
"makasih ya neng."
"iya kek sama-sama."

Di sisi lain Bryan yang memperhatikan gadis itu tersenyum sendiri sampai ia tak sadar kini Shania sudah duduk di samping dan menampar pipi Bryan.

"Apaan si sakit tau."
"Lagian ngapain ngeliat aku kaya gitu?."

"Aku???."

"Gue maksutnya." Jawabnya cepat.

"Kayanya lo mulai jinak ya Sha."
"Yang ada lo yang jinak sama gue, sejak kapan lo ga dingin lagi?"

"Dah lah mau makan di mana ini?"

Bryan justru mengalihkan pembicaraanya sedangkan shania ia hanya tersenyum dan memberikan beberapa bungkus roti ke Bryan.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang