Gue cuma nyoba buat lo seneng, seperti kebanyakan orang yang buat lo ketawa.
Bryan.
_______________________________________
"Shasha." Ucap Bryan kaget. Tristan dan Dion pun juga nampak kaget yang langsung refleks memberhentikan mainnya."Mau apa lo kesini?" Sambungnya.
"Gue cuma mau ngasih surat ini dari pak Rizal, habis itu gue pulang."
"Surat apa?"
"Baca sendiri." Jawab Shania yang langsung meninggalkan Bryan.★★★★★
Bryan yang tengah bingung langsung membuka segel amplop undangan tersebut, lalu Ia membaca undangan yang tercantum di dalamnya.
"Isinya apa yan?" Tanya Dion.
"Dapet bantuan ya yan?" Ujar Tristan yang langsung di jitak kepalanya oleh Dion.
"Gue ga salah kan?" Tanya nya bingung.
"Salah lah, Bryan orang kaya masa dapet bantuan."
"Siapa tau." Ujar Tristan membela diri."Diem, brisik amat." Bentak Bryan.
"Undangan gue perform gitar solo di pameran kota." Lanjut Bryan."Kok lo, bukan gue?" Tanya Tristan.
"Elo? Main gitar aja kaya panci rombeng gitu." Cicit Dion."Udah udah sekarang lo berdua balik, gue mau latihan oke." Ujar Bryan yang mengusir Dion dan Tristan.
"Oleh oleh kita kan belum." Elak Tristan.
"Oleh olehnya tahun depan." Ujar Bryan yang mendorong mereka berdua keluar."Yan." Ucap mereka yang menggedor pintu yang sudah di tutup oleh Bryan.
Sedangkan Shania yang baru pulang dari rumah Bryan, lalu menyandarkan motornya di garasi dan berjalan menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar Ia langsung menaruh tas nya di atas meja belajar dan merebahkan badannya yang terasa pegal di kasurnya.
Ia menatap langit langit kamar untuk menetralkan pikirannya. Ia merasa ada yang menggetarkan badannya dan itu adalah handphone yang tiba tiba bergetar meperlihatkan nama Bryan.
"Kenapa lagi ni orang." Ucap Shania dalam hati dan langsung mengangkat telfonnya."Halo, ada perlu apa?" Tanya Shania yang langsung to the point.
"Lo kesini sekarang."
"Ngapa?."
"Ajarin gue main gitar."
"Etdah gue baru pulang capek."
"Ga ada penolakan, lo udah ga ngajarin gue selama dua hari."
"Salah siapa? Gue juga ga jago main gitar."
"Pokoknya lo kesini, Kok ga gue yang kerumah lo."
"Serah lo deh." Ucap Shania dan langsung mengakhiri telfonnya."Woy." Ujar Bryan, "oke ini yang lo mau." Sambung Bryan.
"Sehari aja tu orang ga buat gue susah." Desis Shania yang melangkahkan kakinya ke kamar mandi.
Suara adzan yang berkumandang membuat Shania langsung melaksanakan sholat, dan kembali ke kamarnya untuk belajar.
"Sayang." Panggil Reno yang mengetuk pintu.
"Iya pa, masuk.""Kok ga makan." Ujar Reno yang melihat Shania fokus dengan bukunya.
"Ga laper pa."
"Ntar kamu sakit lo."
"Iya pa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja
Teen FictionJika dia bukan yang terbaik buat apa dipertahankan, namun mungkin akan sulit buat melupakan semuanya. (Metro, 28 Mei 2018)