Sembilanbelas(19)

52 18 2
                                    

Ketika ku mulai merasa kehilangan semua, kenapa hatiku mulai tertuju ke seseorang yang membuat ku merasakan kenyamanan, namun ketika ku mulai takut kehilangan nya kau justru seakan hanya membuatku merasa sendiri menyayangimu.

Kini hanya saja ia tak mengeluarkan air mata namun sebenar nya perasaannya kini sedang menangis, ia tak tau akan bercerita dengan siapa permasalah hidupnya sangat rumit bahkan sangat menyakitkan, kini ia hanya duduk sendiri di taman dan tidak mengikuti mata pelajaran jam pertama.

Saat ia sedang duduk menatap asal dan Bryan datang dengan membawa beberapa tangkai bunga mawar bewarna merah.

"Sha"
"Apa?gue mau sendiri."

Bryan menarik nafas nya dan duduk di sebelah Shania, dan memberikan semua tangkai bunga yang ia bawa ke Shania.
"Untuk gue?."
"Bukan lah."

"Terus??."

"Dion titip buat Citra."
"ntar gue kasih."
"iyalah, harus." Ceplos Bryan

Suasananya menjadi hening sekali untuk saat ini Shania sama sekali tidak memperdulikan Bryan yang yang mencoba mencari perhatiannya.

"Shasha lo yakin ga ikut pelajaran?"

"Ga."

"Kalo misalnya nanti di hukum?"
"Yan please, mending lo sekarang pergi gue mau sendiri"
"Iya, nanti pulang sekolah gue tunggu lo di perpustakaan"
"Iya"

Bryan meninggalkan Shania sendiri, baru pertama kalinya Bryan merasa bersalah saat ia tidak bisa bersifat ramah dengan Shania mungkin karena ia mulai ada hal yang berbeda dengan diri nya saat ini.

Shania melihat bunga yang Bryan titipkan untuk Citra, ia tersenyum sendiri saat mengingat dirinya waktu pertama kali jadian dengan Cleon, yang memberinya kata-kata manis dan gombalan yang sama sekali tidak masuk akal namun membuat nya bahagia, hari-harinya dululah sangat tenang sama sekali tidak ada masalah dan kesedihan seperti yang ia alami saat ini.

Lamunannya terhenti saat ada seseorang yang memanggilnya dari belakang, ia menoleh ke arah sumber suara dan ternyata orang nya adalah Liona yang membawa semangkuk bakso dan mendekati Shania.

"Mending lo makan bisa sakit ntar, lo belun sarapan kan?"
"Kok lo tau gue di sini?"
"Bryan tadik bilang, enak ya ada yang perduli sama lo."
"maksud lo?"
"Seneng kan lo kalo Bryan itu peduli sama lo? Ga usah sok cuek jadi cewek."

Ucapan Liona barusan langsung membuat Shania merasa bersalah padahal ia tidak pernah merasa ada yang special di antara dirinya dan Bryan namun Liona berkata seakan hubungan nya dengan Bryan sangatlah dekat bahkan lebih dari sekedar teman.

"Kenapa lo diam? Kaget ya gue ngomong kaya gini sama lo?"

Tanya Liona dengan nada suara yang tinggi.

"Lo kenapa si? Apa salah gue?"
"Banyak Sha asal lo tau, tapi lo terlalu sibuk dengan urusan lo sama Bryan di bandingkan sahabat lo sendiri."

Jawab Liona dan mendorong tubuh Shania sampai jatuh kemudian ia pergi dari sana.
"Lionaa!!!!" Teriak Shania
Dan ga dapet respon apapun dari Liona.

Seharusnya dalam posisi seperti ini Shania mendapatkan ketenangan dari sahabatnya namun kini justru sebalik nya ia sama sekali tidak menyangka apa yang baru Liona katakan, selama ini ternyata sahabatnya menyimpan rasa tersendiri untuk seorang Bryan.

Kakinya melangkah menuju kelasnya dan saat ia baru masuk Shania sudah mendapatkan tatapan sinis dari Lioana, gadis itu mencoba menahan amarah nya gimana pun Lioana adalah sahabat lama nya ia tak mungkin secepat itu marah.

"Sha, ntar lo pulang kawanin gue ya? " Tanya Citra yang menyampiri Shania ke tempat duduk nya.

"Ga bakal mau dia Cit, kan ada Bryan."
Sahut Lioana dan semua isi kelas itu menjadi gaduh sedangkan Bryan ia tidak mendengarnya karena saat itu ia tidak ada di dalam kelas namun sahabat nya mendengar dengan jelas.
Shania udah ga bisa menahan emosinya lagi, ia langsung menggebrak meja dan berjalan ke arah Liona.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang