Empatbelas(14)

82 19 3
                                    

Sahabat adalah segalanya bagi gue, karena mereka yang selalu tau ketika gue jatuh dan gue bangun.

-Shania
_______________________________________


Hari Senin merupakan, hari dimana paling di benci semua murid tak terkecuali Bryan, sekarang sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB namun, Bryan belum bangun dari tidurnya. Ia masih mengantuk karena seharian bermain game dirumah Dion.

Vina menaiki anak tangga untuk membangunkan putra nya yang belum juga bangun, Vina langsung masuk ke kamar Bryan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Bryaaannn." Teriak Vina membuat seisi rumah bergerak.

Tak ada jawaban.

"Bryannn bangun gaa kamuu!" Teriak Vina lagi sambil mengoyang goyangkan badannya.

"Apasih bun, Bryan masih ngantuk." Jawab Bryan yang melanjutkan tidurnya.

"Kamu ga sekolah, ini udah jam 7!" Balas Vina yang berdiri di samping Bryan.

"Sekol----"
"Apa udah jam tujuh?! Kok bunda ga bangunin Bryan sih." Lanjut Bryan yang langsung lari ke kamar mandi.

Vina yang melihat tingkah putra bungsunya hanya menggelengkan kepala dan keluar dari kamar Bryan menuju ruang makan untuk menyiapkan sarapan.

"Aduh telat ni gue." Gerutu Bryan yang masih memakai seragam.

Bryan cepat cepat turun kebawah dengan rambut yang masih berantakan dan sepatu yang belum terikat, Ia langsung menuju ruang makan untuk berpamitan kepada Vina, karena Ayahnya sudah berangkat duluan.

"Bun Bryan berangkat dulu ya."
Ucap Bryan yang langsung mencium punggung tangan Vina.

"Ga sarapan dulu?" Tanya Vina.

"Ngga bun, Bryan udah telat." Balas Bryan yang sudah lari menuju garasi.

Bryan kali ini menaiki motor ninjanya menuju sekolah, karena jika ia naik mobil pasti akan telat.
Jam terus berputar yang menunjukkan pukul 7.30 WIB namun, Bryan belum sampai di sekolah karena padatnya kendaraan di Jakarta. Ia berusaha menyalip motor dan mobil di sebelahnya yang membuat  pengendara kesal, tapi ia tak perduli dan terus melajukan motor nya di atas rata rata.

Bryan sudah sampai di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup, ia melihat para siswa yang sedang berbaris di lapangan untuk mengikuti upacara.

Ia mencoba turun dari motornya dan menemui pak Toyo-satpam sekolah yang berjaga di gerbang.

"Pak boleh ya saya masuk." Pinta Bryan kepada Pak Toyo.

"Ga boleh nak, disini sudah peraturannya, yang telat menunggu sampai waktu upacara selesai, dan berhadapan dengan bu Retno." Jelas Pak Toyo yang membuat Bryan menelan ludahnya dengan kasar mendengar nama bu Retno.

"Pak saya cuma terlambat 5 menit aja masa Ga boleh sih, namanya juga kena macet Jakarta Pak." Pinta Bryan lagi yang terus meyakinkan Pak Toyo

"Tetep ga bole---"

"Mau ini ga Pak." Ucap Bryan yang membawa selembar uang seratus ribu.

"Aduhh gimana ya nak Bryan." Ucap Pak Toyo malu malu, yang langsung mengambil uang dari Bryan.

"Jadi saya boleh masuk kan Pak." Tanya Bryan lagi dengan menangkat sebelah alisnya.

"Iya bo--boleh."

Bryan menaiki motornya lagi dan langsung masuk dari gerbang yang sudah di bukakan Pak Toyo.

"Cih dasar satpam murahan." Ucap Bryan pelan yang melihat Pak Toyo mencium uang yang ia beri.

SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang