Chapter 1

2.1K 110 2
                                    

Pagi ini art bangun terlambat. Ia mimpi ibunya semalam. Dan itu membuat ia terjebak kekalutan cukup  lama.

Berjalan cepat menyusuri trotoar. Ah dia pasti terlambat masuk ini. Lagipula, kenapa pendemo itu harus melakukan aksinya hari ini.?

"hay art, mau bersama.?" tanya seseorang dari dalam mobil

"tak perlu, jack. Aku duluan ya" art segera berlari menuju gerbang kantor.

Jackson itu baik. Dan bukan maksud art menolak tawarannya. Tapi rasanya malah akan makin terlambat kalau ia menerimanya. Karena mobil jackson akan parkir di basement. Jadi lebih baik ia lari saja.

Sesampainya di dalam gedung, ia merapikan bajunya. Masih dengan nafas yang tersengal-sengal, art segera menuju ruangannya.

"Selamat pagi, art" sapa haesoo.

"Pagi juga, hae" art membalas sapaan wanita berwarga negara korea itu di sertai senyuman.

.

Sudah waktunya jam makan siang sejak 5menit lalu. Satu per satu karyawan di divisi penjualan mulai keluar. Sedangkan art masih betah berdiam diri, berkutat dengan berkas dan komputer. Art sudah menolak ajakan teman-temannya makan di luar.

"Kau akan mati muda bila terus menatap komputer itu" tegur seseorang yang baru datang dari belakang art

"Oh..hay jack" art menoleh sebentar melihat siapa yang menegurnya. Lalu fokusnya kembali ke komputernya.

"Ayo makan" ajak jack.

"Aku akan menyelesaikan pekerjaanku dulu. Kau duluan" tolak art halus.

"Akan habis waktu istirahatnya, bila kau menyelesaikan itu" jack menekan kata itu untuk menyindir berkas yang menumpuk di meja art.

Art tersenyum. "Tak apa..pergilah. Aku bisa makan nanti"

Jack menghela nafas. Art itu sulit sekali di ajak untuk bergabung. Seperti menutup diri. Sengaja menghindar dari teman-temannya. Meski tak dingin dan murung, tapi art membuat teman-temannya jadi sedikit menjaga jarak. Hanya beberapa orang yang masih betah berteman dengannya. Jack misalnya.

"Kita akan makan berdua..kau takkan bertemu yang lain. Ayolah.." pinta jack lirih

"Baiklah..aku rapikan sebentar" art akhirnya menyerah. Tak tega juga melihat jack yang selalu ia tolak. Jack tersenyum tipis, namun art tak melihatnya.

.

Setelah art dan jack makan siang, mereka kembali ke kantor. Tak ada yang special dari lunch mereka. Tapi jack tersenyum cerah. Kemajuan untuknya bisa membuat art makan siang diluar.

"Terimakasih makan siangnya" itu bukan ucapan dari art. Itu jack. Padahal, ia yang mengajak, menraktir, lalu mengantar art dengan selamat. Kenapa jack yang mengucapkan terima kasih ?

Tapi art tak ambil pusing. Dia hanya membalasnya senyum dan jawaban klise. Seperti kalimat 'sama-sama'. Tapi jack tetap senang.

.

Art pulang cepat hari ini. Tidak lembur. Pekerjaannya tak banyak yang menumpuk.

Tapi tadi sebelum pulang manager penjualan menyampaikan pesan. Ia bilang, mereka harus berangkat pagi besok. Katanya direktur mereka akan ganti. Tentu saja semua terkejut. Tak ada desas desus, tiba-tiba direktur mereka ganti. Dan pengganti direktur lama akan datang besok.
Tentu saja itu menjadi bahan perbincangan seluruh karyawan kantor. Ternyata semua divisi juga membicarakan berita ini. Ramai sekali guncang-guncing yang membahas direktur lama. Ada saja omongan dari mulut para wanita.

Wajar saja. Direktur lama mereka itu sedikit genit pada wanita.

Art tak ambil pusing. Tak ada bedanya kalau di ganti direkturpun. Tak berpengaruh padanya.

"Makan dulu" ucap seseorang setelah masuk kekamar art. Ia berdiri di dekat ranjang yang sedang art pakai untuk merebahkan diri.

"P'push duluan. Aku akan membersihkan diri dulu" art mendudukan dirinya.

"Aku akan menunggumu" push mengusak rambut art lalu segera keluar dari kamar.

.

Art segera keluar kamar setelah menyelesaikan mandinya.

"Kau belum makan p'.?" Tanya art ketika melihat push sedang memainkan ponselnya di ruang tengah.

"Oh, kau sudah selesai.?" Push memasukan ponselnya.
"Aku kan tadi bilang, akan menunggumu" push mematikan televisi yang dari tadi ia abaikan, lalu segera menyusul art yang sudah duduk di meja makan.

Mereka makan dengan khitmad. Art segera membawa piring kotor mereka. Ia segera mencuci piringnya.

Tapi belum selesai mencuci, sesuatu mengganggu art.
Nafas seseorang berhembus di ceruk lehernya. Tangan kekar bertengger di pinggangnya. Dan lagi beban berat ada pada bahu kanannya.

Menoleh sebentar. Art tersenyum lalu menyelesaikan acara mencucinya.

"Kau mengabaikanku.?" Suara berat push menyapa telinga art.

"Sebentar" art menjawab sambil membilas piring.

Sedangkan push tak tinggal diam. Tiba-tiba ia menyiumi leher art dan berakhir menyesapnya. Art terkejut. Untung saja piring yang di genggamnya hanya jatuh ke box cucian piring.

"P..." rengek art

"Mmmmhhh" art melenguh. Menutup mulutnya dengan punggung tangan kirinya.

Tangan push masuk baju art. Mengusap perut datar art. Baru saja berniat menaikkan tangan itu untuk ke atas -bagian dada art- suara bel mengintrupsi mereka.

Jadi dengan terpaksa push menghentikan kegiatannya.

"Aku buka pintu dulu" izin art yang hanya di angguki dengan tatapan dingin dan malas push.

Art berjalan menuju pintu. Setelahnya ia terkejut melihat siapa yang ada di depannya.

"Ka-kau"

Hipotesis Rasa [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang