Chapter 21

1.1K 69 14
                                    

Jangan pernah bilang mew mesum.

Ingat itu..!!

Mew itu licik. Dia itu sungguh licik.

Setelah acara lamarannya berhasil. Mew dan art pulang. Tapi mew membawa art ke apartemen, bukan ke rumahnya.

"Kenapa ke apartemen.?"

"Hanya ingin. Aku rindu apartemenku"

Art mengangguk saja. Mungkin mew benar-benar rindu apartemennya.

Mew jalan bersama art. Sedikit lambat memang. Wajar saja, art baru berjalan kembali. Tak bisa dipaksa terlalu keras.

Begitu membuka pintu apartemen, art masuk terlebih dulu baru di ikuti mew.

Menyalakan lampu ruang tengah. Dan seketika wajah art memanas. Matanya di buat takjub.

"Surprize" bisik mew sambil memeluk art dari belakang.

Ruang tengah itu. Ruang tengah yang biasa mereka gunakan untuk menonton tv. Ruangan itu sekarang penuh dengan tempelan foto art. Ada juga balon yang talinya berujung foto art. Banyak sekali. Dan lagi disana ada foto ibunya. Berbingkai besar dan tergantung.

"Aku sudah meminta restu pada ibumu" mew berbisik lagi.

Art membalikkan tubuhnya. Menangis dalam pelukan mew.

Art tak menyangka mew akan memasang foto ibunya. Satu-satunya wanita dalam hidup art. Atau bahkan sebenarnya, ibunya adalah belahan jiwanya.

"Aku sudah berjanji untuk menjaga putranya"
"Aku juga bilang bahwa putranya sekarang sudah tersenyum tampan setiap hari"

"Aku harap dia bisa percaya padaku" mew mengecupi kepala art. Sekarang itu hobi barunya mungkin.

"Aku mencintaimu"
"Sangat" ucap art

Lalu tiba-tiba art melumat bibir mew. Membuat mew terkejut. Tapi mew tentu saja membalas. Jarang sekali art bisa agresif begini.

Mew suka ketika art yang memulai. Itu berarti bukan hanya dia yang ingin.

"Mmm egh" art menglenguh dalam ciumannya.

Mew menggendong art. Karena terlihat kaki art mulai melemas.

Membawa art kekamarnya, -sekarang kamar mereka- tanpa melepas ciuman mereka.

Percaya atau tidak art begitu menikmati ciuman mew.

Apakah art sudah bilang, ciuman mew itu memabukan. Sesungguhnya ia selalu saja larut dalam ciuman itu.

Memukul kecil dada mew. Ia kehabisan nafas. Mew menjauhkan kepalanya sedikit tak rela.

Hah hah hah

Nafas art begitu terengah. Bibirnya juga sedikit bengkak. Padahal baru sebentar mereka ciuman.

"Jangan pasang wajah seperti itu art" mew merapikan rambut art.

Sedangkan art tak memerdulikan ucapan mew. Memilih menarik tengkuk mew lagi untuk kembali berciuman.

Mew akhirnya terbawa nafsu.

"Aku tak bisa menahannya" ucap mew kala memutus sebentar ciuman mereka.

Art tersenyum. Mew itu kalau tidak dipancing, takkan mau bertindak. Dia terlalu takut menyakiti art. Padahal art mau saja asal itu dengan mew.

Mew mengubah posisinya. Tadi art duduk di pangkuannya, sekarang ia coba membaringkan art. Perlahan sekali.

Hipotesis Rasa [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang