Chapter 23 [END]

1.5K 66 15
                                    

"Hanya infeksi ringan. Lagipula semalam sudah di obati. Tidak terlalu serius" dokter paruh baya itu menjelaskan kondisi kaki art.

"Syukurlah" mew bernafas lega.

"Kami permisi dok" dokter itu mengangguk sebagai jawabannya.

Baru akan bangun, tubuh art tiba-tiba melayang.

"Ehhhh"
"P'..turunkan aku" rengek art saat mew menggendongnya ala bride style, membuat dokter itu tertawa kecil.

Cup

"Diam sayang. Atau aku akan menciummu secara brutal nanti" ancam mew sambil sedikit merendahkan badannga untuk membuka pintu ruangan dokter.

Mata art membulat. Mew itu kalau mengancam tak main-main. Ia bisa makin malu kalau mew menciumnya secara brutal.

Melihat art yang diam, cemberut kecil dan langsung menenggelamkan wajahnya ke dada mew membuat mew terkekeh. Mew mencium kepala art lama sambil berjalan, membuat beberapa orang yang melihat memekik iri. Tentu saja art makin malu.

"Berhenti menciumku. Aku malu" cicit art.

Cup cup cup

Mew mengecup singkat bibir itu 3kali. Membuat art makin melotot dan orang sekitar memekik keras.

"Dasar menyebalkan" art langsung membuang muka yang tadi menatap mew, sekarang menatap dada mew yang tertutup kemeja kantor.

.

"Maaf aku harus meninggalkanmu. Ini meeting penting" mew menggenggam tangan art. Mereka sudah sampai dirumah dan sekarang sedang duduk di sofa ruang tengah.

"Iya p'.. tak masalah" art melepas genggamannya dan memindah tangannya ke pipi mew. Mengelus rahang tegas suaminya.

"Aku mencintaimu" mencium tangan art yang ada di pipi mew. Lalu kening, mata, hidung dan bibir art, mew cium lama.

"Aku juga mencintaimu" art tersenyum penuh.

"Ketika aku pulang, kau sudah berpakaian sexy. Dan bersiaplah untuk klimaks lebih dari 10kali" bisik mew lalu berlari meninggalkan art.

Wajah art memerah hingga ke telinga.

"Ish!!! Orang itu"
"Oh tuhan, ia membuat aku bangun hanya karna dirty talk" grutu art yang melihat celananya bergelembung.

.

"P'art pengen punya anak berapa.?"

Plak

"Auuuu p'art.. sakit" may mengusap kepalanya.
Pertanyaan may membuat ia harus rela mendapat pukulan sayang dari art di kepalanya.

"Kau saja yang bodoh. Aku laki-laki kalau kau lupa"

"Heheh barang kali p' ingin mempunyai anak"

"Kami bisa..mengadopsi" art memelankan suaranya di akhir kalimat.

"Ah..ah..ah. Aku akan mendukung apapun keputusan kalian"
"Asal kau tau p'.. p'mew begitu mencintaimu"
"Jadi jangan dengarkan apapun ucapan orang lain kecuali dia"
"Aku bertanya begitu karna akan banyak orang yang bersuara untuk menyakitimu dan mundur dari p'mew"
"Ingat itu.! Kau sudah pernah terpengaruh. Kau akan menghancurkan p'mew lagi kalau kau menjauhi p'mew"

"Hiks"
"Hiks..ma-makasih may" art segera memeluk may.

"Dasar cengeng" padahal mata may sudah berkaca-kaca.

"Aku tau, aku cengeng"
"Tapi ucapan bijakmu menyadarkanku" art mengeratkan pelukannya.

"Sudah jangan menangis p'.."
"Oya aku izin pulang dulu yah"
"Aku masih harus menyelesaikan Tugas Akhirku"

Hipotesis Rasa [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang