Chapter 7

911 90 1
                                    

"Selamat pagi" sapa mew kala membuka pintu kamar art dan di suguhkan pemandangan bocah lucu yang sedang mengucek matanya.

"Hm" gumamnya.

"Aku bawakan sarapan" mew duduk sambil menunjukan nampan yang ia bawa.

Art menaikkan satu alisnya. "Hanya satu.?"

Mew mengangguk lalu tersenyum. "Untukmu"

"Kau tak sarapan p'.?" Art masih memandang nampan yang sekarang dipangkuannya.

"Sudah minum kopi tadi. Dan masih kenyang" jelas mew.

"Aku tak mau makan"

"Art.." tegur mew

"Kau bahkan belum makan p'.." art menggerutu.

"Aku sudah minum kopi" mew mendekat pada art. Mengambil nampan dari pangkuan art.

"Sekarang kau makanlah" mew menyendokkan sarapan art lalu bersiap menyuapi art.

"P'...." rengek art. Mew pikir art bayi apa.?

"Apa.?" Mew berlaga tak tau apa tindakannya. Dia sedang menahan senyumnya

"Kalau begitu kita makan bersama saja" jawab art dengan pongah.

"Aku kenyang" tegas mew.

"Terserah lah" art malah ngambek dan membuang muka ke jendela yang sudah menampilkan langit kota yang mulai terang.

"Baiklah bayi besarku.. aku makan" mew menyuapkan makanannya.

Art tersenyum. Dan mew mulai menyuapkan makanan pada mulut mungil art.

Huftt tahan. Jangan liat bibir itu.

Art masih tersenyum. Namun tiba-tiba senyumnya luntur. Mew mengerutkan kening heran.

"Ada apa.?" Tanya mew.

"Maaf"

"Untuk.?" Mew makin heran.

"Aku..aku menyusahkanmu lagi. Hal itu kembali lagi" cicit art sambil menunduk.

"Hey.." mew segera meletakkan nampannya. Duduk lebih dekat.

"Aku ingin sembuh" ucap art.

Mew segera memeluk art. Tidak, art sudah sembuh. Hanya saja ia terlalu sulit mengontrol memorinya.

"Akan aku bantu" mew mencium pucuk kepala art.

"Jangan pergi" pinta art memelas. Ia menatap mew dengan mata berkaca dan memeluk mew.

"Tak akan" mew berjanji lagi. Dan art tau mew selalu menepatinya.

.

Pagi itu suasana kantor ramai. Banyak orang yang bergosip di lobby, pantry, lift, dan beberapa tempat lainnya.

Arr berjalan masuk kantor sendiri. Tadi mew bilang ia harus bertemu clientnya. Dan art di minta di kantor saja.

"Aku akan segera kembali. Duduk di ruangan dan jadilah anak baik" begitu pesan mew yang di akhiri elusan pada pipi art. Baru art akan protes mew sudah pergi.

Jadilah art berangkat menggunakan taksi ke kantor dan berjalan sendiri.

"Iya itu benar"
"Benarkah.? Aku tak menyangka dia begitu"
"Simpanan pak mew"
"Murahan sekali. Hanya demi jabatan ia menjadi pelacur"

Deg

Pelacur.?
Simpanan.?
Art menghentikan langkahnya. Menatap sekeliling. Mereka menatap remeh art.

Dengan tergesa ia masuk lift. Di lift pun sama. Mereka berbisik membicarakan art.

Mata art terasa panas. Ia tak sanggup. Tapi ruangan mew masih 5lantai lagi.

Memilih menunduk dan mengabaikan celaan orang.

Setelah semua orang keluar, barulah ia berani mengangkat wajahnya dan menghapus tetesan air mata yang tadi sempat keluar.

"Aku...bukan simpanan pak mew" gumam art ketika keluar.

Hipotesis Rasa [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang