Chapter 19

803 67 9
                                    

Mew keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk. Tau sendiri bukan.? Ia langsung lari setelah mencuri ciuman di bibir mungil art.

Dan salahkan tubuh kekar mew. Itu membuat telinga art merah. Sesegera mungkin art mengalihkan pandangannya. Bisa terbakar ia kalau terlalu lama memandang mew.

"Zttztz.." desisan dari mulut mew membuat art menoleh.

"Dingin sekali malam ini" adu mew sambil mengacak isi lemari. Mencari kaos dan celana yang nyaman untuknya.

Art masih saja memandang tanpa berkedip. Begitu mew bersiap melepas handuknya lalu menoleh kearah art. Semerta-merta art gelagapan mencari objek pandang lain. Membuat mew tersenyum geli.

"Ayo mandi"

Baru berniat protes, mew sudah menggendongnya dan berjalan santai menuju kamar mandi.

"Aku mandi sendiri saja" cicit art lirih.

"Jangan membantah art" mew mendudukan art di kloset. Sedangkan mew mengisi bathup dengan air hangat.

Begitu air terisi, mew berjalan ke arah art. Berjongkok dengan sedikit berjinjit agar menyamai posisi duduk art.

"Kenapa tanganmu begitu.?" Alis mew terangkat melihat tangan art menyilang di depan dada.

Sedikit tertawa geli karna art makin menunduk dan menahan malu.

"Sudahlah.. aku hanya akan membantu mandi" mew memegang lembut tangan art.

"Aku malu" cicit art.

"Ada apa.?"
"Punyamu kecil.?" Art reflek menyubit mew. Membuat mew mengaduh.
"Aku sudah melihat dari kemarin. Kenapa harus malu.?"

"P'..!!"

Cup

"Sudah ayo cepat mandi. Sudah malam" lalu mew segera melepas seluruh kain yang ada di tubuh art. Membawa art ala bride style ke dalam bathup. Tapi mew tak ikut kedalamnya. Ia sudah mandi. Dan belum ada rencana serangan jantung mendadak bila 1 bathup dengan art.

.

Art sedang bete. Mew tadi mendadak menerima telfon dari sekertarisnya. Urusan pekerjaan pasti. Bukannya ia kekanakkan. Tapi acara mari-bersandar-pada-dada-mew yang ia lakukan harus usai. Dan mew malah berjalan keluar kamar. Art rasa menuju ruang kerjanya. Karna sekilas tadi ia mendengar mew menjelaskan sesuatu.

Sudah dari pagi di tinggal dan sekarang di abaikan. Menyebalkan sekali bukan mew itu.?

Menghela nafas, art mencoba menggeser badannya ke tepi kasur. Meraih kursi roda yang sedikit jauh.

"Uhhh"

Happ

Menarik kursi roda itu mendekat setelah menangkapnya tadi.
Menghapus keringat hasil usaha menarik kursi rodanya. Setelahnya ia diam, memikirkan bagaimana ia bisa berpindah ke kursi roda itu. Dengan 1tangan dan kaki yang belum sembuh.

"Hah"

Setelah 15menit tak kunjung bisa memikirkan caranya, art akhirnya menyerah. Lalu duduk termenung.

"Aku bosan" garis bibirnya melengkung ke bawah.

Menarik tubuhnya lagi untuk sedikit ketengah kasur. Lalu merebahkan dirinya.

"Kenapa rasanya kosong sekali.?" Gumam art.
"Rasanya tak enak tanpa p'mew" art memejamkan matanya.

"Mah, titip salamku untuk Tuhan. Aku tak ingin sendiri lagi" tak lama art tertidur.

Mew masuk kamar art dengan perlahan. Lampu kamar art masih menyala. Tapi ia berfikir art pasti sudah tidur. Tak mungkin juga tengah malam begini art masih terjaga.

Berbaring disamping art lalu segera mendekap art. Merapikan letak selimut agar menutupi tubuh mereka.

"Enggghh" lenguh art

"Sstttt ini aku" bisik mew sambil mengecupi rambut dan dahi art.

Setelah art terlelap kembali baru mew tersenyum. Artnya masih saja menggemaskan meski sedang tidur. Dan akhirnya mew menyusul art ke alam mimpi.

.

Pagi itu sinar begitu terang. Membuat seseorang dalam dekapan sang dominan menggeliat. Melihat kesayangannya akan segera bangun, mew melonggarkan pelukannya.

Memerjab sebentar, art membuka mata berlahan. Melihat senyum seseorang yang sudah tak asing untuknya.

"Selamat pagi" suara serak art menyapa.

"Selamat pagi" mew membalas dengan diikuti kecupan singkat di bibir mungil art.

Art cemberut, membuat mew makin semangat mengecupi bibirnya.

"P' !!" Pekik art

Mew tertawa lirih.

"Aku ingin sekali menciummu" seketika pipi hingga telinga art memerah.

Apa-apaan mew ini. Pagi-pagi begini sudah menggoda art.

Art hanya menubrukkan kepalanya ke dada mew. Ia malu sekali.

"Boleh yah.." mew sedikit merengek.

Mew sedikit menjauhkan art dari pelukannya.
Melihat art yang memejamkan mata membuat mew tertawa kecil. Keliatan sekali bahwa artnya sedang gugup.

Perlahan mendekati wajah art. Memejamkan matanya. Setelahnya, mew merasa bibirnya sudah menempel pada benda kenyal itu. Cukup lama, hingga ia sedikit membuka bibirnya. Melumat kecil bibir art. Lalu tak lama ia merasakan balasan dari art. Ditengah ciumannya, mew tersenyum.

Sedikit menarik tengkuk art untuk memperdalam ciumannya. Setelah lama mereka larut, keduanya memutuskan berhenti sejenak. Art menghirup nafasnya dengan tergesa. Ia hampir kehabisan nafas karna mew. Bukan, bukan, ia juga menikmatinya. Sedangkan mew sedang memegang bibir art. Memghapus saliva di sekitar bibir art. Entah milik siapa.

Tak tunggu lama, mew menyerang bibir art lagi. Kali ini lebih bringas. Bibir art manis sekali. Mew tak bisa menahannya.

"Engghhh" lenguh art tanpa sadar.

Shit, mew bisa kebablasan kalau art begitu nikmat begini.

Memutuskan ciuman itu mendadak. Mew langsung bangkit dari tidurnya.

"Aku turn on. Aku mandi dulu" ucap vulgar mew lalu segera berlari ke kamar mandi.

Art tentu saja terkejut. Ia bahkan masih bengong meski mew sudah masuk kekamar mandi.

Tapi tak lama, ia tertawa kecil. Apa lagi mendengar mew menggeram rendah dikamar mandi. Dari suaranya, mew mencoba untuk tak terlalu keras menyuarakannya.

Hipotesis Rasa [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang