Chapter 22

902 64 22
                                    

Hari ini mew dan art menikah.

M-E-N-I-K-A-H !!

May menggelengkan kepalanya. 2 Kakak laki-lakinya ini hobby sekali membuat ia kesal.

Mereka memberi kabar saat ia sedang menyusun tugas akhir.

2hari sebelum menikah, mereka baru memberi kabar. Menyebalkan bukan.?

Tapi nyatanya, may tetap memilih membolos. Katanya tak apa hanya izin 1hari pada pembimbingnya. Ia lebih menyukai datang ke pernikahan kakaknya itu.

Oh ya, acaranya private. Hanya keluarga dan kerabat dekat. Sebagian terkejut dengan mew yang menikahi art. Sebagian terang-terangan mencibir dan pergi. Tapi banyak yang akhirnya tetap mendukung.

Art terlihat sedikit tertekan. Ini yang ia takutkan. Keluarga mew akan di hina dan di pandang remeh. Tapi melihat mew yang terus meyakinkannya dan juga selalu menggenggam erat tangannya. Art jadi sedikit lega.

Orang tua mew juga terus tersenyum tulus. Senyuman itu sungguh tulus. Berbeda dari pertama bertemu.

"Jangan tegang begitu" mew membisikkan kalimat penenang pada art, dengan ibu jari yang mengelus punggung tangan art.

"Tamu kalian banyak sekali" keluh art yang di balas kekehan oleh mew.

"Ayo kesana" ajak mew. Ia menggandeng art ke arah para pemegang saham di kantor cabang yang baru bulan lalu ia resmikan.

.

"Aaarrrgghh"
"Sa-sakit p'.."

"Diamlah art"
"Biarlah aku yang bergerak"

Art menutup mulutnya dengan punggung tangan.

"Emmm"

"Ini.?"

Art mengangguk dengan air mata di pelupuk yang sebentar lagi turun.

"Ssssttt" desis art

"Aaaaaa"
"I-itu...sakit..hiks" art langsung memeluk mew.

Mew segera mengusap punggung art.

"Sudah-sudah.."
"Lain kali jangan bandel. Aku bilang jangan membereskan pecahan gelas itu, kau malah tak mendengarkan" grutu mew.

"Maaf" cicit art.

"Besok kerumah sakit. Ok.?" Mew menjauhkan tubuhnya dari art. Lalu mengecup bibir yang melengkung sedih itu. Setelahnya art mengangguk.

"Ayo tidur" ajak mew.

Mereka berbaring bersama dengan tubuh art yang tenggelam dalam dekapan mew.

Oh.. mereka sudah mandi tadi. Dan art tadi sengaja membuatkan mew susu hangat. Tapi karna ia gugup gelasnya jadi jatuh dan berakhir dengan insiden kaki art yang terkena pecahan gelas. Pecahan itu masuk ke kulit halus art. Tadi mew sudah memaksa ke rumah sakit. Tapi art tak mau. Jadi mereka mengobati art dirumah.

"P'.." art memainkan tangannya diatas perut mew. Membuat pola acak.

"Hm.?"

"Itu...--"

"Kenapa art.?"

"Kita..."

Mew mengalah. Menunggu art menyampaikan apa yang ada dipikirannya.

"Kita tak bercinta.?" Tanya art lirih. Bahkan hampir menyamai angin. Tapi karna suasana sunyi dan tenang. Mew sedikit mendengar.

"Kenapa.? Aku tak mendengar art" mew mengeluh. Dia benar ko, dia tak mendengar sepenuhnya.

"Isshhhh p'..." rengek art.

"Sungguh aku tak mendengar" mew berwajah serius. Sedangkan art menenggelamkan wajahnya yang memerah ke dada mew.

Art menarik nafas, lalu menatap mew.

"Ayokitabercintadimalampertamasepertipengatinlain" art berkata cepat dan langsung menenggelmkan wajahnya ke dada mew. Ia sudah sangat malu.

Mew diam sebentar. Lalu tertawa setelahnya, membuat art mendongak dan kesal seketika. Kenapa mew malah tertawa.?

"Heheh. Sudah jangan cemberut" mew mengecupi wajah art yang masih merengut lucu.

"Baiklah..ayo kita makan bayi monyet menggemaskan ini"

Tok tok tok

Baru berniat menyerang art. Pintu kamar mew di ketuk keras.

"BUKA PINTUNYA ATAU AKU DOBRAK"

Awalnya mew mengabaikan teriakan may. Ia mulai mencium bibir art. Tapi melihat pintu kamarnya yang di tendang dan dobrak dengan keras membuat ia jadi bergedik ngeri.

"Ck! Pengganggu" art tertawa ketika mew bangun dari atas tubuhnya dan berjalan kearah pintu"

Dan gagal sudah malam panas mereka.

Hipotesis Rasa [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang