Chapter 6

940 95 3
                                    

Flashback

"P'push" art mencoba memastikannya.

Detak jantungnya berpacu cepat. Tiba-tiba seluruh syaraf pada tubuhnya tak berfungsi.

Didepannya, ada push. Lelaki yang menemaninya setahun ini. Membantu ia tersenyum kala ia trauma pada kisah cinta orangtuanya. Tapi lihatlah, push menorehkan luka baru.

Push berjalan mendekat. Membuat art mundur. Sedangkan 2wanita (staf hotel dan wanita push) yang bersama mereka kini terdiam heran.

Art lari menjauh. Push baru saja akan menyusul sebelum sebuah tangan menahannya.

"Ada apa ini.?" Tanya gadis itu.

Push menggeleng lalu tersenyum.

Sedangkan art terus berlari. Entah kemana kaki membawanya.

Hingga ketika ia lelah, ia berhenti di suatu halte.
Mengatur nafasnya yang tak stabil.

Ia sungguh lelah. Dan lagi hatinya sakit sekali. Push-nya. Iya push kekasih tercintanya berselingkuh. Berselingkuh. Membayangkan kejadian tadi membuat ia kembali meneteskan air mata.

Art duduk di kursi halte dengan kaki diangkat. Ia menumpukan kepalanya dengan lutut.

.

Malam itu mew di buat geram. Ia tak pernah sekesal ini.

"Sial..!!" Umpatnya yang kesekian kalinya.

Kalau saja ia bisa menelfon art dan menyuruh anak buahnya yang mencari art.
Tapi entah mengapa ia tak bisa. Apa lagi mendengar dari staf yang menemani art keliling, art pergi dalam keadaan menangis. Ingat itu menangis. Membuat mew khawatir saja.

"Brengsek..!!"
"Kenapa aku bisa sekacau ini hanya karna bocah itu.?" Mew berhenti di pinggir jalan.

Sungguh otaknya sudah dangkal. Ia sudah berkeliling selama 4jam lamanya dan art tidak terlihat. Dan lagi ini sudah malam.

Mew keluar dari mobilnya. Menutup pintu dengan keras. Menandakan kekesalannya.

Ia butuh rokok. Meski ia tak sesering itu merokok. Tapi bila terlalu kacau seperti ini, ia butuh rokok.

Saat sedang bersender di pintu mobil. Tak sengaja matanya menangkap sesuatu di halte sana.

Menarik rokok dari mulutnya. Lalu diapit dengan jarinya. Ia berjalan menuju halte.

Entah kenapa ia yakin itu art. Ia sudah menebaknya.

"Art" panggil mew ketika sudah di depan orang yang tengah menelungkupkan wajahnya diantara lututnya.

Tak ada respon.

"Art.." kali ini mew mencoba menyentuh bahu orang tersebut.

Diluar dugaannya. Respon art diluar dugaan mew.

Itu memang art. Tapi matanya. Matanya kosong. Tidak dingin seperti biasanya.

Art menjauh kala mew menyentuh bahunya. Berdiri lalu tergesa mundur. Ketara sekali seperti orang ketakutan.

"Hay..ini aku mew" ucap mew sambil melangkah maju.

Namun art makin mundur dan ketakutan. Ia menggeleng kuat.

Dan tiba-tiba art berlari menjauh. Membuat mew reflek mengejarnya.

Kaki panjang mew mampu mengejarnya. Dengan cepat mew menarik art dan langsung memeluknya.

Art jelas meronta. Ia sedang tetakutan.

Tapi mew terus menenangkannya. Menepuk ringan punggung art dan membisikkan kalimat penenang.

Dan entah keajaiban apa, art membalas pelukan mew dengan erat.

"Aku..takut" cicit art

"Tenanglah, aku akan selalu bersamamu" detik itu, kalimat mew seakan jadi mantra ketika art panik.

Aku akan selalu bersamamu

Itu janji dari mew yang selalu art ingat. Kali ini ia ingin percaya pada seseorang lagi. Kali ini saja.

Hipotesis Rasa [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang