I call you father

1K 30 0
                                    

Suasana pemakaman saat sejuk. Terdapat banyak pohon rindang yang meneduhi jalan setapak sepanjang pemakaman. Kara menggandeng tanganku. Aku tidak dapat melukiskan wajahnya saat ini. Tapi tangan Kara basah. Menandakan Kara sedang grogi.
"Ayolahh sayangg, jangan takut. Kita hanya menyapa papa lalu pergi. Jika kamu tidak ingin, kita bisa pergi sekarang."
"Tidak Andre. Aku akan memperkenalkan kamu pada papa."
Kara tersenyum menutupi rasa groginya.

***
Kara berhenti di salah satu makam. Disitu tertulis nama "Indra Wardoyo".
Makam itu sangat terawat. Masih ada bunga yang mungkin baru ditinggalkan sekitar 2hari yang lalu. Kara berdiri mematung di sebelah makam papa.
"Andre, kamu tahu siapa yang merawat makam papa?"
Aku hanya menggeleng.
"Mama. Mama hampir setiap minggu selalu kesini. Dan hampir setiap minggu jg aku menolak ajakan mama untuk ke sini. Dulu aku berpikir betapa bodohnya mama yang sudah ditinggal oleh lelaki seperti papa tapi masih mau merawat makamnya. Tapi sekarang aku sadar bahwa mama terlalu mencintai papa. Mama akan selalu memaafkan papa. Disini aku melihat bahwa cinta tidak harus diucapkan ataupun ditunjukan. Tapi cinta harus memaafkan. Mama tidak menikah bukan hanya karena aku. Karena daridulu aku sudah menyuruh mama untuk menikah lagi. Tapi mama menolaknya. Dan baru aku mengerti sekarang bahwa mama tidak mau posisi papa terganti. Mama tidak mau ada seseorang selain papa yang akan kupanggil ayah. Mama tidak mau posisi papa tergantikan. Itu semua aku sadari semenjak aku berpisah denganmu. Aku sadar bahwa cinta itu memaafkan. Tidak peduli seberapa besar kesalahan orang yang kita cintai. Bahwa cinta harus memaafkan."
Kara meneteskan airmatanya.
Aku langsung memeluk Kara. Berusaha menenangkan.
"Sudah Kara, papa sudah tenang disana. Aku yakin papa jg sangat mencintai mama. Hanya caranya saja yang salah."
"Kamu tau Andre. Ayah adalah cinta pertama anak perempuannya. Ayah adalah orang yang akan melindungi putrinya dari bahaya. Ayah adalah orang pertama yang akan berdiri membela putrinya walaupun putrinya salah. Dia adalah orang pertama yang akan membela putrinya sampai dia tidak dapat berdiri lagi. Dia tidak peduli dengan sakitnya, tapi dia akan sangat sedih jika putrinya terluka walaupun kecil. Dia adalah orang pertama yang akan marah jika mengetahui seseorang telah melukai putrinya. Dia bekerja setiap hari karena dia tahu, putrinya tidak hanya membutuhkan cinta tapi putrinya jg membutuhkan uang untuk bahagia. Papa adalah cinta pertamaku. Aku tidak bisa mengelak. Tapi papa jg harus tahu, bahwa dia adalah orang pertama yang membuat aku terluka begitu dalam. Dan papa jg adalah orang pertams yang mengajarkanku bahwa jika kita akan mencintai seseorang kita harus memaafkan orang lain. Dan aku sadar bahwa sebelum mencintaimu aku harus memaafkan papa. Karena bagaimanapun dia adalah cinta pertamaku. Dia adalah papaku.
Kara bersimpuh dekat makam papa. Dia menangis. Aku menepuk2 bahu Kara mencoba menenangkan.
"Andre, aku yakin kamu pasti bertanya2 knp aku jarang menceritakan papa. Bukan aku tidak mau. Tapi semua yang aku ceritakan itu adalah semua yang aku tahu tentang papa. Selebihnya aku tak tahu apa2. Dan aku ingin kenangan itu menjadi kenanganku dengan papa cinta pertamaku."
Aku tak banyak berkata. Aku hanya memeluk Kara kuat2. Dibalik sosok Kara yang ceria ternyata Kara menyimpan begitu banyak sakit yang tak pernah aku tahu.
"Papa... ini Andre. Lelaki yang membuat Kara datang kesini. Lelaki yang akan menjadi lelakiku. Papa terimakasih karena papa, Kara menjadi sekuat sekarang. Kara mencintai papa."
Kara menangis tersedu-sedu. Aku membiarkannya menangis. Membiarkan semua kenangan pahit Kara meluap bersama airmatanya. Membiarkan Kara memaafkan dirinya sendiri. Membiarkan semua sakit yang pernah Kara alami sirna.
Aku memeluk Kara erat. Melihat betapa sesungguhnya seorang putri yang pura2 membenci ayahnya akhirnya melepaskan kebencian itu. Melihat betapa seorang putri yang mencintai ayahnya tapi tak pernah mau untuk menyampaikannya.
'Kara.... aku mungkin bukan seorang lelaki sempurna untukmu. Tapi aku berjanji akan menjadi cinta pertama anak kita yang sempurna. Aku tidak mau meninggalkan kenangan pahit bersama anak kita. Mungkin aku akan mempunyai banyak kesalahan. Tapi aku harap anak kita akan memaafkan ayahnya sebayak ayahnya melakukan kesalahan. Aku berharap aku tidak akan malu untuk meminta maaf. Aku berharap kita akan menjadi keluarga yang bahagia. Papa, terimakasih telah menjadi papa untuk Kara. Terimakasih karena Papa, Kara belajar banyak hal. Bahwa mencintai dan memaafkan tidak bisa dipisahkan. Papa terimakasih, Kara akan aku jaga semampuku.'
***

Kami berjalan menjauhi makam papa. Sudah sore dan kami harus melanjutkan perjalanan.
Kara terlihat sangat tenang sekarang. Mungkin kata yang pantas untuk ekspresi Kara saat ini adalah lega. Kara telah melepas beban yang dia sembunyikan selama ini. Kara telah mengambil langkah berani untuk memaafkan. Kara telah melakukan sesuatu yang besar dalam hidupnya. Kara telah memaafkan dan mencintai secara bersamaan.

***

"Andre, kenapa kamu diam saja sambil melihatku seperti itu ? Ayo kita jalan. Perjalanan kita masih sangat jauh sayang."
"Kara bolehkah aku berkata jujur sekarang ?"
Kara terkejut mendengar perkataanku
"Apa yg ingin kamu katakan Andre ? Bukankah sudah tidak ada kebohongan diantara kita ?"
"Makadari itu Kara, aku ingin mengatakan sesuatu padamu."
"Baik Andre, akan aku dengarkan."
"Tapi kamu jangan marah ya Kara?"
Kara semakin heran.
"Andre ada apasih ?" Kara menaikan volume suaranya satu oktaf.
Aku mendekatkan wajahku ke wajah Kara.
"Ehmmm Kara, apapun yang aku katakan percayalah bahwa aku mencintaimu."
Kara mengangguk, tegang karena wajahku sangat dekat dengan wajah Kara.
"Sebenarnya Kara, ada upil didekat hidungmu. Hahahhaha."
"Andreeeeeeeee !!!!!!"
Teriakan Kara menggema dalam mobil. Dan langsung terburu2 mengambil kaca dan melihat wajahnya yang tidak apa kotoran apapun.
Kami tertawa bersama.
'Mission complete : membuat Kara tertawa'

***
Diperjalanan aku melihat ke kursi sebelahku. Kara tertidur. Mungkin karena kelelahan menangis. Wajahnya sangat lucu dengan mulut sedikit terbuka. Aku tidak tahan untuk tidak menciumnya.
Aku meminggirkan mobilku. Melihat Kara tidur dan mendekatkan wajahku ke wajah Kara. Menciumnya dengan perlahan, membasahi bibir Kara dengan bibirku. Merasakan manisnya bibir Kara. Dan tiba2 ada tangan yang mencibit perutku. Membuat aku meringis kesakitan.
"Jangan menggodaku Andre." Kara masih memejamkan matanya. Tapi tangannya sudah mencubit perutku membuatku melepas ciumanku.
Kara tersenyum dan mencium pipiku kilat.
"Perjalanan kita masih jauh sayang." Katanya ditelingaku.

***

I Hate You with LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang